Tepat di hari terakhir, saya berjanji menemui seorang  pemilik UKM Wiroto . Kendaraan yang saya tumpangi melaju dari Magelang. Saya menyusuri sawah menghijau nan indah bagaikan permadani dan cuaca cerah yang sangat saya nikmati. Jalan desa yang sangat beraspal mulus, membuat perjalanan lancar tanpa kemacetan. Perjalanan ini demi menuju ke Jalan Monumen Perjuangan 12, Wirokerten, Banguntapan, Bantul.
Ketika tiba di lokasi, depan arah muka saya melihat bangunan joglo besar dan luas dengan ukiran kayu yang begitu otentik. Menyusuri ke belakang, ada sebuah pendopo, yang merupakan galeri kecil tapi sangat penuh dengan barang-barang pajangan seni dari aluminium yang sangat artistik. Mulai dari bingkai hewan: kuda, kepiting, kangguru, jerapah, kuda, gajah, cicak, sampai ada juga miniatur becak, sepeda, peralatan rumah dan Wayang Klitik Sadewa dan Rama.
Perbincangan yang sangat informal dan santai pun berlangsung. Kisah perjalanan UKM Wiroto yang panjang, lengkap dengan tragedy jatuh bangun usaha, telah ditempuh Wawang Supriyadi atau akrab dipanggil Wawang. Pria yang masih berusia muda namun memiliki jiwa seni yang kental ini mengaku, terinspirasi dan termotivasi dari sang ayah yang juga berprofesi sebagai pengrajin logam mulia, perhiasan emas di Kotagede.
Ketika itu, Wawang dengan bakat yang mengalir dari ayahnya, ingin mengubah jalan hidupnya, membangun UKM dari bahan logam yang lain selain emas karena bahan logam emas sangat sulit dibentuk, bahan yang dapat diproduksi dalam jumlah massal dan disukai dan dapat dinikmati oleh lebih banyak orang, pecinta seni dan penikmat seni, terutama seni budaya Jawa maupun Indonesia.
Akhirnya Wawang menemukan aluminium, beli, tembaga sebagai bahan dasar dari pembuatan seni kerajinanan.
Awalnya, tanpa adanya tempat yang memadai dan tanpa adanya modal kerja, Wawang memakai garasi sebagai tempat produksi. Sebuah tempat yang belum dapat disebut layak sebagai tempat produksi. Dengan keterbatasannya, Wawang memberanikan dirinya untuk menerima order kecil-kecilan dari perorangan.
Dari sebuah garasi, usaha Wawang pindah ke tempat yang agak besar yaitu sebuah galeri di Kotagede, dengan dibantu pengrajin yang berjumlah 10 orang.
Tenaga skill itu betul-betul sangat sulit ditemukan karena jika ada, mereka tidak bisa bekerja secara full time karena saat itu order belum menentu. Ketika tenaga skill sudah dimiliki, mereka lari ke tempat lain karena memang saat itu Wawang belum mampu memperkerjakan sebagai tenaga tetap karena order belum pasti tiap bulannya.
Namun, dengan proses perjalanan terjal itu dilaluinya dengan teguh. Setelah hampir 10 tahun, tepatnya pada sekitar tahun 2012, Wiroto Craft mengikuti pameran berskala nasional dan internasional yaitu INACRAFT di Jakarta. Wawang bertemu dengan salah seorang staf YDBA yang memang ikut membantu beberapa UKM yang juga membuka stand di pameran itu.
Singkatnya setelah melalui bimbingan dari YDBA , Wawang  harus melalui tahap-tahap persiapan yang sangat sulit , memperbaiki sistem produksi, pemasaran, HRD, Keuangan, CSR.  Sampai akhirnya Wawang dapat berhasil naik kelas menjadi UKM Mandiri yang diakui sesuai standar YDBA.