Sektor pariwisata sekarang ini sedang menggenjot dan mempromosikan untuk kedatangan wisatawan asing ke Indonesia. Upaya keras ini dengan memberikan pembebasan visa kunjungan bagi warga 169 negara. Bukan hanya itu saja, tapi juga dengan mengenjot infrastruktur perhubungan yang menghubungkan titik-titik tujuan tujuan wisata sehingga memudahkan dijangkau.Â
Ditentukan 10 tempat wisata andalan yang jadi primadona bagi wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Ke-10itu adalah Danau Toba, Belitung, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Candi Borobudur, Gunung Bromo, Mandalika Lombok, Pulau Komodo, Taman Nasional Wakatobi, dan Morotai. Kedatangan wisatawan asing ini akan sangat membantu devisa masuk ke Indonesia. Bayangkan saja apabila target wisatawan di triwulan III-2017, bisa menghasilkan devisa 3,398 miliar dollar AS.
Sayangnya, jumlah devisa yang sudah terkumpul dengan pesat itu harus dibagi atau dikurangi dengan devisa yang dikeluarkan karena  wisatawan domestik atau lokal justru lebih menyukai jalan-jalan ke luar negeri.Â
Menurut data Bank Indonesia, sebanyak 3,48 juta orang melawat ke Indonesia sementara orang Indonesia yang melawat ke luar negeri 2,263 juta orang. Surplus yang sangat "mepet" atau sedikit sekali karena usaha dari Kementrian Pariwisata yang mengenjot wisatawan luar negeri justru kalah bersaing dengan orang Indonesia yang justru ingin jalan-jalan ke luar negeri.
Tidak ada yang salah sih jika orang Indonesia memang lebih suka jalan-jalan ke luar negeri karena mereka yang pasti punya berbagai alasan atau motivasi. Alasan utama karena mereka punya uang dan mereka ingin punya pengalaman wisata yang lain dari wisata yang ada di Indonesia. Seperti di bulan Desember ini banyak orang Indonesia yang berduit justru memilih pergi ke luar negeri seperti Jepang, Amerika maupun beberapa negara Eropa untuk menikmati keindahan salju di negera tujuan dan tidak menemukan salju di Indonesia. Prioritas liburan bagi orang Indonesia untuk ke luar negeri memang masih mendominasi pada saat akhir tahun ketimbang yang jalan-jalan destinasi di dalam negeri saja.
Namun, kesadaran mereka sebagai wisatawan domestik yang mengeluarkan dana atau devisa itu harus diperhitungkan secara nasional bukan hanya kepentingan pribadi. Mereka bisa saja mengeluarkan dana untuk wisata ke luar negeri, tetapi devisa yang mereka keluarkan itu akan mengurangi devisa yang sudah kita targetkan masuk dari wisatawan asing.
Secara gampang atau mudahnya, jika seorang wisatawan asing hanya tinggal 5 hari atau 6 hari di Indonesia dimana per harinya mereka hanya menghabiskan dana sebesar USD 1,250 saja. Jika total wisatawan hanya 11,8 juta maka devisa yang didapatkan sebesar USD 73,750 MM
Sebaliknya orang Indonesia yang pergi ke luar negeri biasanya menghabiskan liburan sekitar 15-20 hari. Jika total wisatawan Indonesia berjumlah sekitar 2,263 juta orang dengan pengeluaran tiap orang sekitar USD 3,000 maka jumlah pengeluaran devisa USD 101,835MM. Belum lagi ditambah dengan pengeluaran belanja di luar negeri, wisatawan domestik dikenal sebagai orang yang suka belanja jika bepergian. Belanjanya pun tak tanggung-tanggung, apa yang sudah ada di dalam negeri justru dibeli. Belanja dalam mata uang asing dari negara lain itu akan menguntungkan negara yang dikunjungi, sebaliknya akan mengurangi devisa masuk di Indonesia.
Dari perhitungan di atas , ternyata untuk menjaga surplus devisa itu sangat sulit sekali apabila kita sebagai warga yang tidak memiliki kesadaran bahwa  jumlah devisa yang masuk itu benar-benar harus dijaga .  Sebagai warga Indonesia, kitalah yang seharusnya menjaga,  kesadaran bahwa kalau kita hanya sekedar ikut-ikutan ke luar negeri karena ingin "instragramable" atau "prestige", sepertinya kita juga mengambil bagian dari membuang devisa masuk yang demikian berharga diusahakan.
Semoga kita selalu mengingat bahwa kepergian wisata ke luar negeri bukan sekedar keinginan pribadi saja tapi lebih ingat kepentingan negara utamanya untuk menjaga surplus devisa negara di sektor pariwisata juga aman. Â Â Â Â Â Â Â Â Â