Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jakob Oetama di Hari Ulang Tahunnya ke-88

27 September 2019   22:03 Diperbarui: 28 September 2019   05:00 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kompas/Garry Lotulung

Di hari ulang tahunnya yang ke-88, Jakob Oetama telah meninggalkan warisan kepada kita semua.

Saya tak mengenalnya secara pribadi. Namun, ketika suatu waktu yang datang di satu gedung Kompas yang terpampang foto Jakob Oetama sebagai founder dari Kompas, saya terperangah dengan kata-kata bijak dari Jakob Oetama:

"Dengan bekerja tidak maksimal, kita sendiri mendegradasi talenta kemampuan".

Jakob Oetama, pendiri Kompas bersama PK Ojong di tahun 1960 ini memulai kariernya pada tahun 1960 sebagai wartawan di mingguan Penabur dan kemudian baru merintis mengembangkan Kompas bersama PK Ojong. 

Perjalanan hidupnya yang sarat dengan pengetahuan jurnalistik yang autentik itu membuat saya sangat kagum sekali. Selalu ada ungkapan-ungkapan klasik yang tidak bisa hilang karena ungkapan itu everlasting untuk diterapkan walaupun nilai dan cara untuk mengembangkan koran itu telah berubah.

Dikenal sebagai orang yang sangat produktif, Jakob Oetama bekerja di tahun 1970 hingga 1990 selalu meliput media tentang  kemanusian, kebangsaan, jurnalisme kebangsaan, pembangunan Tanah Air.

Bahkan yang sangat membanggakan, Jakob Oetama berhasil mempatenkan Kompas's Way Jakob Legacy dengan hak cipta untuk kebijakan-kebijakan yang dijalankan di harian Kompas tercinta.  

Memiliki  "jurnalisme kepiting", sebuah jargon yang sering dikemukakan untuk Jakob Oetama menggambarkan bagaimana seluruh jurnalistik di Kompas itu diimplementasikan dengan cara menekankan untuk tetap memegang kecerdasan intelektual dan memegang koridor teguh etika yang tidak terombang-ombing dengan iming-iming apa pun.

Sebagian orang yang mencibir bahkan berkomentar bahwa kebijakan itu sebagai cerminan orang yang penakut dan menganggap bahwa kecerdasan itu hanya sebagai intelegensi emosional.

Mengenal Bapak Jakob bukan hanya sebagai jurnalis yang punya integritas tinggi, tapi juga punya kemampuan untuk mencurahkan perhatian kepada masalah sosial bangsanya dengan hobinya yang tak pernah berhenti yaitu melalap semua buku yang dibacanya.

Buku-buku yang dibacanya itu tidak main-main, merupakan buku-buku babon jurnalisme dari bahan ensiklik pimpinan Gereja Katolik hasil Konsili Vatikan II pada tahun 1964.

Jakob dikenal sebagai orang yang sulit tidur apabila ada masalah tentang penghinaan harkat manusia. Yang dikaguminya adalah ungkapan klasik dari seorang warnatan bernama Peter Dunne, warga Amerika keturunan Irlandia.

Peter Dunne menulis di Chicago Evening Post, judul tulisannya "Comforts the afficted, Afflicts the comfortable". Jika diterjemahkan dengan bebas "menghibur yang papa, mengingatkan yang mapan".

Pergesesaran nilai pembaca yang menyukai sensasi menjadi suatu tantangan bagi Jakob yang punya idealisme tinggi dalam tetap menjujung kebenaran fakta yang disajikan.

Satu pihak dia akan kehilangan pelanggan apabila dia tidak mengubah konten berita dengan apa yang disukai oleh pembaca. Namun, pihak lain, dia punya nilai etik yang tetap ingin dipertahankan.

Pilihan sulit bagi Jakob memang jadi tantangan tersendiri. Ketika akhirnya Jakob mampu mengendalikan emosi dengan bingkai dan maknya baru dalam keluhuran dan kekerdilan manusia, yang selalu gelisah dalam pencarian keadilan dan gelisah dan tidak puas dalam mencari  pengembangan yang dikaitkan dengan kebajikan yang harus dimiliki oleh seorang wartawan.

Ungkapan "humanisme transendetal" berasal dari PK Ojong dalam manuskrip yang ditulis 1974 menjadi bingkai syarat pokok seorang wartawan. Jakob memperkayanya dengan maka kerja dan pengabdian untuk jadi kemanusian yang beriman.

Kemajemukan dari bangsa Indonesia membuat Jakob dan PK Ojong mewarnai Kompas dengan konten jurnalistik yang sangat bernuansa dengan hati nurani dalam dan otak cemerlang. Menanggapi setiap kemajemukan dengan berbagai tanggapan yang ditulis dengan bahasa yang sangat cerdas.

Ketika  ingin mengkritik pemerintah dalam pembangunan, maka narasi yang dibawakannya bukan sekedar kritik pedas tanpa makna, tetapi sebaliknya gaya bahasa dan caranya sangat intelektual.

Bukan hitam dan putih, tetapi penuh dengan naluri keluruhan martabat manusia, piawai dalam penyampaian pesan dan kritik lewat tajuk-tajuk yang tajam  dan menyadari bahwa Indonesia itu begitu mahabesar dan apa yang dilakukan Kompas adalah hanya sebagian kecil saja.

Landasan buku-buku babon yang dipelajarinya itu menjadi obsesi bahwa hidup itu penuh dengan keanekaragaman budaya, oleh karena jurnalisme harus dipraktikkan dengan memberi warna atas semua peristiwa yang terjadi. Bukan semata peristiwanya, tetapi apa makna di balik peristiwa itu.

Di akhir era produktifnya sepeninggal Ojong pada tahun 1980, selain jadi pucuk pimpinan Kompas Gramedia, Jakob sering mengundang para pakar dari luar untuk berdiskusi dengan Kompas.

Kompas juga tak mau ketinggalan dalam perubahan zaman digital. Dari Kompas Cetak, sekarang berubah menjadi Kompas Digital, yang sebelumnya hanya black and white, sekarang sudah berwarna menambah semaraknya layout Kompas.

Kompas terus bergarak dan eksis mengikuti tantangan, apalagi generasi milenial harus percaya bahwa Kompas juga tak pernah berhenti untuk modernisasi dalam wajah barunya.  

Bisnis dan idealisme yang telah ditanamkan ke akarnya tinggal memetik buahnya, sekarang ini kesempatan yang baik bagi Pak Jakob untuk istirahat dalam usianya 88 tahun, di mana masih diberikan kekuatan dan kesehatan.

Selamat ulang tahun, Pak Jakob!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun