Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Hebat, Orang Tua Terlibat

4 November 2018   17:39 Diperbarui: 4 November 2018   18:34 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Definisi anak hebat itu sangat luas sekali.    Apa jawabannya?  Tentu jawabannya sangat variatif.  Ada yang mengatakan anak hebat adalah anak yang genius,  anak yang punya prestasi besar baik itu dalam bidang studi, pekerjaan/karir atau bidang olahraga.   Anak hebat apabila anak itu dapat bertanggung jawab kepada orangtuanya atau menghormati orang tua .

Semua definisi itu sangat benar adanya.  Tetapi kali ini saya ingin membahas anak hebat dikaitkan dengan orang tua yang terlibat langsung dalam pendidikan anaknya.

Sore itu tanggal 24 Oktober 2018, saya mendapat undangan apresiasi untuk menghadiri nomine lomba penulisan blog Pendidikan 2018 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Paud dan Pendidikat Masyarakat.   Suasana Hotel Peninsula begitu penuh sesak dan banyak orang yang mondar mandir untuk mendaftarkan diri alias absen  untuk check-in hotel.

Di antara sekian orang yang datang itu, saya agak tercengang melihat hampir 10 pasang orang yang sudah tua.  Saya pikir apakah mereka peserta lomba atau siapa gerangan. 

Ternyata pertanyaan besar yang ada di kepala saya itu baru terjawab di acara puncak yaitu Penyerahan dan Penghargaan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud Jakarta.

Acara dimulai pukul 19.30 dengan diawali oleh Musik Perkusi dari siswa-siswi SMA 48  dilanjutkan dengan pelbagai pengumuman dan penayangan para pemenang  lomba Film Pendek (PSA dan dokumenter) , apresiasi Sekolah Sahabat Keluarga. Selanjutnya penyerahan apresiasi pendidikan keluarga untuk Lomba Jurnalistik kategori opini, berita , feature dan lomba blog.

Acara selanjutnya apresiasi pendidikan keluarga untuk orangtua Hebat.  Selesai penyerahan apresiasi kepada 10 pasang orangtua hebat, diminta salah satu orangtua hebat yang mewakili 10 orangtua hebat untuk memberikan testimoni.

Bapak Sawiri  bekerja sebagai  seorang tukang becak tinggal di Lingkungan Masigit RT 003/001 Keluarahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegin.   Sang istri , seorang ibu rumah tangga biasa.  Heriyati, yang sering dipanggil "Hera", putri bapak Sawiri ini telah memperlihatkan prestasi sejak kecilnya.  Selalu mendapatkan ranking saat SD, SMP meraih juara 1 di kelasnya.  Meski pendidikan ayahnya hanya sebagai tukang becak, tetapi Sawiri selalu memperhatikan pendidikan putrinya. Ditengah ekonominya yang pas-pasan dengan penghasilan sehari hanya sekitar Rp.15.000-Rp.25.000 Hera yang ingin berniat untuk melanjutkan SMA Negeri 1 Cilegon itu ternyata harus memutuskan tidak memilih SMA Negerei 1 Cilegon hanya karena biaya transportasi yang mahal.  Jarak tempuh dari rumah ke sekolah itu harus menempuh tiga kali angkot, sementara pendapatan /penghasilan ayahnya hanya sekitar 15-25 ribu saja.  Tentunya tidak mencukupi.

Tidak berhasil masuk ke SMA Favortt di Cilegon, Hera memilih melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negerei 2 Cilegon.

Sekali lagi ternyata Hera membuktikan dirinya memang punya prestasi yang hebat. Dia mendapatkan ranking pertama.  Dia juga aktif dalam kegiatan sekolah lomba seperti cerdas cermat, matematika, kimia. 

Untuk membiayai sekolah anaknya Hera, Sawiri sering meminjam uang kepada pelangganya .  Pinjam uang itu dikembalikan dengan cara mengantar jemput anak-anak ke sekolah dengan menggunakan becaknya.

Hera tak pernah merasa malu jika ada orang lain atau temannya mengetahui bahwa ayahnya seorang tukang becak.

Hasil prestasi belajar Hera mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Cilegon.  Dia mendapatkan hadiah sebagai siswa prestasi dan direkomendasikan untuk mendapatkan beasiswa di ITB Bandung.

Hera dinyatakan lulus beasiswa  melalui program Bidikmisi.  Sebagai orangtua,perasaan Sawiri bangga bercampur bingung tentang biaya saat mengantarkan anaknya untuk kuliah di Bandung. 

Sekarang ini Hera masih kuliah untuk menyongsong hari depannya yang gemilang ditengah keterbasan ekonomi dari ayahnya. Namun dukungan moril dan semangat dari ayahnya membuat Hera terus berpacu semangat untuk segera menyelesaikan kuliahnya.

keluarga2-5bdecbed12ae94567a4a7865.jpg
keluarga2-5bdecbed12ae94567a4a7865.jpg
Seorang anak  perempuan  bernama Allafta Hirzi Sodiq, berusia 8 tahun terlahir sebagai tunanetra.   Sempat kelahirannya ditolak oleh kedua orangtuanya karena Nur Afifah, sebagai ibu dari Hirzi sangat kecewa menerima kenyataan bahwa anak sulungnya itu menderita kebutaan.  

Namun, perjalanan hidup sebagai orangtua memang harus melalui suatu proses ujian yang berat, ketika Nur Afifah dan suaminya baru menyadari bahwa anak itu hidupnya sangat tegar saat dititipkan kepada orang lain.   Semangat Hirzi meluluh lantakan hati Nur Afifah dan suaminya bahwa anaknya dapat menjadi hebat apabila ada semangat juga dari orangtuanya untuk jadi seorang yang punya kemampuan musik .

Dengan berbagai usaha keras mulai dengan sekolah SLB A untuk dapat mendampinginya Hirzi dalam festival musik piano tingkat nasional sampai ke tingkat international  , Zizi  akhirnya memperoleh Medali emas pada "Asia Art Festival di Singapore".

Dengan kasih sayang yang sangat besar , Zizi  menampakan kehebatannya dalam bermusik piano. Berlatih main musik piano dan kompetisi jadi ajang untuk memperlihatkan kemampuannya.   Walaupun Zizi tidak bisa membaca not balok tapi berkat kegigihann ibunya Nur Afifah menemukan buku teori untuk Zizi dalam bahasa inggris yang diterjemahkan dalam braille.

Zizi mendapatkan beasiswa vokal dari Yamuger dengan guruhnay Harland Hutabarat.   Semakin lengkaplah  kemampuan bermusiknya.

Inilah dua orangtua hebat yang mendapat apresiasi karena mereka selalu melihat bahwa pendidikan anaknya pantas diperjuangkan ditengah keterbatasan dari apa yang mereka miliki misalnya ekonomi (tukang becak)  dan keterbatasan fisik (buta).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun