Tawaran yang sangat menggiurkan datang dari seorang teman sekampung yang sudah bekerja di Bali. Dia katakan kepada Rena, bekerja sebagai "pegawai di hotel bintang" cukup untuk mengirimkan uang kepada keluarga.
Melihat kondisi ibunya yang sakit, ia tak berani  mengatakan kepada ibunya tentang niatnya bekerja di luar pulau.   Hanya sebuah ucapan selamat tinggal di secarik kertas kepada Ibu, "aku merantau". Jika aku sudah berhasil, aku akan mengirimkan uang hasil kerjaku.
*****
Apa yang dia impikan tak semudah yang dia cita-citakan.  Tak ada modal ijazah atau keahlian yang dia bisa serahkan.  Agen perekrut  memberikan kepadanya  pekerjaan sebagai "waiter" di sebuah klub malam.
Dalam  kegelapan malam,  hanya remang-remang dan kilatan lampu  "spotlight",  bisingnya musik yang dihentak-hentak,  Rena harus menemani tamu-tamu asing itu.Â
Kehidupan malam itu yang tak pernah dipikirkan telah jadi miliknya.   Harapannya hanya satu.   Suatu hari hasil kerjanya akan  dia berikan kepada ibunya untuk menggantikan alat tenun manual dengan alat  modern.
Berkali-kali dia jatuh dalam keinginan cepat mendapakan uang supaya dia cepat pulang ke kampungnya menemui ibunya.
*****
Suara kumandang adzan subuh dari masjid terdengar . Â Jelang setahun dia sudah tinggalkan kampung itu. Â Kesedihan pun timbul lagi. Â Kali ini bukan keputusan untuk pulang yang menyedihkannya. Tapi kesedihan bahwa dia tak bisa jadi orang kampung yang berhasil.Â
Luka-luka hatinya yang dalam itu makin tak terobati. Â Kenapa dia tak bisa mengangkat kehidupan keluarga di kampung?
Janji kepada ibunya tak bisa ia tepati.  Terbayang wajah semua adik-adik yang ditinggalkannya.  Apakah mereka akan  memiliki nasib seperti dirinya?