Banyak orangtua yang berpikir bahwa membangkitkan semangat jiwa atau kemampuan seseorang anak diperlukan suatu pujian. Pujian dianggap sebagai motivator untuk perkembangan psikologi anak. Ketika menghadapi seseorang anak yang sedang lemah dalam menghadapi tekanan baik itu karena kelemahannya untuk suatu pelajaran atau suatu pekerjaan, orangtua merasa penting untuk memuji anaknya lebih dulu dengan mengatakan "Kamu anak pandai, kamu pasti dapat nilai tinggi jika kamu belajar!" Â Bahkan ada yang mengatakan "Ayo, kamu anak jagoan, anak mamah, pasti kamu bisa lalui dengan mudah kesulitan yang sedang kamu hadapi!"
Orangtua perlu menyadari dengan hati-hati karena pujian itu tidaklah selalu  membuat perkembangan psikologi anak menjadi lebih baik. Ketika anak mendapat pujian keberhasilannya bukan karena hasil proses pencapaiannya maka anak itu merasa dirinya "bangga" dan "sombong" atas pujian atas keberhasilannya. Dia akan haus untuk mengharapkan menerima pujian karena kepopulerannya, kehebatannya dan keberhasilannya.  Â
Ada sisi negatif dari anak bahwa ketika kepopuleran atau kehabatannya itu menurun atau memudar, maka dia akan mencari cara lain dengan penyimpangan agar dia dapat populer kembali. Apabila kepopuleran itu tidak didapatkannya maka dia akan "down" atau bahkan ada yang bunuh diri. Â Jadi jauhkan ketergantungan anak dari pujian yang menyesatkan.
Menurut Teori Adler dari Universitas  Standford yang telah dilakukan bertahun-tahun lalu,  membuktikan bahwa  pujian dapat merugikan perkembangan karakter anak. Pujian dapat menghambat keberanian mengambil risiko. Anak-anak yang dipuji sebagai "kamu anak pintar" mereka menyelesaikan suatu tugas ternyata memilih tugas yang lebih ringan di kemudian hari. Mereka tak ingin berisiko membuat kesalahan. Sebaliknya anak yang "didukung" atas usaha atau jerih payahnya lebih bersedia memilih tugas-tugas yang lebih berat.
Oleh karena itu  dukungan orangtua kepada seorang anak sebaiknya melihat secara mendalam apa yang dialami anak dalam proses keberhasilannya. Contoh yang kongkrit, seorang ibu seringkali mengatakan pujian kepada anaknya "Nak, mamah bangga kamu mendapat nilai yang sangat bagus".
Lebih baik jika Anda sebagai orangtua mengatakan "Selamat ya Nak. Persiapan prestasimu luar biasa. Kamu layak mendapatkan nilai ini". Ini sangat berbeda sekali dampaknya karena kata-kata tersebut akan mengubah persepsi anak terhadap pernyataan Anda.
Kenyataannya memang kita atau setiap orang suka dipuji. Oleh karena itu kebiasaan suka dipuji gampang sekali masuk dalam kalbu kita untuk melakukannya tanpa melihat  ketergantungan atau akan pujian itu terhadap diri anak.
Sebelum  mengeluarkan statemen atau pernyataan, Anda sebagai orangtua sebaiknya berhenti berpikir sejenak  apakah pernyataanku ini membuat anakku dapat menilai dirinya sendiri atau sebaliknya dia akan bergantung pada penilaian orang lain? Apakah pernyataanku membuat anakku menggungulkan diriku atau sebaliknya,  aku akan menghargai anakku? Artinya jika kita memberikan pujian terus artinya posisi anak akan di  bawah diri kita sebagai pemberi artinya kita anda memposisikan diri di atas anak. Apakah kita sudah melihat sudut pandang anak atau diri sendiri?
Bagaimana cara mendukung Usaha Anak?
Mendukung anak agar dia memiliki sifat berani. Berani untuk tumbuh dan berkembang serta memutuskan diri untuk menjadi orang yang dia diinginakannya. Memiliki kemampuan untuk gigih dalam menghadapi masalah, menikmati kehidupannya yang berbahagia, Â berguna dan melayani lingkungan sekitarnya. Dan tak kalah pentingnya, yakni berani menjadi tak sempurna dan bebas melakukan kesalahan serta mau belajar dari kesalahannya.
Berkomunikasi setiap hari antara anak dan orangtua secara intensif. Â Menggali apa yang sedang dialaminya, kesulitannya, dan bagaimana anak mengatasinya. Ketika anak merasa tak yakin dengan apa yang dikerjakannya, berikan suatu dukungan penuh bahwa apa yang dilakukannya itu sungguh baik dan tepat. Tetapi jika apa yang dilakukannya itu agak kurang tepat, berikan sedikit saran.Â
Mengajak anak untuk berpikir bagaimana untuk mengatasinya, jangan mencekoki dengan apa yang kita pikirkan. Membiarkan anak belajar untuk berbuat kesalahan dan tidak boleh menyalahkannya. Berikan kekuasaan kepadanya untuk memiliki keyakinan bahwa anak mampu dipercayai.
Selamat mendukung anak-anak Anda
Sumber referensi: Â Dono Baswardono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H