Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kehebatan Kelor bagi Warga Ngawenombo, Blora

2 April 2018   19:53 Diperbarui: 2 April 2018   20:07 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah desa bernama Ngawenombo, Kecamatan Kunduran,Kabupaten Blora, Jawa Tengah telah bertransformasi.   Dulunya warga desa itu hidup dalam kemiskinan, tanahnya kering, terpencil dan kesehatannya pun kurang baik karena kurang gizi.  

Namun, sekarang telah berubah total karena penemuan tanaman yang disebut dengan kelor.  Kelor yang membawa perubahan ekonomi maupun kesehatan bagi warga Desa Ngawenombo itu memang sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan warga desa itu.

Hampir semua warga desa Ngawenomobo Blora menanam daun kelor di tanam di tepi jalan depan rumahnya.  Walaupun mereka tak punya tanah luas, tapi halaman seluas hanya l/2 meter cukup mampu untuk mengolar daun kelor.

Saya pun hampir tak percaya bahwa magnit dari tanaman kelor itu sehebat apa sehingga dapat berdampak luar biasa  mengubah kesehatan dan ekonomi warga.   Ketika saya membaca di sebuah media yang memuat asal usul daun kelor yang bernama aslinya Moringa Oleifera  sering disebut dengan Miracle Tree.   Tinggi batangnya sekitar 7 sampai 11 meter, bunga berwarna putih kekuning-kuningan dan mengeluarkan aroma bau yang sermerbak, memiliki buah bentuknay segitiga memanjang dan digunakan untuk memasak. 

Penelitian tanaman kelor , baik daun, kulit batang, buah dan bijinya ternyata telah diketahui sejak tahun 1980 di negara Somalia, Etiophian dan Sudan. Dipercaya sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan mereka memasak dan memperjual belikan.

Kembali kepada desa Ngawenombo,  hampir sebagian besar warganya itu adalah petani yang mengandalkan pertanian palawija, jagung, singkong dan kedelai.   Mereka hidup secara pas-pasan, mereka tak punya jaringan irigasi untuk sawah yang hanya kecil saja.

Desa ini ternyata jauh dari perkotaan , terpencil dan tidak terhubung dengan jalan aspla. Hanya ada jalan tanah sepanjang 2,5 kilometer.   Penghasilannya sangat rendah, hanya Rp.1 juta setahun.  Dengan penghasilan rendah itu mereka itu tak bisa membeli makanan yang mengandung nutrisi.  Akibatnya  kesehatan mereka sangat rentan.  Warga sering sakit, dan mereka hanya mengobati dengan obat tradisional .  Warga tidak bisa mengakses Puskemas karena Desa mereka sangat jauh dari Puskesemas.

Perubahan terjadi:

Tanpa disangka, ada seorang  bernama Ai Dudi Krisnadi dan  Moringa Organik Indonesia memperkenalkan daun kelor kepada mereka.   Mereka diajari bagaimana menanam, mengolah makanan berbahan dasar daun kelor.   Hasilnya setelah hampir 2 tahun pohon kelor itu jadi basis makanan sehari-hari mereka dan daun kelor itu meningkatkan kesehatan mereka.  

Tidak sia-sia apa yang diperkenalkan oleh MOI yang merupakan penggagas rumah konservasi  di Nusa Tenggar Timur.    Dudi  mengenal MOI dan akhirnya dengan semangat mereka menyosialisaikan kepada masyarakat Desa Ngawenombo untuk bertanam dan sekaligus memasaknya untuk nutrisi bagi mereka .

Rupanya  kepopuleran daun kelor di desa bukan hanya didengar oleh masyarakat sekitar itu, tapi sudah banyak orang-orang dari luar negeri seperti Jerman,Israel, Haiti, Malaysia, Jerman, Kanada ,Amerika Serikat, Belgia dan Austria.   

Kedatangan para tamu ini menjadi momen penting bagi masyarakat desa Ngawenomobo untuk menambah pundi-pundi uang nya dengan menjual berbagai makanan olahan daun kelor seperti dodol, brem hingga minya. 

Bukan hanya makanan, tapi juga pupuk dan pakan ternak pun tidak luput dibuat dari daun kelor.  Manfaat daun kelor yang tak pernah terpikirkan itu ternyata membawa  keberuntungan.   Ketika salah satu warga bernama Suyanto , mengaku saat panen itu dia berhasil membuat dodols sekitar 6-10 kilogram. Dodol itu selain untuk konsumsi sendiir juga dijual di pasar tradisional maupun pemasaran online.  Penghasilannya sudah sangat besar yitu Rp.600.000.

Nilai ekonomi daun kelor memang benar sangat besar.  Warga mendapat kesehatan, tapi juga mendapat penghasilan lebih besar dari mengolah biji kelor  menjadi minyak.   Harga minyak kelor sekitar Rp.2.5 juta per liter. Pembelinya datang sendiri karena dijual dengan cara online.

Perubahan drastis terjadi di desa karena adanya penemuan kelor yang mampu mengubah wajah sebuah desa yang dulunya miskin dan tidak sehat menjadi desa yang warganya sehat dan memiliki penghasilan yang mencukupi untuk kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun