Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Aksi Sedekah Reaksi "Connecting Happiness"

8 Mei 2020   09:06 Diperbarui: 8 Mei 2020   09:22 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum menulis tentang sedekah, saya sebagai non muslim, harus membaca arti Sedekah dalam Kamus Bahasa Indonesia atau Wikipedia.   Saya temukan dalam Wikipedia bahwa arti sedekah adalah pemberian seorang (Muslim) kepada orang lain secara sukarela dan iklas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.

Makna  "sedekah" bagi Muslim dan "persembahan" bagi Kristen sedikit berbeda tetapi esensinya adalah satu, memberikan pemberian sukarela kepada orang lain. Bagi saya ada peristiwa-peristiwa yang tidak pernah saya rencanakan tetapi saya lewati dengan mata hati saya dan menimbulkan connecting happiness bagi saya.

Dalam beberapa minggu ketika penyebaran Covid-19 telah masif, saya melihat  ada dampak perubahan sosial ekonomi di lingkungan tempat saya tinggal.  Saya naik angkot .  Ternyata saya sendirian dalam angkot itu.   Supir angkot dengan muka kusut, sempat menggerutu : "Sepinya beberapa minggu ini. Bagaimana saya bisa bayar setoran?"

Pulangnya, saya naik taxi,  ketika masuk dan duduk, terdengar keluhan supir taxi: "Aduh , sepinya penumpang. Hampir seharian tidak mendapat penumpang sama sekali."

Respon saya, beberapa saat saya harus berdiam diri, lalu saya katakan, "sabar yach Pak" memang ini ujian berat bagi bapak dan semoga hal ini cepat berakhir.  Akhirnya saya hanya bisa menitipkan uang sedikit tambahan yang mungkin tidak berarti baginya.

Ketika turun dari taxi, saya ke tempat tukang jahit untuk mengambil masker yang saya jahitkan. Tiba-tiba ada seorang lelaki tua  menghampiri kios tukang jahit sembari

Cara tukang jahit mencari-cari uang, saya memahami dia belum punya uang,  langsung saya berikan uang (tidak besar) kepada peminta itu.  Dia langsung pergi dengan ucapan terima kasih.

Mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh orang lain, buat saya adalah salah satu bentuk perhatian dan kemampuan untuk menolong atau membantunya dari segi mental.  Bagi saya, bantuan bisa diberikan dalam bentuk apa pun, perhatian, memberikan solusi, sembako, uang yang dibutuhkan.

Dalam kondisi yang paling sulit, hanya orang-orang yang mau mendengarkan dan mau membantu kesulitan orang lain tanpa diminta merupakan teman sejati.   

Suatu ketika, di akhir Maret 2020, adalah hari yang sangat menyedihkan hati saya. Saya kehilangan sahabat .   Almarhumah terpapar positif Covid-19 dari suaminya. Dia sudah berjuang untuk melawan virus itu di suatu Rumah Sakit, tetapi nyawanya tidak dapat diselamatkan.

Pertemuan terakhir saya dengan dia adalah saat kami menghadiri seminar kesehatan mental. Ada banyak keterikatan batin yang begitu mendalam. Kami berbincang banyak tentang kehidupan masa kini dan masa depan.

Cerita tragis itu membuat hati saya menangis tanpa bisa mengantarkan ke liang lahat.  Mendengar  kondisi suaminya yang masih dirawat saat istrinya harus dikuburkan, bahkan tanpa dua anak yang ditinggalkan dengan usia 7 dan 9 tahun.

Beberapa minggu kemudian, saya pikir suaminya telah  sembuh.  Berita mengagetkan kembali saya terima.. Bapak B suami almarhum sahabat saya  itu harus dibawa ke rumah sakit untuk di operasi empedu yang kronis.

Pikiran dan emosi saya dalam keadaan bingung, harus membantu apa? Kedua anak kecil itu hanya ditemani oleh keponakan suami yang memang sudah lama membantu. Lalu saya tanyakan kepada  keponakan itu: "Bagaimana kondisi bapak dan anak-anak?"  Saya berpikir apa yang bisa saya bantu dalam kondisi kritis itu.

Doa saya segera panjatkan. Setelah itu bergegas untuk ke dapur memasak ringan. Masakan itu saya kirimkan kepada kedua anak itu dengan ojek online. 

Selanjutnya, saya hanya monitor dan berikan perhatian proses pemulihan suami almarhum teman saya itu.  Saya  juga menanyakan bagaimana hasil swab keponakan, dan anak-anak.  Jawabannya sungguh membuat hati saya bersyukur kepada Tuhan: " Negatif, Bu". 

Sekali lagi saya  bersyukur sekali kepada Tuhan bahwa ditengah krisis yang menimpa keluarga almarhum teman saya itu, ada tangan Tuhan yang mendengar doa saya, peristiwa ini sebagai connecting happiness bagi saya.   

Berharap keluarga almarhum teman saya ini dapat menapak kehidupan baru yang sulit tanpa istri dan ibu yang dicintainya dengan tabah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun