Tergantung kepada situasi, tetapi umumnya kehadiran itu seperti yang telah dijadikan patokan yang resmi, walaupun faktanya berbeda. Â Katakan satu keluarga ada suami, istri dan dua anak yang masih kecil pun, maka satu undangan akan dihitung 4 orang. Â Namun, di lain pihak, ada juga yang diundang tapi tidak datang karena dia berada di luar kota atau kepentingan yang sangat penting sehingga tidak dapat hadir.
Balik lagi kepada RSVP.  RSVP berasal dari bahasa Perancis "REzpondese s'il vous plait,  artinya  please reply, jawalah permintaan pengundang apakah akan hadir atau tidak.  Argumentasi saya tentang pentingnya  RSVP, di dalam undangan adalah  sangat memudahkan dan menentukan berapa yang hadir dan makanan yang disiapkan pun sesuai kehadiran.
Sudahlah, kamu tidak usah membuat ide yang tidak biasa itu, kata teman saya.
Saya merenung kembali, kebiasaaan tentunya dapat diubah untuk sesuatu yang lebih baik. Bayangkan, jika makanan yang disediakan untuk 1000 orang, ternyata yang hadir 750 orang, sisa porsi 250 orang itu akan diapakan?
Sekarang memang ada suatu lembaga informal yang menampung sisa-sisa makanan dari pesta yang memang masih layak dimakan  untuk dibagikan kepada fakir miskin.
Namun, seandainya mereka tidak sempat berpikir untuk memberikan kepada mereka yang memerlukan sisa makanan sehat itu,  lalu makanan itu akan mubazir dibuang tanpa  memikirkan bagaimana kita membuang sesuatu yang berharga.  Pangan itu harus dihargai sebelum dijadikan makanan. Selalu ingat dengan program "zero waste" demi keberlangsungkan bumi yang baik, hargai keberlangsungan pangan.
Merenung kembali ketika keponakan saya yang tinggal di Belanda itu akan menikah. Â Dua-tiga bulan sebelum pernikahan, dimana dia hanya mengundang keluarga inti saja. Â Keponakan saya menanyakan apakah saya akan hadir, jika hadir siapa saja yang datang bersama saya.
Awalnya saya berpikir lucu juga, saya masih tantenya, jika tidak hadir pun sisa makanan hanya satu saja. Â Namun, kembali saya melihat pertanyaan itu membutuhkan ketegasan saya untuk menyatakan kehadiran, maka saya jawab, tidak hadir.
Beberapa waktu berselang setelah pesta pernikahan, saya mengetahui bahwa di Belanda, jika kita diundang, makanan yang disediakan akan datang persis jumlahnya  sesuai dengan kehadiran tamu. Tidak berlebih, tidak kurang.  Semuanya "pas" dan tidak pernah membuang makanan.
Mereka menghargai makanan sebagai hasil kerja keras. Mereka juga melihat bahwa budaya RSVP itu memudahkan untuk menentukan penyediaan makanan sehingga tidak ada lagi sisa makanan . Â Kebiasaan yang memudahkan bagi pengundang, juga kebiasaan menghargai pangan sebagai sumber yang terbatas dan dijaga dengan baik dengan tidak membuang percuma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H