Saya sering berdebat dengan teman saya tentang jumlah makanan yang harus disediakan untuk suatu event atau acara tertentu. Â
Teman: Â "Anggotanya ada 60 orang, tapi tiap kali yang hadir hanya 20 atau 30 orang saja"
Saya  :  "Lebih baik cantumkan RSVP supaya kita dapat menyediakan makanan sesuai dengan kehadiran.
Teman: "Memang gampang?" Â "Pernah diminta untuk memberikan konfirmasi kehadiran (bukan RSVP untuk memperhalus narasi tentang kehadiran). Â Ternyata semuanya bilang hadir, ketika di hari H, Â ternyata jumlahnya berbeda, yang bilang hadir itu tidak hadir".
Saya: Â "Kok bisa yach?" Â Seharusnya yang menyatakan hadir itu khan harus konsekuen hadir.
Teman: Â "Yach, pikir sendirilah!"
Merenung, bagaimana jika mengadakan acara kecil saja, untuk menentukan kehadiran tamu saja sulit, apalagi jika mengadakan resepsi pernikahan.
Sering yang saya dengar dari mereka yang akan mengundang untuk resepsi pernikahannya, Â cara untuk menghitung jumlah kehadiran ditentukan dari jumlah undangan yang disebar. Â Bila jumlah undangan ada 500 lembar, Â kalikan saja dengan dua kalinya . Dianggap dua kali karena biasanya orang yang datang ke resepsi itu tidak mau datang sendirian walaupun dia masih "single", tetap mengajak teman, saudara , ayah/ibunya.
Jadi jika undangan 500 berarti harus disediakan makanan sebanyak 1000 makanan. Â Wah, ternyata asumsi untuk kehadiran itu cukup besar.
Lalu, teman saya mengatakan: "Loh mau menanggung malu jika nanti  persediaan makanan kurang, kasihan dong tamunya yang sudah jauh-jauh datang, tidak dapat makanan".
Ketika hari H, apakah benar jumlahnya yang datang benar-benar 1000 orang?