Di tahun sebelum 2002-2004 , desa Ponggok adalah sebuah desa yang tertinggal , warganya banyak pengganggur dan banyak yang terlibat dalam utang renterir.Â
Letaknya di dataran rendah diapit oleh Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, air berlimpah. Memiliki  potensi mata air yang disebut umbul.
Ada beberapa umbul di desa Ponggok seperti Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Ponggok, Umbul Kapilaler, serta Umbul Cokro. Pada setiap umbul ini dapat dijumpai pemandangan alam yang indah serta air yang jernih, didukung dengan suasana pedesaan yang asri.
Di tangan seorang  Kepala desa bernama Junaedhi Mulyono, yang lulusan sarjana hukum melihat  potensi itu dan mulai mengelola dengan tangan dinginnya.
Dengan adanya dana desa yang dikucurkan dari ABBN sebesar 60 triliun untuk 75 ribu desa di seluruh desa, maka Junaedhi mulai mengalokasikan dana desa itu untuk pengembangan desanya.
Sistem manajemen yang ditirunya seperti di pusat dimana BUMD maka Ponggok punya BUMDes yang merupakan Badan Usaha Milik Desa. Â BUMDes menjadi penyangga dari semua unit usaha yang dikembangkan di desa Ponggok .
Setelah adanya BUMDes, yang pertama menjadi perhatiannya adalah Umbul Ponggok. Â Sumber mata air ini dirubah menjadi tempat wisata bawah air.
Dengan infrastruktur menuju ke Umbul Ponggok dan peralatan untuk wisata air seperti snorkling dan berselfie di bawah air. Â Wisata air ini menjadi makin viral ketika Kepala Desa mengajarkan kepada pengelolanya yang notabene adalah warga desa untuk promosi Umul Ponggok di instagram. Â Warga yang dulunya sangat gaptek untuk menggunakan gadget itu diajari bagaimaan mengisi pulsa, menggunakan gadget.
Pendapatan terbesar dari unit usaha yang ada di desa Ponggok adalah wisata Umbul Ponggok dengan pendapatan ABPD yang terus meningkat . Kunjungan wisatawan bukan hanya dari domestik, tetapi juga dari luar negeri seperti Malaysia, dan Singapore.
Bahkan Sri Mulyani, Menteri Keuangan pun pernah datang berkunjung ke sini. Kekaguman Sri Mulyani dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa desa yang sangat mandiri itu berhasil karena semua warga dan Kepala Desannya mau bekerja untuk membangun desa itu.
Dengan program unggulan dari  Jnaedhi Mulyono yaitu untuk setiap rumah harus ada satu sarjana, ada kartu pinter  yang diharapkan semua anak bisa bersekolah tanpa ada alasan tidak ada uang.  Juga di bidang Kesehatan ada kartu Jaminan Kesehatan Desa, bagi yang sakit ada dana yang disiapkan oleh Kades untuk membangun puskesmas dan para medis untuk melayani warga.
Suatu prestasi yang sangat mengagumkan dapat dilihat sekarang ini desa kumuh itu sekarang jadi desa yang sangat penuh dengan pengunjung, sarana yang apik, fasilitas untuk wisata disiapkan dengan baik, juga di sana sini ada hampir 10 unit desa yang memiliki bidang usaha yang siap melayani seperti kuliner,r esto, homestay, rental, jasa, gedung bali desa dan lainnya.
Desa Ponggok boleh berbangga diri karena telah terpilih sebagai desa yang peduli lingkungan, mandiri dan tahun 2017 dengan pendapatan per kapita 14,2 milyar dan APBD Â 3,9 milar sebagai desa wisata terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H