Sebentar lagi tanggal 14 Pebruari itu tanggal  indah, "Valentine" yang tak pernah terlupakan sama sekali dalam hidupku.  Sering teringat masa-masa tempo dulu yang sungguh tak pernah dilupakan dan penuh dengan sweet memory.
Wah, setiap orang pasti tahu dong, gimana rasanya jatuh cinta pertama kalinya.  Inget lagu Jatuh Cinta ciptaan Titik Puspa.  Liriknya  "Jatuh Cinta Berjuta rasanya. Biar siang biar malam terbayang wajahnya. Jatuh Cinta berjuta indahnya. Biar hitam biar putih manislah nampaknya.......".
Serasa dunia hanya milik berdua saja, itu benar adanya.  Ketika saya masih muda banget, saya ikut sebagai anggota  dalam grup pramuka.  Kategorinya penggalang karena anggotanya seumuran.  Nach ketika kami  berencana untuk camping di Ungaran,  ada salah satu adik Pembina saya , bernama  Rianto (nama samaran), ingin bergabung dengan kami.  Â
Rianto, usianya memang lebih tua dari saya 2 tahun.  Meskipun kami belum kenal banget dengan Rianto, tapi karena orangnya sangat supel dan mudah beradaptasi dengan grup kami, maka Rianto bisa  langsung diterima.
Saat kami camping,  memasaknya seperti  zaman kuno,  buat kompornya dari kayu dan arang, sampingnya ada batu bata untuk penyanggah panci dan wajan.  Nach, saya ditugasin masak , benar-benar bingung di rumah ngga pernah masak, harus masak. Mungkin kebingunganku ditangkap oleh Rianto. Dia itu sigap datang menghampiri dengan membantu dengan racikan bumbu-bumbu yang sudah disiapkan.  Dalam hatiku: "Nich, cowok kok bisa masak yach?  Aku sendiri gagap masak?"   Â
Sambil masak, ngobrol ke sana kemari tak terasa tuch masakan sudah siap dan langsung, semua teman-teman yang sudah menunggu  masakan langsung menyerbu karena kelaparan.  Kami  makan bersama-sama.  "Wah ini masakan enak!" celetuk temanku.
"Siapa dulu yang masak?" jawab Rianto secepatnya tanpa malu-malu, sambal telunjuk jari tangannya menujuk kepada diriku.
Wah aku malu berat, loh, dia yang lebih pintar kok dibilang aku.
Besok paginya, kita pagi-pagi itu berjalan kaki dari tempat camping, sambal latihan tentang sandi-sandi, kami menyusuri sawah. Â Siwarak, tempat yang cukup tinggi dari permukaan laut, udaranya dingin. Â
Sinar matahari yang panas itu mulai muncul diufuknya.  Mulailah  rasa cape karena kepanasan itu sangat terasa.  Tapi buat saya yang selalu didampingi oleh Rianto disamping saya , perjalanan itu sangat menyenangkan. Sembari cerita, tertawa dan kadang-kadang disertai kekesalan karena kerikil kecil yang masuk dalam sepatu .
Rupanya saling jatuh cinta diawali di Siwarak itu berlanjut. Â Tiap malam minggu, aku tak lagi jadi jomblo karena ada yang apel. Â Di zaman itu kita tidak boleh bepergian malam-malam. Seringnya, kita hanya nonton bioskop .
Namun,  di hari valentine yang seharusnya merupakan hari  romantis, bagi saya  hari itu sungguh sangat  menyedihkan bagi karena  kami harus berpisah untuk sementara. Rianto harus kuliah di Jakarta, sementara saya masih di kota kelahiran saya.
Pulang dari valentine, makan malam bersama, terus berkhayal kapan saya bisa menyusul  tapi juga membayangkan bagaimana  sedihnya  karena susahnya komunikasi jika Rianto di Jakarta . Saat itu belum ada namanya gadget, bahkan email pun belum ada , yang ada  hanya surat saja. Â
Ketika tibalah saat  perpisahan dengan Rianto, rasanya sangat  menyedihkan banget. Bahkan, sampai  saya tak bisa tidur semalaman.Â
Bapak Pos jadi langganan setia saya. Begitu terdengar ada "kring", serasa ingin lari mengejar pak Pos. Â Tapi karena Pak pos mau buru-buru, dia hanya masukkan surat ke dalam kota surat. Â Â
Benar-benar saat menyenangkan ketika baca cerita Rianto bagaimana "mapram" (plonco ) pertama yang dialaminya. Â Betapa menyedihkan dia kos di tempat yang kurang nyaman. Â Kenakalan antar teman sesama mahasiswa di kos . Pokoknya cerita begitu mengalir terus.
Malam minggu yang kosong digantikan surat yang datangnya pas malam minggu. Â Sayangnya, hal ini hanya berlangsung setahun. Â Surat mulai tidak datang. Tiap kali saya menanti, tiap kali saya bersedih, kosong, hampa tak pernah datang lagi surat itu.
Bahkan, sepatah kata perpisahan pun tak pernah ada dilayangkan kepadaku. Â Saya hampir putus asa dan mempengaruhi ujian akhir SMA ku. Beruntung punya ibu yang menguatkan hati dan memberikan kata-kata yang membesarkan hatiku untuk ikhlas jika itu bukan jodohmu, pasti akan menemukan yang lebih baik lagi.
Rasanya sungguh tak percaya ketika saya berada di Jakarta untuk sekolah di kota Metropolitan, saya ikut dalam satu komunitas anak-anak ex  SMA kami di Semarang. Ternyata saya bertemu dengan mantan saya. Namun, mata saya langsung terpana dengan gadis yang berada di samping mantan. Dia seorang gadis cerdas, ramah dan jauh lebih cantik dari saya. Â
Selama di Jakarta hari Valentine  terasa sangat hampa karena saya tak punya siapa-siapa. Tapi saya berjuang melupakan dan terus bersemangat untuk melepaskan yang indah yang sempat saya nikmati. Hidup ini memang berputar terus dan saya tak mau hidup terperosok karena seseorang yang percayai itu ternyata bukan orang yang harus saya miliki.  Â
Saking lamanya berjomblo dan menikmati jomblo, dan kejar terus karir, lupa untuk melangkah dalam kehidupan keluarga. Â Teman-teman yang sudah tinggal landas lebih dulu, sering mengingatkan.
Aku sudah tak ingat lagi dengan mantanku karena hidup terus bergulir dengan cepatnya, Â menatap ke depan bersama dengan orang yang ada sekarang ini jauh lebih baik ketimbang terus terpuruk dengan memory masa lalu yang tak selayaknya diingat lagi.
Teringat satu puisi "Pada Sebuah Pantai: Interlude" dari  Goenawan Mohamad yang sangat membekas dihatiku,:
"Pantai, orang nglangut, mimpi berdua yang kandas, patgulipat asmara, merasakan cinta padahal sedang menyakiti diri sendiri, dan akhirnya pasrah. Pas buat orang-orang yang merayakan kasih sayang di hari Valentine. Pahit."
Hilangkan kepahitan yang tak bermanfaat, tapi tebarkan kasih sayang kepada mereka yang engkau cintai dan inilah makna  "Valentine" yang sesungguhnya, bukan sekedar coklat dan bunga indah di hari valentine saja tapi tiap hari  kasih sayang bisa kau lakukan.
Tim: Â Tangerang "OK"
Anggota: Â Ani Berta, Ina Tanaya, Sutiono Gunadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H