Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kapan Jakarta Punya Konsep "Transit-oriented Development"?

11 Desember 2017   15:27 Diperbarui: 11 Desember 2017   17:24 4025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: World Property Journal

Sebenarnya sebuah kota apalagi sebuah ibu kota seharusnya udah memiliki master plan untuk 10-20 tahun bahkan 50 tahun yang akan datang. Aneh rasanya jika sebuah kota jika dibangun tanpa master plan karena kita sebagai warga akan terjebak berbagai macam kesulitan hidup.

Fenomena sudah tampak sekarang ini, jika pagi hari kerja dan sore pulang kerja, pagi hari tumpukan orang yang berkerja dari daerah penyangga ibu kota seperti Tangerang, Bekasi, Bogor berbondong-bondong naik kendaraan pribadi maupun commuterline berhimpitan penuh dengan penumpang seperti "pepes" yang tak bisa bernafas lega. Sebaliknya, sore atau malam hari, hal yang sama terjadi, para pekerja pulang dari ibu kota menuju ke rumah masing-masing memenuhi jalan raya dengan kendaraan pribadi maupun KRL.

Lamanya orang di perjalanan dari rumah hingga ke kantor hingga mencapai 1,5 jam-2 jam, berarti pulang pergi setiap orang menghabiskan 3 sampai 4 jam di perjalanan. Waktu yang sangat berharga untuk bisa dipakai untuk suatu produktivitas yang lainnya, demikian juga bahan bakar yang digunakan kendaraan pribadi sangat mahal dihabiskan dengan percuma karena kemacetan yang tak pernah berhenti.

"Transit Oriented Development" atau yang disingkat dengan TOD, sebenarnya merupakan konsep pengembangan kawasan berisi hunian, perkantoran, ritel dan fasilitas lainnya yang diitegrasikan dengan sistem transportasi massal dan sarana pejalan kaki dan pesepeda.   

Konsep ini sangat menguntungkan bagi masyarakat kota.  Selain untuk mengurangi polusi udara dan emisi gas beracun juga tercipta konsep komunitas masyarakat yang gemar jalan. Otomatis masyarakat yang gemar jalan itu akan menjadi komunitas gaya hidup sehat dan tidak ada ketergantungan dengan kendaraan pribadi yang pada akhirnya bisa mengurangi biaya transportasi dan pengurangan biaya hidup bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas hidup.

AsiaProject.com
AsiaProject.com
Penggagas konsep "Transit-Oriented Development" yang telah diimplementasikan oleh Amerika Serikat di era 1960. Saat itu rakyat Amerika mengadakan gerakan perlawanan dari konsep American Dream yang tengah marak. American Dream merupakan gagasan untuk memiliki rumah yang jauh dari kota dan mobil yang besar dan bepergian selalu naik mobil. 

Ternyata "mimpi" dari American Dream itu justru membuat jalan makin macet, semua orang punya kendaraan tapi tujuannya adalah ke kota yang sama untuk bekerja. Akhirnya, gagasan pun kembali kepada kepada TOD di mana mereka suka tinggal dekat dalam kota dan lebih memilih memanfaatkan fasilitas transportasi massal sehingga tidak terjebak dalam kemacetan yang berlarut-larut dan mereka bisa gunakan waktu dengan hal yang lainnya.

Sumber: World Property Journal
Sumber: World Property Journal
Kota lain yang telah menerapkan TOD adalah Jepang dan Hongkong di mana TOD dapat menekan penggunaan kendaraan bermotor sekitar 90 persen aktivitas warganya dilakukan dengan transportasi umum.

Bedanya adalah pemerintah setempat telah dengan matang menyiapkan infrakstruktur, fasilitas umum seperti stasiun dan tempat pejalan kaki yang sangat lebar dan nyaman jadi orang dengan semangat mau jalan kaki dari rumah ke stasiun, lalu menyusuri pedestrian yang dibangun dengan dilengkapi pepohonan yang bisa jadi kanopi alami sekaligus memberikan kenyamanan.   

Setelah itu gedung tempat mereka berkantor pun tidak jauh dari letak stasiun. Konsep TOD itu menyatukan antara bangunan, properti dan hunian dan bahkan pusat perbelanjaan, rumah sakit. Enaknya semua warga jika ke luar dari rumah tidak perluh jauh ke kota, karena di satu tempat sudah terhubung semua fasilitas yang cukup untuk keperluan warga.

Bagaimana dengan Jakarta?

Sedih banget kan kalau melihat Jakarta, dari tempat tinggal harus berangkat ke stasiun dengan mobil. Meninggalkan mobil di stasiun, lalu naik kereta, sampai di stasiun tujuan, harus sambung lagi dengan ojek atau kendaraan lain untuk ke kantor. Tidak ada integrasi transportasi umum dari kereta ke kantor, membuat setiap orang yang naik kereta harus sambung dengan kendaraan lain dengan resiko yang cukup membahayakan dirinya. 

Tidak ada trotoar yang memadai untuk pejalan kaki, harus berjibaku dengan motor-motor yang tiba-tiba masuk ke trotoar. Belum lagi hunian yang ada di kota itu sangat mahal, baik itu apartemen atau kost, khusus untuk mereka yang disebut dengan kalangan menengah ke atas.

Properti yang terjangkau hanya di pinggiran dan jika ada yang di dalam kota, tidak terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah, mungkin hanya rumah rusun saja yang bisa jadi pilihan.

Pengembangan sebuah kota yang terintegrasi masih jauh dari impian karena TOD seharusnya dibuat dengan konsep pengembangan hunian berbasis keadilan sosial dan ruang sehingga semua orang bisa tinggal di dalam kota.   

Sayangnya, sekali lagi apartemen yang dibangun di dalam kota hanya menyasar kepada mereka yang punya uang dan pada akhirnya  mereka yang tidak bisa memiliki hunian di dalam kota harus berjibaku setiap hari untuk bekerja dari hunian di pinggiran kota dan memiliki kualitas hidup yang sungguh tidak layak dan tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun