Aku adalah sumber kehidupan bagi manusia atau tumbuh-tumbuhan. Tanpa diriku, manusia, binatang dan mahluk hidup lainnya tak akan hidup. Mereka semua akan mati kehausan. Tempatku memang luas sekali, bisa di laut, darat atau sungai. Â Siklus diriku sangat pendek, dari darat, laut, sungai akan menguap oleh matahari, menjadi awan dan ketika sudah berat sekali, aku turun sebagai air hujan.
Sayangnya, semakin banyak populasi manusia makin bertambah banyak, perubahan iklim global pun terjadi, aku yang sering hadir di musim hujan, menjadi langka. Apalagi ketika memasuki musim kemarau panjang, aku menjadi semakin langka. Manusia sangat mendambakan diriku ketika aku tidak hadir sepanjang musim kemarau, musim panas.
Tumbuhan menjadi kering layu dan sebentar lagi akan mati karena keringnya tanpa aku. Demikian juga manusia mulai gelisah, khawatir melihat fenomena cuaca yang sangat panas tanpa hujan sedikit pun, aku menjadi barang yang sangat mahal. Â Kehidupan manusia mulai terancam karena kekeringan, tumbuhan mati, krisis pangan primer terjadi. Â
Di ibukota Jakarta atau yang sering disebut Metropolitan, pemerintahnya  DKI Jakarta semakin tergantung pasokan pangan dari daerah lain seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Tengah. Jumlah penduduk Jakarta hampir mencapai 10 juta jiwa. Kebutuhan pangannya tidak mencukupi.Â
Sebagai contoh di tahun 2010,  produksi padi yang dihasilkan 6.000 ton, tapi terus menerus turun hingga hampir 50%. Hal ini terjadi karena  semakin cepatnya alih fungsi lahan pertanian jadi pemukiman, industri, dan daerah komersil lainnya. Pemilik tanah pertanian menjual tanahnya untuk mendapatkan keuntungan sesaat dan akhirnya tanah-tanah pertanian itu hilang berubahlah wajah Jakarta menjadi kota yang penuh dengan pemukiman, gedung pencakar langit dan pemukiman rumah susun.
Dengan perubahan drastis lahan pertanian jadi pemukiman,  hilanglah pula penghasilan  rumah tangga pertanian dari 52.500 rumah tangga di tahun 2003 menjadi hanya 12.300 rumah tangga di tahun 2013. Mereka tak bisa bercocok tanam, apalagi bertani karena sudah tak ada lagi lahan untuk pertaniannya.
Dampak dari perubahan ini selain kepada ketersediaan pangan, juga berdampak kepada lingkungan yang tidak sehat seperti iklim dan bencana .  Tempat-tempat terbuka seperti area tutupan hijau pun sudah semakin terbatas. Semua daerah tutupan hijau  digunakan untuk kepemilikan komersial. Untuk mencegah makin memburuknya kondisi ketersediaan pangan dan lingkungan, DKI Jakarta mulai mengembangkan Pertanian Perkotaan yang sering disebut dengan Urban Farming.
Urban Farming itu meliputi tiga sektor yaitu, pertanian, peternakan dan perikanan.  Untuk pertanian, solusi yang dapat dikembangkan adalah dengan mengintensifkan lahan sempit dengan pendekatan pertanian vertikal dan memanfaatkan ruang tanpa lahan seperti atap gedung, dinding bangunan, pinggir jalan. Tanaman yang ditanam adalah sayur-sayuran dan tanaman apotik hidup. Â
DKI Jakarta punya design besar pertanian perkotaan yang punya tujuan umum, "Menjadi Pusat Inovasi dan Gerakan Pertanian Perkotaan". Â Target utamanya 30% Â ruang terbuka hijau produktif, 30% peningkatan produksi pertanian, peternakan dan perikanan dan sertifikasi produk olahan pertanian, peternakan dan perikanan.
Sasaran untuk pelaksanaan pertanian perkotaan, rumah susun, lahan kosong, lahan pekarangan, gang perkampungan , gedung, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) .
Juga mereka dapat belajar tentang budidaya tanaman lainnya , misalnya petani tomat sudah pintar menanam tomat, tapi belum bisa menanam jamur merang, maka petani pun dapat belajar melalui website balkotfarm (balkotfram.jakarta.go.id).
Nantinya  petani-petani akan jadi kader penyuluh di seluruh anggota karang taruna dan kader PKK Jakarta. Ada lima wilayah di Jakarta dan Kabupaten Seribu, disertai 400 pemuda yang ikut serta dalam pertanian perkotaan.
Ibu-ibu yang tergabung dala Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan pun sudah mengembangkan tanaman hidroponik di tempat tanah pekararangan yang tidak terpakai. Â Mereka melakukan penanaman hidroponik itu karena selain mudah, juga tidak perlu menggunakan air terlalu banyak.
Caranya sangat sederhana:
- Gelas  plastik aqua bekas ukuran kecil dilubangi beberapa bagian dengan "solder".
- Â Siapkan sekam bakar yang terbuat dari kulit padi yang sudah dibakar.
- Â Sekam bakar itu dimasukkan ke dalam l/2 gelas.
- Â Buat lubang di tengah dari sekam bakar itu.
- Â Masukkan tanaman yang sudah disemaikan ke dalamlubang itu.
- Â Tutup kembali lubang itu dengan sekam bakar.
- Â Masukkan gelas plastik itu ke tempat pipa hidroponik yang telah disiapkan.
Metode alternatif bertani di tanah yang minimalis lahan itu disulap dengan budi daya  pertanian hidroponik dan vertikal untuk membangun ekonomi keluarga maupun masyarakat.  Keluarga Tani Rusun Flamboyan , Cengkarang pun tak kalah semangat untuk menanam tanaman hidroponik  yang bersumber pada air. Tanaman seperti jamur merang, kangkung, slada, tumis kucing, kapulaga  telah dibuatkan bibitnya dan disemaikan, lalu dipindahkan ke gelas-gelas plastik bekas untuk ditanamkan melalui hidroponik, tanpa pupuk .
Para ibu-ibu baik di rusun Flamboyan maupun Rusunawa Jatinegara Kaum mendapatkan penyaluran bantuan CSR Bank DKI dengan penyediaan fasilitas hidroponik. Mereka dengan semangat ditengah keterbatasan lahan, mampu membuat tanaman hidroponik dan kualitas tanaman yang dipanen pun jauh lebih baik ketimbang tanaman yang di tanah karena hidroponik tidak menggunakan pupuk kimiawi  tetapi air dan nutrisi yang dimonitor.
Belajar cara alternatif urban farming dari Surabaya dan Belanda:
Aku terpesona dengan inovasi dari warga Kampung Tambak Rejo Surabaya . Inovasinya adalah hujan buatan . Semua limbah air rumah tangga ditampung dalam sebuah tandon. Â Lalu air limbah itu disaring dengan kapas, ijuk, batu zeolit, arang batok dan pasir silica. Lalu dialirkan ke pipa yang diletakan di atas teras rumah dan dialirkan oleh pompa air. Â
Ketika panas tiba, aku bisa menjadi sumber air hujan untuk membasahi tumbuhan yang memerlukan air  dan memberikan kesegaran untuk tanaman dengan menyiramkan air itu dari kran yang telah  disiapkan.
 Setelah sukses di  Kota Hutan pertama dunia di China, segera akan dibangun Hutan vertikal pertama  di Belanda . Perancang Kota Hutan itu bernama Stefano Boeri Archietti  yang telah memenangkan proposal untuk pembangunan Menara Howthorn.
Menara Howthorn setinggi 90 meter dirancang dengan  innovatif untuk ditanami sekitar 10.000 tanaman dari berbagai spesies 360 pohon, 3.640 semak dan bunga di semua sisi fasad.  Tujuan dari tanaman vertikal yang ditanam itu akan menyerap 5,4 ton karbon dioksida .  Dengan adanya tanaman vertikal akan tercipta sistem perkotaan menjadi bersih udaranya.
Jika program peningkatan tanaman vertikal itu dikembangkan harus dimulai dengan mengenal jenis tanaman vertikal:
- Â Jenis tanaman tahunan (perenial)
- Â Tanaman penutup (ground cover) seperti hema,kucai, mini, kacang-kacangan dan sutra bombai.
- Â Jenis tanaman semak (schrubs) seperti walisongo, seruni, zodia, dan dracaena.
- Â Tanaman Epifit seperti pakis, anggrek, jenis bromelia.
- Â Tanaman berkayu contohnya saraca, pucuk merah, soak, kembang sepatu dan jenis ficus.
- Tanaman tumbuh menjuntai contohnya Lee Kuan Yeuw, Malaythong, Asystasia.
- Tanaman merambat contoh skindapsus, pandorea, passiflore, air mata pengantin, melati belanda