Ternyata  tidak semua orang pensiun itu merdeka dalam finansial.  Belum lama ini saya melihat seorang Bapak separuh baya, membawa anaknya yang masih berusia sekitar 10 tahun ke tempat dimana Bapak itu mengikuti kegiatan informal.
"Kenapa anaknya selalu dibawa?" tanya seseorang kepada bapak itu.
"Loh , saya khan sudah pensiun. Saya  sekarang bebas bawa anak setelah dia pulang ke sekolah.
Tapi bagaimana dengan persiapan keuangan Bapak untuk anak yang belum siapa mandiri? Â
"Wah , saya hanya menggantungkan diri dengan dana dari uang pensiun!" jawabnya.
"Apakah uang pensiun itu cukup untuk kehidupan keluarga seperti layaknya sebelum pensiun?"
"Yach, dicukup-cukupkan karena saya tak pernah bayangkan pensiun dengan anak masih SD!" jawabnya.
Itulah sekedar gambaran  umum bahwa  di usia pensiun atau senja pun, ada beberapa orang yang mengatur keuangannya secara mengalir saja tanpa mengatur keuangan pensiun sejak dini.
Bagaimana cara mengatur pensiun?
Bagi mereka yang bekerja di PNS, tentu banyak yang mengandalkan dana pensiun dari negara. Â Tapi bagaimana dengan mereka yang bekerja secara wirausaha atau bekerja swasta dimana mereka tidak menerima dana pensiun dari siapa pun kecuali harus mempersiapkan diri untuk dana pensiun.
Untuk mempersiapkan dana pensiun sebenarnya harus dimulai sejak kita bekerja.  Sebaiknya tetap menyisihkan dengan tabungan  sebesar  yang ktia perlukan pada saat kita pensiun.
Sebagai contoh, apabila kita berusia 25 tahun dan akan pensiun pada usia 55 tahun, berarti ada waktu untuk 30 tahun.  Untuk biaya hidup pada usia 55 tahun, kita dapat menghitungnya.  Sebagai contoh:  biaya hidup sebulan adalah 10 juta, biaya inflasi 5% maka untuk 30 tahun:  30 tahun x  12 juta x  5%  =   378,000,000   artinya setiap bulan Anda perlu menabung sebesar Rp.1.050.000 . Ini simulasi yang sangat sederhana sekali.  Dengan adanya tabungan dana pensiun ini Anda dapat
Beban biaya sosial setelah pensiun:
Khususnya untuk para pensiun di Indonesia yang sangat gemar untuk bertemu dengan teman-temannya. Bertemu di suatu tempat yang khusus apalagi di restoran itu pasti memerlukan dana.Â
Yang pertama dana transportasi dari rumah menuju ke resto, dan yang kedua adalah biaya untuk makan dan minum. Â Nach, jika setiap minggu kita punya jadwal untuk bertemu teman dan sekali pertemuan itu Anda perlu biaya makan dan transportasi sebesar RP.200.000 Â artinya jika sebulan 4 kali pertemuan maka perlu dana sebesar Rp.800.000
Biaya untuk "Sandwich generation"
Adakalanya para pensiunan yang baru berusia sekitar 55-60 tahun itu masih memiliki orangtua yang berusia sekitar 75-80tahun. Â Orangtua mereka ini ikut bersama mereka dan tidak punya dana untuk pensiun sendiri. Â Â
Jadi orangtua pun ikut jadi beban keuangan dari Anda yang sudah pensiun . Â Repotnya jika kita tidak punya dana pensiun tapi harus membiayai keluarga sendiri ditambah dengan orangtua maka biaya hidup pun jadi makin berat. Â Apalagi jika tak punya dana pensiun yang dipersiapkan sejak awal, maka kehidupan pensiunan itu bertambah memusikankan.
Beban kesehatan :
Adakalanya  kita tidak berpikir bahwa makin tua usia seseorang, maka makin berkurang pula kemampuan tubuh dan kesehatan pun sering terganggu.  Kesehatan mundur, penyakit yang berat datang tanpa diundang.Â
Jika kita tak punya asuransi yang dapat mengcover semua penyakit yang datang, maka  kesehatan akan menggerogoti dana yang tersisa.  Ada baiknya sejak awal kita pun sudah memikirkan tentang adanya asuransi kesehatan.  Sayangnya, asuransi kesehatan itu punya batas usia hanya sampai 60 tahun saja.
Sederhananya menjadi pensiuan itu tak semudah membalikkan tangan saja. Selesai purna bhakti, artinya kita perlu bekerja lagi. Justru setelah purna bhakti ada yang perlu kita cermati apakah kita telah menjadi pensiunan yang layak merdeka secara finansial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H