Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Keindahan Sarung dari Kampung Tenun Sa'dan To'barana

14 Mei 2020   09:31 Diperbarui: 14 Mei 2020   09:33 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
National Geographic Indonesia

Tawaran yang sangat menggiurkan datang dari seorang teman sekampung yang sudah bekerja di Bali. Dia katakan kepada Rena, bekerja sebagai "pegawai di hotel bintang" cukup untuk mengirimkan uang kepada keluarga.

Melihat kondisi ibunya yang sakit, ia tak berani  mengatakan kepada ibunya tentang niatnya bekerja di luar pulau.    Hanya sebuah ucapan selamat tinggal di secarik kertas kepada Ibu, "aku merantau". Jika aku sudah berhasil, aku akan mengirimkan uang hasil kerjaku.

*****

Apa yang dia impikan tak semudah yang dia cita-citakan.  Tak ada modal ijazah atau keahlian yang dia bisa serahkan.   Agen perekrut  memberikan kepadanya  pekerjaan sebagai "waiter" di sebuah klub malam.

Dalam  kegelapan malam,   hanya remang-remang dan kilatan lampu  "spotlight",  bisingnya musik yang dihentak-hentak,  Rena harus menemani tamu-tamu asing itu. 

Kehidupan malam itu yang tak pernah dipikirkan telah jadi miliknya.    Harapannya hanya satu.    Suatu hari hasil kerjanya akan  dia berikan kepada ibunya untuk menggantikan alat tenun manual dengan alat  modern.

Berkali-kali dia jatuh dalam keinginan cepat mendapakan uang supaya dia cepat pulang ke kampungnya menemui ibunya.

*****

Suara kumandang adzan subuh dari masjid terdengar .   Jelang setahun dia sudah tinggalkan kampung itu.   Kesedihan pun timbul lagi.  Kali ini bukan keputusan untuk pulang yang menyedihkannya. Tapi kesedihan bahwa dia tak bisa jadi orang kampung yang berhasil. 

Luka-luka hatinya yang dalam itu makin tak terobati.  Kenapa dia tak bisa mengangkat kehidupan keluarga di kampung?

Janji kepada ibunya tak bisa ia tepati.   Terbayang wajah semua adik-adik yang ditinggalkannya.  Apakah mereka akan  memiliki nasib seperti dirinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun