Latar belakang  ide untuk mengimpor rektor itu datang dari Kementrian Riset dan Teknologi. Di bawah naungan Bapak Muhamad Nasir.   Ide yang terbesit  adalah mengejar ketertinggalan Indonesia dalam pencapaian universitas dalam peringkat global.   Hanya ada tiga  perguruan tinggi (PT)di Indonesia yang masuk dalam kategoring peringkat dunia.  Sayangnya peringkat itu masuk ke dalam peringkat 300 belum mencapai ke sepuluhan.
Seperti kita ketahui saat ini 3 PT Negeri yang sudah dikenal sebagai PT Negeri terbaik dalam negeri yaitu  ITB , UI , UGM masuk dalam peringkat  World Univesity Rankings 2019 yang dinilai oleh Times Higher Education (THE).
Peringkat THE ini meliputi penilaian kinerja university di seluruh dunia dari sisi pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan dan perspektif internasional.
Namun peringkat yang disandang oleh ke -3 perguruan tinggi itu masih di atas 300 an.  Univesitas Indonesia (UI)  peringkat 296 secara global,  Universitas Gajah Mada peringkat 320 secara global dan ITB peringkat  331 secara global.
 Peringkat yang sangat jauh berbeda dengan Nanyang Univeristy  dan NUS di Singapore.  Pemerintah Singapore dengan sangat serius sekali mempertimbangkan bahwa  pendidikan tinggi jadi pusat andalan dari human recources demi pembangunan suatu negara.
Perbandingannya dengan tetangga terdekat , Singapore dimana ada dua perguruan tinggi yaitu Nanyang Techonological University, Singapore (NTU)  masuk dalam peringkat ke 11 dalam QS World University Ranking  dan ranking nomer 1  Top 50 dan ranking #3 QS WUR By subject ranking.
Sementara National University of Singapore (NUS) masuk dalam kategori ranking ke 23 World r University Ranking 2019 Â dan ranking nomer 2 untuk Asia Univeristy Ranking 2019.
NTU dan NUS telah menguji coba dengan mengimpor  tenaga rektor asing agar  peringkatnya cepat naik.  Ternyata rektor telah berhasil melewati tantangan terberatnya dengan menggondol peringkat  ke 11  dan 23 .  Empat hal  penting dimiliki oleh seorang rektor dari negara lain adalah reputasi ilmu yang dimilikinya,  leadership dalam akademik , transfer knowledger dari negara asal ke Singapore dan punya visi masa depan kemajuan suatu bangsa dari para alumninya.
Di tangan seorang profesor asing, segala perubahan telah dilakukan untuk mengoreksi reputasi akademik, kurikulum , budaya dari yang tidak berguna untuk akademik (misalnya terlalu banyak dosen yang terbeban administrasi sehingga tidak mampu mengajukan proposal  untuk jurnal ilmiahnya).Â
Untuk Indonesia, masih banyak pro dan kontra apakah perlu mengimpor rektor luar negeri . Perlu kajian yang mendalam baik dan buruknya jika mengimpor rektor dari luar negeri.