Orang tidak bisa jujur diri jika kita hanya melihat kebaikan sendiri. Jujur diri bisa diungkapkan apabila kita mau merendahkan diri dengan sikap melihat apa kebaikan dan keburukan kita.
Cara yang mudah untuk menemukan siapa diri kita adalah dengan menuliskan semua apa yang baik dan apa yang buruk dalam diri kita di sebuah tulisan. Tulisan itu hanya untuk kita sendiri. Maka terbukalah apa kebaikan kita, sering shalat ,senyum, menolong, mengajak mengaji. Keburukan pun ditulis seperti suka ngomel, mencaci maki, senang melihat orang lain sulit, belum bisa menerima kenyataan.
Mengakui kelemahan untuk jujur diri itu sulit karena kita sering membungkus keburukan kita dengan kebaikan. “Bungkus” yang disebut dengan topeng diri harus ditinggalkan. Contohnya, agar saya bisa diterima oleh satu kelompok, saya harus menunjukkan bahwa saya ini orang yang pandai bergaul dan suka membantu. Padahal sesungguhnya, saya hanya tidak suka membantu orang lain. Lalu , saya berpura-pura untuk selalu menolong orang yang ada dalam anggota itu jika ada yang kesulitan, saya pengin dianggap “hero”.
Ada poin kemenangan jujur diri yaitu keberanian untuk mengakui diri bahwa saya lemah . Dengan mengakui kesalahan berarti kita berhasil untuk bisa jujur diri.
Cermin Diri:
Orang terdekat dengan diri kitalah yang mampu melihat siapa diri kita ini. Yang terdekat dengan saya misalnya suami, anak, pembantu. Di luar itu, orang hanya melihat penampilan saya sebagai orang yang baik, terpelajar tetapi tidak mengetahui sesungguhnya siapa kita. Dikatakan bahwa orang yang terdekat itu adalah asset kita. Jadi mintalah orang terdekat itu memberikan nasehat apa yang harus diperbaiki . Jika sudah dibeirkan nasehat, lakukan koreksi itu dengan baik. Jangan hanya menginginkan pujian saja, tapi jika datang kritikan, langsung lari.
Berguru pada yang ahli:
Jika kita ingin menguasai ilmu yang belum kita kuasai, maka anjurannya datang kepada sang guru . Guru itu sangat penting bagi kita karena dia punya keahlian yang melebihi dari kita sendiri.
Pentingnya berguru kepada orang yang ahli karena jika kita mengandalkan kepada mereka yang level pengetahuannya lebih tinggi dari kita. Diingatkan bahwa guru itu bukanlah orang yang hanya memberikan sesuatu yang kita sukai. Seperti yang AA contohkan adalah ketika beliau bergaul dengan para santri yang pengetahuannya di bawah dia, lalu mereka ini tidak berani mengkritik dirinya jika dia berbuat salah. Akhirnya, AA akan merasa di tempat yang “comfort zone” sehingga akhirnya akan membahayakan dirinya sendiri, menganggap dirinya sudah benar, tidak ada lagi yang perlu diperbaiki.
CIri-ciri dari guru yang pantas untuk diandalkan adalah dengan melihat mata hati dan akhlaknya. Begitu kita bertemu dengan guru itu, kita sudah mampu mengukur level dari kemampuannya untuk pengetahuan dan kepekaan dirinya untuk hal-hal untuk menguasai diri.
Manfaatkan orang yang membenci:
Jadikan orang yang membenci kita sebagai “aset”. Dikatakan demikian karena orang yang membenci kita itu biasanya selalu mencari terus atau memburu diri kita untuk mencari kesalahan kita. Dia tidak berhenti sebelum kesalahan kita ditemukan. Pengertian aset di sini adalah kita bisa menjadikan orang yang membenci itu orang yang tak pernah puas dengan dirinya . Nach tugas kita adalah pergunakan orang itu dengan baik Biarkan dirinya terus memburu kita dengan kebenciannya atau cari kekurangan kita, sementara kita akan berada di tempat yang aman tak punya rasa bersalah apa pun, hidup aman.
Contohnya: dalam PIlkada, orang sering mencari titik lemah lawan. Ketika mengetahui titik lemah lawan, terus digencarkan perlawanan dengan ungkapan kasar , kotor tentang lawan kita. Bagi kita , manfaatkan apa yang diungkapkan itu tanpa adanya usaha untuk pembalasan . Kita tidak perlu sibuk untuk membalas dan beragumentasi. Kebalikannya, kita justru bertobat dan memberikan kesempatan kepada lawan bahwa kita sebenarnya jauh lebih baik dari dirinya.
Tafakuri Apa yang Terjadi:
Berasal dari Bahasa Arab artinya adalah merenungkan ,mempertimbangkan perkara. Kita harus melihat mata hati untuk merenungkan setiap pertemuan kita dengan banyak orang yang sifat dan sikapnya berbeda. Ada yang benar-benar tulus, ada yang seorang hanya dekat sebagai penjilat dan tidak pernah benar perkataannya.