Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Perubahan Terjadi tapi Kita Tidak Berubah

10 November 2017   17:58 Diperbarui: 10 November 2017   23:37 5557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang terjadi dengan dunia di sekitar kita terutama bagi mereka yang masih aktif bekerja? Banyak sekali perubahannya. Mindset Baru harus dirubah oleh Pelaku Usaha dalam Tahun Disruption, menurut Prof. Rhenald Khasali.

Rhenald telah memprediksi bahwa  paradigma pelaku bisnis harus berubah karena  zaman telah berubah.  Perubahan zaman dengan teknologi digitalnya begitu cepat membuat gaya manajemen dan tata cara pengelolaan sebuah bisnis harus mengikuti cara baru.  Jika tidak maka bisnisnya agar tergilas.  

Apa yang disebut dengan "disruption" ada suatu pola perubahan yang dimotori oleh teknologi informatika.  Perubahan dalam gelombang ketiga yaitu internet, revolusi perubahan pertama tahun 1990 dikenal sebagai connectivity, perubahan kedua terjadi untuk mengisi internet dan sekarang ini perubahan ketiga dikenal sebagai disruption yang merupakan pemindahan dunia sebenarnya ke dunia yang tidak kelihatan.

Seperti yang dikatakan oleh Prof Rhenald Khasali bahwa disruptive telah membuat pola bisnis berubah total karena adanya digital sistem yang mengubahnya.  Apabila mereka tetap tidak mau berubah,  mereka akan tenggelam dalam kompetisi yang tak mampu dikerjarnya.

Indikator dari perusahaan yang sekarang ini sedang berkembang dengan pesat adalah finansial berbasis teknologi atau lebih dikenal dengan Finansial teknologi.  Apa yang mendorong mereka berkembang pesat adalah karena dengan adanya teknologi digital maka masyarakat perlu dapat mengakses finansial dengan cara yang paling efektif dan cepat tanpa banyak prosedur secara tertulis.  

Perusahaan yang bergerak dalam bidang finansial mulai menerapkan cara ini.  Jumlahnya cukup besar ada 190 perusahaan melakukan pola bisnis ini. Dulunya hanya 162 perusahaan di tahun 216.  Dari jumlah itu ada sejumlah 30% adalah industri fin tech dalam bidang bisnis pelayanan bisnis peminjaman dana , penyimpanan dana , asuransi, sistem pembayaran.

Inovasi sistem keuangan yang memudahkan warga untuk menggunakan digital tanpa harus ke kantor dan tanpa harus mengisi berbagai formulir , sangat memudahkan dan tanpa perlu embel-embel peraturan yang kaku ini sangat disukai warga.  

Dari segi perubahan yang besari bagi industri perbankan maka ada banyak dari mereka yang belum siap untuk berubah.  Ada beberapa teman yang menganggap bahwa posisinya sebagai  relationship manager atau mereka yang sering jadi frontliner , bertemu dengan nasabah , masih dianggap penting. 

Jika para frontliner atau relationship manager atau siapa pun yang mungkin bisa tergeser akibat bergesernya pola bisnis, tidak berubah pola pikirnya maka mereka pun dalam waktu yang tidak lama lagi akan kehilangan posisinya.

Paradigma lama bahwa posisi tak pernah tersentuh oleh sistem digital itu sudah sangat usang.  Ada perubahan dan shifting yang membuat orang harus cepat bergerak dan mencari peluang yang bisa dicari dari perubahan itu.

Di beberapa negara besar seperti Australia,  di supermarket atau hypermarket, dimana kustomer datang membeli dan membayar langsung di tempat mesin yang menghitung dari belanja, dengan adanya sistem yang dapat membaca dari barcode barang-barang yang dibeli. Kustomer bertindak sebagai kasir, mereka sama sekali tidak menggunakan kasir.

Demikian juga di Inggris , beberapa tempat penjualan retail sudah menggunakan Biometric Reader bagi kustomer untuk membayar sendiri dengan memasukkan jari tangan dalam mesin yang dapat membaca identifikasi diri  dan mendebit rekeningnya sesuai dengan jumlah belanjaan.

Fungsi dari beberapa pekerjaan akan hilang dengan teknologi informatika.   Bagi mereka yang merasa akan kehilangan pekerjaan atau posisi pekerjaannya lambat atau cepat akan dihapuskan, perlu  mencari peluang baru dalam menyikapinya.

Tentu peluang itu memang tidak mudah ditemukan, tapi ada beberapa hal yang perlu dicermati bahwa jasa dari wisata yang makin meluas membutuhkan tenaga-tenaga trampil untuk bisa memenuhinya. Bidang yang makin berkembang dalam bidang teknologi pun dapat dipelajari dan ikut terjun ke bidang itu, content writer, digital marketing, digital designer,  vlogger, blogger, logistik  dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun