Sebagai orangtua masa kini ternyata bukan hanya senang melihat anak-anaknya memiliki gadget, mengikuti tren apa yang ada di gadgetnya.
Ternyata, ada fenomena yang menakutkan pada akhir-akhir ini. Â TErkuaklah kejahatan sexual yang dilakukan pelakunya adalah anak-anak belasan dan korbannya juga anak-anak belasan tahun sekitar 14-18 tahun.
Bermula dari seorang ibu yang kehilangan anaknya setelah semalaman  tidak pulang ke rumahnya, melaporkan kehilangan anak kepada Kepolisian (Polres) Jakarta Selatan  Ketika laporan itu ditindak-lanjuti, ternyata anak yang hilang itu ditemukan bersama anak lainnya di suatu apartemen Kalibata City.Â
Kondisi anak-anak yang jadi korban itu adalah sangat mengenaskan mereka itu dalam keadaan tertekan untuk melayani hidung belang paling sedikit 4 orang dalam sehari. Apabila mereka gagal melakukan , sebagai hukumannya mereka harus  dipukuli.
Ketika ditemukan pelakunya, ternyata  empat pelaku itu pun masih muda belia, anak usia belasan tahun.Â
Mengapa mereka bisa melakukan hal itu kepada sesama anak muda lainnya?
Sungguh ironis bahwa ada benang merah dengan terkuaknya kejahatan sexual anak-anak muda itu ternyata dilakukan oleh suatu sindikat yang sudah sangat besar jaringannya.  Ada beberapa tempat yang sudah ditemukan kasus yang sama terjadi  di Jakarta Barat, Jakarta Timur, Depok dan Jakarta Utara.   Para otak kejahatan sexual itu menggunakan agen anak-anak muda , kebanyakan anak lelaki itu untuk mengundang korbannya.
Bagaimana awal kisah dari kejahatan sexual kepada anak-anak?
Awalnya anak-anak muda lelaki itu atau yang sering disebut sebagai agen, memasang foto dirinya di suatu media sosial.  Setelah menjaring  pertemanan dengan calon korbannya.  Mereka melihat profil korbannya yang biasanya sangat rentan dalam berelasi dengan keluarga (dilihat dari chat yang sering mengumbar kegalauannya dengan ayah, ibu atau saudara-saudaranya), juga yang sangat rentan dalam jati dirinya, punya keinginan mencari "cowok" yang sangat didambakan (keren, muda dan sebagainya), menginginkan pekerjaan sampingan dengan gaji yang besar, menginginkan barang-barang mewah yang tak bisa dijangkau karena keluarganya berasal dari tingkat sosial yang rendah.
Pendekatan pun dilakukan oleh agen ke korbannya dengan berkenalan lebih dekat karena anak perempuan itu mulai percaya dengan "cowok". Dimulai dengan bercakap-cakap melalui media sosial, lalu secara pribadi melakukan chat khusus entah itu melalui WA maupun media yang lainnya.
Setelah chat itu menjurus kepada pertemanan yang khusus, lalu "cowok" itu mengajak kepada anak perempuan itu bertemu. Â Tempat pertemuan yang diusulkan adalah apartemen . Â Anak perempuan itu yang lugu dan merasa bahwa "cowok" itu kelihatannya serius dan ingin mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, mau diajak ke tempat apartemen itu.