Begitu sampai di Kyoto, saya melihat sekeliling saya mulai dari Kyoto Station, berjalan menuju ke  hostel tempat kami menginap.  Jaraknya tidak begitu jauh sekitar 500 meter.Â
Terasa bingung sekali mengapa sepanjang jalan yang saya lewati bersih sekali . Saya tidak pernah menemukan sedikit atau banyak sampah tetapi anehnya saya juga tidak menemukan tempat sampah.  Bagaimana bisa bersih jika tidak ada tempat sampah?  Dimana orang  yang ingin membuang sampah?  Apakah mereka bawa semua sampah itu sampah ke rumah masing-masing?  Kenapa tidak ada tempat sampah di tempat publik?
Wah otak saya hampir gila, tidak berhenti memikirkan  puluhan pertanyaan yang tidak terjawab.  Bukan hanya Kyoto yang bersih, tetapi kota-kota lain seperti Nara, Saga Arashiyama, Osaka juga bersih, tak pernah menemukan sampah sama sekali.Â
Pulang ke Indonesia penasaran saya masih ada. Lalu tanpa disangka, saya mendapatkan satu artikel bahwa budaya membuang sampah di Jepang itu sangat rapi dan terjadwal sekali.
Orang Jepang mengelompok sampah-sampah itu atas beberapa jenis (sampah rumah tangga/sisa makanan, kertas-kertas kotor, sampah berbahan palastik, sampah botol(tutup botol harus dipisah) dan sampah kaleng, sampah khusus seperti alat-alat rumah tangga (wajan, penggorengan, radio, televisi, lemari es) yang dibagi berdasarkan ukuran (besar dan kecilnya).
Jadwal yang ketat untuk pembungan sampah dibuat setiap minggunya. Â Contohnya sampah rumah tanggal dibuang tiga kali dalam seminggu di tempat yang ditentukan. Â Hari Senin untuk buang sampah kertas, Hari Rabu untuk sampah botol plastik, kaleng dan botol kaca yang dikategorikan /dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Â Jumat minggu kedua dan keempat untuk membuang sampah alat rumah tangga khusus. Â Hari Minggu tidak ada pembuangan sampah.
Jadwal yang telah dibuat itu ditentukan jamnya juga , antara pukul 8 sampai 9 akan diangkut oleh truk sampah. Â Tidak ada pembuangan sampah di malam hari.
Ternyata tempat pembungan sampah dapat ditemukan di pertokoan dimana saya belum pernah meihatnya. Â Tetap ingat saat buang sampah harus kita sortir sesuai dengan jenisnya karena ketatnya peraturan di Jepang.
Lalu kenapa tidak  ada tempat sampah di tempat publik?
Masih ingat peristiwa yang cukup mengerikan, pada tanggal  20 Maret 1995 dimana terjadi serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo.  Akibat penyerangan  itu 12 orang meninggal. Pelakunya adalah Shako Ashara dari sekte Aum yang merasa sakit hati kepada warga karena mereka tidak mendapatkan hak untuk menjadi parlemen di tahun 1990. Pelakunya sudah ditangkap.Â
Cara mereka yang sangat rapi dalam menggunakan senjata kimiawi  yang mereka simpan di tempat pembuangan sampah itu tidak diketahui oleh banyak orang.
Setelah terjadinya peristiwa  itu ,  pemerintah Jepang mendapatkan hikmah untuk tidak menggunakan tempat sampah karena dianggap sebagai salah satu cara untuk melakukan/menyimpan  kejahatan.
Itulah sebabnya sampai saat ini saya tidak menemukan tempat sampah di tempat publik. Â Ternyata sejarah kelam membuktikan bahwa tempat sampah itu jadi tempat untuk menyembunyikan bahan kimiawi yang sangat membahayakan itu.
Oh, Â tempat sampah jadi biang keladinya kesulitan membuang sampah saat berada di Jepang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H