Ketika mereka sudah bersalaman dengan pengantin, yang kadang-kadang tidak dikenal oleh kedua pengantin karena kenalan dari ayah/ibu atau pihak ayah/ibu mertua, mereka akan bercakap-cakap sambil menikmati hidangan utama.
Menu hidangannya pun sangat istimewa karena selain hidangan utama ditambah dengan makanan tambahan lainnya yang ada di gubuk-gubuk makanan.
Kehadiran tetamu itu bukan suatu beban karena mereka menyukai diundang untuk bersilahturami dan menikmati makanan berbagai makanan sambil mengambil kesempatan untuk bertemu dan bersosialisasi dengan teman, kolega, yang sudah lama tidak bertemu.
Kadang-kadang tamu yang hadir pun tidak sesuai dengan undangan, jika yang diundang Tuan dan Nyonya A, yang datang bisa sekeluarga, anak-anaknya pun ikut serta. Keluarga inti, punya saudara-saudara sepupu yang seringkali datang walaupun tidak diundang.
Dalam pernyataannya para responden mengatakan bahwa mereka senang untuk datang bersama keluarga inti, mereka merasa risih jika hadir pesta pernikahan hanay sendiri saja.
Jika mereka belum menikah, biasanya mereka mengajak teman, tetangga atau saudara.
Kesimpulannya adalah pesta pernikahan itu bukan sekedar untuk memberikan restu kepada yang akan menikah, tetapi dijadikan ajang pertemuan antar keluarga dan teman. Seolah-olah suatu kesempatan untuk bertemu, makan ramai-ramai.
Siapkah kita yang akan mengadakan pesta pernikahan dengan konsep pernikahan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H