Persis di hari Lebaran ini, semua orang berbondong-bondong pernyataan permintaan maaf dikirim ke media sosial. Â Sebenarnya bagus dong jika setiap orang mau instropeksi atas kesalahannya dan membuat pernyataan minta maaf . Â Hanya pertanyaannya adakah permintaan maaf secara publik itu tepat atau tidak? Â Tepat atau tidaknya itu dilihat dari segi apakah sebenarnya kita pernah berbuat salah secara langsung kepada publik tertentu.Â
Permintaan maaf kepada individu jauh lebih efektif:
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali berkomunikasi, berinterkasi dengan orang lain. Ketika interaksi kita itu tidak tepat baik dari segi tata krama/etika atau segi psikologis (dalam kondisi marah, kecewa dan emosi),  maka  interaksi itu akan menimbulkan luka kepada orang lain.  Memang seringkali dilakukan baik itu sengaja atau tidak sengaja.
Pihak yang terluka tentu saja merasa sakit hati, dan memendam persaan sakit hati terus menerus tanpa penyelesaian akan menimbulkan dendam dan kebencian. Â Ketika kebencian dan dan dendam itu tak diselesaikan secara langsung dengan pihak yang bersangkutan maka dia menyimpannya terus menerus dalam sanubarinya.
Ketika dendam dan sakit hati terbawa dalam hati selama bertahun-tahun,  bahkan kita  masih menyimpan dalam hati itu maka  luka yang tidak terobati itu akan meracuni pikiran kita dan hidup kita tidak dapat tenang selama hal itu belum terselesaikan, seolah membawa bara api dalam atas kepala kita.
Demi kesehatan tubuh dan kebahagiaan kita sendiri, kita harus belajar memaafkan dan melepasakan rasa "sakit" dan "dendam itu.
Jika seseorang yang sedang marah, panik, cemas, takut, merasa tertekan, maka otaknya akan mengeluarkan nor-adreanalin, hormon yang sangat beracun.
Di antara racun alami, hormon ini menempati urutan kedua setelah bisa ular. Racun ini membuat fisik kita sakit-sakitan, cepat tua dan mematikan syaraf.
Apa yang harus dilakukan?
Kendalikan pikiran dan perasaan sehingga menghadapi segala sesuatu dengan positif. Â Saling bermaafan dengan tulus hati . Jika pihak yang lain tidak mau menerima maaf kita, tak perlu berkecil hati, yang penting kita sudah membuka diri untuk meminta maaf.
Saat kita menghadapi sesuatu positif dan terbuka maka otak akan mengeluarkan Hormon Beta-Endorfin. Â Hormon kebahagiaan ini berkahasiat memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan, menurunkan agresivitas, menginkat semangat, dan kreativitas.