Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Anak Tanpa "Gratifikasi"

25 November 2019   16:51 Diperbarui: 25 November 2019   18:57 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: selasar.com

Pagi ini yang indah , khususnya bagi para Guru Indonesia, di Hari Guru Nasional. Ketika semua guru di Indonesia mendapat penghargaan dari semua warga baik itu orangtua, anak didik dan masyarakat umum.

Penghargaan kepada guru sebagai ujung tombak dari pendidikan anak memang selayaknya diberikan. Tapi guru bukan sekedar dari ujung tombak pendidikan, tapi juga penggerak, begitu permintaan dari Nadim Makariem dalam pidato di Hari Guru Nasional.  Penggerak dalam hal ini bukan sekedar memotivasi anak untuk mau belajar , tapi mampu memberikan perubahan kecil agar anak bisa menyukai bersekolah .  Bersekolah itu menyenangkan jika metode mengajar guru menyenangkan.

Ternyata dibalik semua itu pendidikan anak bukan hanya pada guru . Sebagian waktu terbesar anak adalah pada orangtuanya.  Jika orangtuanya mendidik anak salah, maka anak itu juga akan menjadi anak dengan didikan yang salah.

Salah satu didikan salah yang sering diterapkan oleh orangtua adalah GRATIFIKASI.    Sering orangtua tidak menyadari , "loh" saya tidak kasih anak uang atau saya tidak pernah menyuap kepada anak saya. 

Benar Anda memang tidak pernah memberikan uang langsung kepada anak, tetapi Anda pasti sering memberikan iming-iming kepada anak dengan hadiah.  Salah satu contohnya, "Nak, jika nilai matematikamu naik di semester berikutnya,  mamah akan berikan kamu gadget baru!"

Seolah olahmengiming-imingi itu sama dengan memberikan uang . Orangtua memberikan harapan kepada anak agar keinginanya tercapai.   Hal ini orangtua melanggar hukum dan etika, dan bagian dari korupsi.  Anda sebagai orangtua menyuap anak untuk tidak memenuhi kebutuhan fundamental anak  untuk "merasa dicintai secara terhormat" maupun "merasa dicintai".

Apa dampak suap pada karakter anak?

Saya mengutip ulasan dari Dokter Dono Baswardono bahwa seorang anak yang "disuap" oleh ibunya maka dia akan mencari keinginan untuk hasrat konsumtifnya .  Menjauhkan karakter produktifnya.

Mengulangi kalimat yang di atas "Nak, jika kamu mau belajar dengan lebih baik dan nilai rata-ratamu naik, ibu akan membelikan kamu gadget!", berarti ayah atau ibu mengontrol anak.  Anak tidak lagi setara dengan ayah atau ibu, tetapi anak dianggap objek oleh ayah atau ibunya.  Bahkan, kasarnya anak itu dianggap sebagai barang yang dapat dibeli dengan janji atau menurut keinginan orangtua. Dalam jangka panjangnya, anak akan merasa dihargai apabila dia merasa tidak dihargai atau rendah diri, dan ukuran keberhasilan dirinya hanya jika dia memiliki barang-barang yang dijanjikannya.

Ketika prestasi anak hanya diukur dengan raport yang bagus nilainya, piala juara dan medali yang bergantungan,  ia tidak menghargai hasil usahanya sendiri.  Ia hanya menginginkan "tepuk tangan" dari orang lain. Ia tidak bisa merasa kepuasan dan nikmat belajar dengan usaha yang kuat dari dirinya sendiri,  alih-alih justru dia selalu minta dorongan motivasi dari orang lain supaya dia bisa mencapai sesuatu yang diinginkannya.  Ada orang lain sebagai motivator bukan dirinya sendiri.

Ketika anak itu bekerja, motivasi kerjanya hanya terpateri pada benda-benda atau fasilitas yang diberikan kepada perusahaan.   Bukan pencarian  kerja berdasarkan  passion yang ditingkatkan, tetapi dia justru bekerja untuk mengejar apa yang diberikan perusahaan. 

Orang yang disuap biasanya merasa tidak bersalah atau merasa nyaman karena menerima sesuatu dari orang lain itu alami dan tidak salah.  Akibatnya selalu tindakan anak akan bersifat reaktif atau responsif belaka bukan aksi. Jika  merasa panas dan tidak ada AC dia marah besar.   Melihat kemacetan yang tidak bisa diatas, dia akan membanting barang-barang.    Dalam bahasa psikologinay disebut Locus of control eksternal.

Bagi anak yang disuap, selain hanya dorong eksternal yang menggairahkan  motivasinya, ada hal lain yang juga menjadi dampak buruknya.  Anak menjadi manipulatif.   Dia berpura-pura malas belajar supaya diberikan hadiah dan akhirnya, orangtua menyerah dengan kebaisan memberikan janji hadiah .

Pemberian hadiah yang tidak bersifat korupsi adalah ketika anak sudah berusaha dengan sekuat tenaga memperoleh prestasi tinggi.  Untuk keberhasilan ini Anda bisa memberikan hadiah. Jadi artinya hadiah diberikan setelah anak berprestasi dan berjuang untuk memperoleh hasil terbaiknya. 

Selain itu orangtua pun juga dapat memberikan contoh bagaimana dia bekerja sosial tanpa pamrih.  Anak melihat bahwa pekerjaan keras itu memang seharusnya dilakukan dan bukan karena pamrih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun