Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mensyukuri Berkah Kompasiana Reward

8 Agustus 2019   16:11 Diperbarui: 8 Agustus 2019   16:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. kompasiana.com

Akhir bulan Juli 2019, tepatnya tanggal 31 Juli 2019,menjadi sebuah  kejutan yang sangat besar bagi saya.  Suara denting masuk hampir 3 kali dari ponsel saya.  Saya anggap enteng karena pasti itu "incoming message" biasa yang tiap kali masuk selalu berdenting dan tidak ada "urgency" .

Namun, setelah hampir 15 menit ketika mau buka gadget, saya lihat ada tiga message baik di email dari Kompasiana.

Ach, ada apa Kompasiana mengirimkan bertubi-tubi notifikasi kepada saya?

Ketika saya baca satu persatu, ach ternyata ada rejeki yang tak pernah saya gubris karena menganggap bahwa selama ini nama saya tidak terdaftar di K Rewards.  Notifikasi ada 3 bulan berturut-turut yaitu bulan April, Mei dan Juni dengan nilai Rp.42,276 , Rp.152,290 dan Rp.158,106 masuk ke rekening go pay saya. 

Saya hampir tak percaya membacanya  dan perasaan haru campur gembira bercampur aduk karena saya mengatakan sekali lagi bahwa saya tak pernah mengharapkan hal ini terjadi. 

Saya belajar tidak melihat dari nilai yang saya peroleh, tetapi dari apresiasi tulisan yang saya peroleh. Apresiasi tulisan ini memang tak mudah karena persyaratan untuk mendapatkan 3.000 views dari pembaca  suatu kemustahilanbagi saya.   Konten tulisan saya  tidak mungkin  menarik  sebanyak pembaca Kompasiana seperti yang diinginkan atau disyaratkan.    Saya lebih tertarik menulis atau membagikan sesuatu yang serius tapi kurang trending topik dan tak punya kemampuan untuk menggali sesuatu yang sedang digandrungi oleh pembaca.

Beberapa hari sebelum peristiwa ini terjadi saya mendapat posting dari seorang teman baik saya. Posting itu berupa sebuah video singkat tentang seorang anak.  Anak yang masih sangat balita dengan usia sekitar 3 tahun , anak "bule".

Ibunya memberikan sebuah hadiah untuk ulang tahunnya.

Sebuah percakapan singkat terjadi  antara ibu dan anak itu.

Ibu:  "Saya mempunyai hadiah untuk ulang tahunmu!"

Anak:  "Apa itu?"

Ibu :  "Bukalah kotak ini!" (sambil menyerahkan kota cukup besar kepada anaknya).

Dengan semangat anak itu membuka kota itu dan ternyata hanya sebuah penjepit rambut kecil sekali.

Namun ekskpresi anak itu sungguh mengharukan sekali.

Dengan gembira dia berseru keras " Thank you , mama"

Ibu :   Benda itu akan kau gunakan untuk apa?

Anak:   "Untuk mainan"

Sambil melempar jepit rambut itu ke atas, dia tidak sadar jepit rambut  kecil itu menghilang. Segera dicarinya dan ditemukannya di balik karpet.

Dengan senyum gembira dia mengatakan kepada ibunya :  "Saya menemukannya!"

Dari  ekspresi ucapan syukur seorang anak kecil yang tidak melihat nilai sebuah barang , saya belajar dari anak kecil itu bahwa bersyukur itu tidak harus selalu mendapatkan sesuatu barang atau penghargaan  dengan nilai besar, tetapi bersyukur harus dimulai dari suatu yang kecil .

Ketika kita bersyukur dengan sesuatu yang kecil, kita akan makin bertambah syukur ketika berkah besar pun ditambahkan.  

Banyak hal yang tak bisa dipungkiri karena harapan-harapan untuk menggapai sesuatu yang besar kadang-kadang tidak terjadi, bahkan mengecewakan. Tetapi belajarlah dari anak kecil itu kembali, ketika kita hanya diberikan kesempatan yang kecil pun harus tetap disyukuri karena pengucapan syukur tidak diukur sama sekali dengan nilai suatu barang.

Usaha keras yang telah dilakukan mungkin belum membuahkan hasil tetapi setiap langkah yang aya kerjakan, dan sudah mendapatkan proses yang baik tetap saya syukuri.

Dari Kompasiana, saya mendapatkan banyak pembelajaran tentang penulisan .  Teringat hampir 7 tahun lalu, tulisan saya tidak pernah mencapai  peringkat pilihan.   Tidak ada pembaca sama sekali. Konten tulisan saya tak memiliki kualitas yang baik.   Proses panjang , konsisten dan kemauan keras untuk terus mencapai tulisan yang lebih baik, belajar dari senior di Kompasiana , membuat proses ini bisa berjalan dengan baik.

Ladang di Kompasiana tempat pembelajran terbaik bagi saya.  Ketika melihat tulisan yang terbaik pun saya selalu merasa kapan saya bisa menulis sebaik ini.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun