Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Painting on T-Shirt" (POT), Seni Kreativitas dan Entrepreneurship

16 November 2018   20:25 Diperbarui: 17 November 2018   06:30 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rini Pemilik POT Sumber: Gapey Sandy

Undangan untuk datang di suatu talk show adalah biasa. Namun, kali ini saya datang di suatu talk show dimana  ruangan dipinggirinya diisi penuh dengan papan kecil dengan ditempeli dan dibalut oleh kaos-kaos berwarna putih.  Pertanyaan besar di benak saya. Apa manfaatnya kaos-kaos itu?

Pertanyaan itu terjawab setelah selesai sambutan dari Bapak Henry C .   Widjaja, sebagai Ketua Yayasan Dharma Bhakti Astra.   Selesai sambutan, seorang ibu paruh baya menyapa kami dengan  sangat ramah , bahkan terkesan sangat ceria.    Dialah Ibu Dyah Rini Ayu.   Beliau adalah istri dari Iskandar Syahputra, yang akrab disapa Faiz.   Bapak Iskandar adalah seorang seniman, pelukis dan lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta.

Sedangkan istrinya, Rini (panggilan akrabnya), juga tak kalah  dalam dunia seni. Jiwa seninya itu dikembangkan melalui aneka keramik yang diproduksinya. Saat itu Rini adalah juragan keramik.

Cinta dua insan berjiwa seni ini terlihat sekali dari pekerjaan yang digeluti oleh Faiz sebagai pelukis yang berkecimpung dalam dunia lukis sejak 1979 dan sering menerima lukisan di atas kaos milik teman dan kerabat.

Namun,  usaha keramik yang cukup besar itu tidak selalu berjalan lancar.   Saat terjadi serangan 11 September 2001 yaitu pengeboman gedung Kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001, usaha keramik mereka tergoncang karena permintaan expor mundur perlahan-lahan bahkan sampai tak ada order sama sekali.

Akhirnya  Faiz dan Rini  sadar bahwa  usaha 13-14  toko keramik yang selama ini diperjuangan dengan keras untuk dipertahankan, harus ditutup karena sudah tidak lagi memadai manfaat secara finansial.     

Dalam kondisi yang sulit itu, untuk menafkai keluarganya, Rini  banting setir dengan jadi tenaga promosi di perusahaan.   Di samping itu Rini sering  mendamping dan mendukung  hobi suaminya dalam melukis .  

Terlintas dalam benak Rini dan suaminya untuk berbisnis kaos dalam bentuk yang baru.   pun mulai menapakkan kaki untuk mengelola dunia seni kreatif lukis di kaos.  Ide cemerlang pun datang.  Mereka melihat orang mulai bosan hanya membeli kaos saja.  Walaupun model kaos mengikuti tren tapi ada kecenderungan orang lebih menyukai memakai kaos yang punya nilai tambah.   Nilai tambah dengan cara kreatif itulah yang yang mereka tangkap peluangnya.  

Jika sebelumnya Faiz sering melukis kaos untuk orang lain, bagaimana jika  orang yang membeli kaos dan melukis sesuat yang berarti  di atas kaos.   Nilai kaos yang dibeli menjadi berarti bagi pembelinya karena kreasi pribadi itu menambah nilai yang besar bagi pembelinya.   Pembeli merasa bangga atas kaos dari hasil kreasi lukisannya sendiri.

Iskandar Syahputra sedang melukis: Sumber: Rini Iskandar
Iskandar Syahputra sedang melukis: Sumber: Rini Iskandar
  Peluang itu membuat  Faiz dan Rini mencari bahan-bahan sisa-sisa kaos (yang masih baru) berwarna putih  dari dagangannya yang bangkrut (Warung Kaos). Untuk memperkenalkan seni kreatif ‘baru’ yakni melukis dengan media t-shirt sebagai pengganti kanvas.

Namun, usaha ini pun tak berjalan mulus karena masih ada halangan dari internal . Pemodal yang merupakan rekannya sendiri ternyata mengundurkan diri .  Mereka merasa terpukul karena tanpa modal sama sekali tentu usaha tidak dapat berbuat apa-apa. Modal pengganti tak mudah mendapatkannya karena mereka tak punya sesuatu yang berharga untuk dijaminkan.

Dalam kondisi yang sangat parah, itu mereka mencoba mengelola dan memadukan penjualan kaos painting dengan pelatihan.   Namun, lagi-lagi mereka terbentur dengan modal yang sudah tak mereka miliki lagi.  Dalam kegentingan itu, ada dewa penolong dari YDBA yang memberikan referensi untuk pinjaman dana sebagai modal dasar kepada  lembaga peminjaman. Sebagai jaminan pinjaman itu, Ibu Rini dan Pak Iskandar merelakan satu lukisannya .

Dengan dukungan dan berkoordinasi untuk pelatihan manajemen pengelolaan keuangan , HRD dan cara berorganisasi dari YDBA, maka usaha ibu Rini mulai dikenal sedikit demi sedikit.

Pengenalan itu dimulai dengan rajinnya ikut serta  Rini dalam event-event seperti Bobo Fair dan mereka tak segan-segan terjun ke lapangan ikut blusukan untuk terus menggaungkan POT. Faiz dan Rini juga banyak keluar masuk mall juga plaza demi menawarkan jasa dan produk untuk pelatihan praktik melukis di atas t-shirt.  Beberapa tempat seperti  Plaza Semanggi, Pondok Indah Mall, Bintaro Plaza dan Mall Casablanca Mall adalah lokasi-lokasi yang jadi tempat bagi  bagi Faiz dan Rini dalam perjuangannya mengembangkan POT.

Pelatihan Painting on T Short Sumber; Rini Iskandar
Pelatihan Painting on T Short Sumber; Rini Iskandar
Berkat perjuangan dan konsistensi Faiz dan Rini, sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Dimulai dengan pesananan t-shirt sesuai gambar (customized), sampai kepada pelatihan POT.  

Marketing dari mulut ke mulut ini jadi dasar keberhasilan untuk memperkenalkan pelatihan POT hampir di seluruh sekolah yang mengingkan eks kurikulum dengan melukis di atas t-shirt.  

Bahkan bukan hanya sampai kepada pelatihan, tapi juga penjualan dari cat akrilik yang digunakan untuk melukis itu jadi potensi tambahan pundi-pundi mereka. 

Blogger melukis POT Sumber: Gapey Sandy
Blogger melukis POT Sumber: Gapey Sandy
Cat akrilik itu punya cerita untuk dimana mereka mendapatkan pengetahuan untuk produksi cat akrilik yang ramah lingkungan dan tidak beracun (non Toxic).  Bahkan sampai berhasil dipatenkan dengan merek datang “ISP/POT” , dimana “ISP” merupakan inisisal nama Iskandar Syahputra jadi brandnya.

Keistimewaan dan keunggulan dari cat akrilik  ISP/POT ini sudah diketahui dan terbukti  oleh mereka yang telah menggunakananya. Begitu menempel di t-shirt, segera melekat dan tahan lama walaupun sudah dicuci dan disetrika berkali-kali, tidak luntur sama sekali.   Bahannya sangat ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan jika membuang sisa-sisa cat.  

Penggunaan cat akrilik ini selain di kaos, dapat digunakan untuk melukis di tas , sepatu, dekorasi, patung backdrop, syal , kanvas dan lainnya.   Garansi diberikan sampai setahun dijamin  tahan lama dan tidak luntur.  

“Bisnis pelatihan jadi  bisnis yang menguntungkan”, ujar Rini .  Puncak bisnis saat masa liburan sekolah datang.    Para murid sekolah mengisi liburannya dengan berbagai aktivias , utamanya mereka belajar melukis POT.

Keuntungan kotor yang diperoleh saat peak season itu dapat mencapai sekitar Rp.40-Rp.50 juta dalam sebulan.  Hasil keuntungan ini didukung dari hasil pelatihan melukis ditambah dengan penjualan t-shirt dan cat akrilik.

Pelatihan ini dibuat dengan sistem paket dan jumlah peserta bisa sampai maximum 100 perserta dalam sekali peatihan.  Tarif yang dikenakan sebesar Rp.45.000 per peserta.  Paket ini sudah termasuk t-shirt, cat tekstil akrilik.  Peralatan untuk mengecat dan cat akan dipinjamkan.

 Galeri dan studio lukis POT bisa dikunjungi langsung ke kediaman Faiz dan Rini, di Jalan Pangrango 1 No.51 RT 001 RW 07 Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Di lahan milik mereka seluas 3.000 m2, mereka ingin mewujudkan suatu “kampung Seni”  yang dapat menampung  lebih banyak murid dan menciptakan studio dengan karya seni yang berkualitas.   Sekarang pembangunan dilakukan secara bertahap dengan sebagian rumah  menjadi studio lukis, mampu menampung 150 peserta sekaligus.

Pemasaran dilakukan dengan menggunakan media online , termasuk media sosial.  Selalu ada update tentang perkembangan  yang terakhir tentang POT dapat diikuti melalui instagramnnya  @paintingontshirt

Kreativitas melalui POT semakin dikembangkan seiring dengan nilai-nilai yang diemban dari nilai itu adalah agar makin banyak anak dapat mengexpresikan aktivitas seni dengan cara menyenangkan , selain itu juga ada kesadaran apresiasi masyarakat tentang nilai seni lukis .

Nilai positif  itu selalu ditekankan oleh ibu Rini bahwa melukis bukan hanya sekedar atau senang melukis, tapi juga harus memahami bahwa orang yang bisa melukis itu biasanya yang memiliki jiwa seni. Hal ini terlihat dari hasil lukisannya. 

 JNE:

Sebagai sebuah industri expedisi yang sudah berpengalaman dan punya jangkauan  yang sangat luas, JNE mampu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi UMKM yang membutuhkannya sebagai mitra bisnis.

Kerja sama yang saling menguntungkan bagi UMKM maupun JNE.  UMKM dapat meningkatkan potensi keuntungan dengan meningkatnya penjualan melalui pengiriman dengan standar yang disepakati.

JNE memberikan pelayanan yang sesuai standar dan disetujui oleh UMKM dan memberikan kepuasan bagi pelanggan UMKM . Dengan kepuasan itu, maka meningkat pula customer loyalty dari UMKM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun