Pengasuhan dengan pola ini berpotensi memunculkan pemberontakan pada saat remaja, ketergantungan anak pada orangtua, merasa cemas dalam pembandingan sosial, gagal dalam aktivitas kreatif, dan tidak efektif dalam interaksi sosial. Ia juga cenderung kehilangan kemampuan bereksplorasi, mengucilkan diri, frustrasi, tidak berani menghadapi tantangan, kurang percaya diri, serta tidak bahagia.
3. Neglectful Parenting
Pola pengasuhan ini disebut juga indifferent parenting. Dalam pola pengasuhan ini, orangtua hanya menunjukkan sedikit komitmen dalam mengasuh anak yang berarti mereka hanya memiliki sedikit waktu dan perhatian untuk anaknya. Akibatnya, mereka menanggulangi tuntutan anak dengan memberikan apa pun yang barang yang diinginkan selama dapat diperoleh.
Padahal hal tersebut tidak baik untuk jangka panjang anaknya, Orangtua dengan pola neglectful parenting bisa saja menganiaya, menelantarkan, dan mengabaikan kebutuhan maupun kesulitan anaknya.
Minimnya kehangatan dan pengawasan orangtua membuatnya terpisah secara emosional dengan anaknya sehingga anak menjadi serba kurang dalam segala aspek, baik kognisi maupun kemampuan emosional dan sosial.
Jika terus-menerus terjadi, anak berkemampuan rendah dalam mengatasi rasa frustrasi serta mengendalikan emosi. Ia sering kurang matang, kurang bertanggung jawab, lebih mudah dihasut teman sebaya, serta kurang mampu menimbang posisi.
4. Indulgent Parenting
Pada indulgent parenting, orangtua cenderung menerima, lunak, dan lebih pasif dalam kedisiplinan. Mereka mengumbar cinta kasih, tidak menuntut, dan memberi kebebasan tinggi pada anak untuk bertindak sesuai keinginannya.
Terkadang orangtuanya mengizinkan ia mengambil keputusan meski belum mampu melakukannya. Orangtua semacam ini cenderung memanjakan anak, ia membiarkan anaknya mengganggu orang lain, melindungi anak secara berlebihan, membiarkan kesalahan diperbuat anaknya, menjauhkan anak dari paksaan, keharusan, hukuman, dan enggan meluruskan penyimpangan perilaku anak.
Oleh karena itu kesepakatan untuk menerapkan salah satu pola parenting sangat penting. Setelah memilih dan memutuskan untuk pola parenting, harus bersama-sama menerapkan dengan konsekuen .Â
Lakukan Couple Pschytherapy:
Jika masing-masing masih tidak dapat melakukan gaya parenting yang sama, maka sebaiknya pasangan tersebut menjalani couple psychotherapy. Dengan couple pschtherapy, hubungan antara ibu dan ayah akan jauh lebih sehat.
Jika tidak memungkinkan melakukan couple pschotherapy, dapat diawali dengan individual therapy. Karena pribadi yang sehat akan membentuk hubungan berpasangan yang sehat.
Bila hubungan pasangan sehat, maka hubungan ortu dan anak akan sehat.
Sikap serba membolehkan yang dilakukan suami/istri bisa saja karena lukanya belum pulih dan akibat rasa bersalah. Dan rasa bersalah itu dirasakan dan dimanipulasi oleh anak.