Mendung kelam, makin suram. Â Hujan pun terus tercurahkan bak air terjun tak berhenti-hentinya. Â Hujan menemani kepedihan hidupnya. Tak bisa melanjutkan hidup tanpa harapan yang muncul ditengah penderitaannya.
Satu-satunya yang menghibur hatinya hanya sarung yang diambil dari hasil tenunan ibunya. Â Memandang sarung tenun itu kerinduannya terobati, kehadiran sosok ibunya jadi bayang harapannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!