Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumpah Pemuda Bukan Sekadar Seremonial

28 Oktober 2017   17:45 Diperbarui: 28 Oktober 2017   18:13 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.bbcindonesia.com

Nggak ada salahnya saya ingin membahas tentang generasi muda atau milinieal yang jadi suri teladan pada hari spesial atau khusus, hari Sumpah Pemuda.  Berpuluh-puluh tahun kita sudah menjalani bahkan merayakan secara formal , upacara bendera , nyanyi dan mengulangi janji Sumpah Pemuda.

Semuanya ini memang penting sekali agar kita tetap ingat sekali dengan apa yang dinamakan Sumpah Pemuda. Tapi generasi muda sekarang ini tak suka dengan segala sesuatu yang berbau "seremonial" semata.  Mereka justru ingin membuktikan dirinya sebagai generasi muda yang memang punya bukti kongkrit dalam berkarya.  Berkarya itu bukan hanya sekedar bekerja, tetapi juga dalam pemikiran, ide, dan kepekaan terhadap masalah masyarakat.

Kepekaan terhadap masalah masyarakat itu seringkali dianggap masalah sepele bahkan tidak peduli dengan masalah masyarakat karena itu urusan pemerintah bukan urusan pribadi. Ego yang sangat menonjol bagi pemuda/pemudi adalah  harus exist  diri dulu baru nanti memperhatikan masalah sosial.

Namun, lain halnya dengan Dr.Gamal Albinsaid.   Seorang dokter muda dengan segudang prestasi sosialnya dan inovasinya itu membuat dia dihargai bukan sekedar sebagai seorang dokter saja, tetapi justru melalui proyek sosialnya  dia mendapat penghargaan " Sustainable Living Young Entrepreneurs Awards", di Inggris pada awal 2014 yang diserahkan langsung oleh Pangeran Charles.

Proyek sosial:

Bermula pada saat Dr. Gamal panggilan dari Dr. Gamal Abinsaid  sewaktu melihat dua persoalan besar di Indonesia yaitu masalah sampah dan masalah akses kesehatan.  Masalah sampah yang menggunung dari setiap rumah tangga di Indonesia tanpa pengolahan yang baik.  Masalah akses kesehatan yang tidak dimiliki bagi mereka yang tidak mampu.  

Pengalaman hidupnya ketika melihat  dan menyaksikan sendiri seorang anak bernama Khaerunissa  tidak bisa pergi berobat dan menghembuskan nafas terakhirnya di gerobak sampah ayahnya. Bocah tiga tahun itu menderita karena diare berkelanjutan. Khaerunissa tidak bisa ke dokter hanya karena ayahnya berpenghasilan 10.000 rupiah per-bulan.

Suatu innovasi rekayasa sosial atau social engineering,  merupakan satu ide yang menggerakan Dr. Gamal untuk  bersama dengan teman-temanya tergerak untuk mendirikan Klinik Asuransi  Sampah  (KAS).    Setiap anggotanya diharapkan menyerahkan  sampah senilai RP.10.000 per bulan. Sampah didaur ulang menjadi produk yang dapat digunakan . Dana sehat merupakan asuransi bagi anggotanya.  Jika mereka sakit, mereka dapat menggunakan fasilitas di Klinik Asuransi Sampah, seperti membiayai peningkatan kesehatan (promotif), menjadi alat pencegah sakit (preventif), untuk mengobati yang sakit (kuratif) dan terakhir untuk merehabilitasi yang sembuh (rehabilitatif).

Dari Inggris ke Rusia

Yang menarik sekali , seminggu yang lalu Dr. Gamal diundang oleh Presiden Putin dari Rusia.     "Anda menangani salah satu hal terpenting dan terpuji, dengan hasil yang jelas. Ini adalah misi khusus, dan bukan hanya sekedar profesi," kata Putin kepada Gamal di sela festival internasional pemuda dan pelajar, World Festival for Youth and Students 2017, di Moskow dan Sochi yang berlangsung pada tanggal 22 Oktober 2017.

Diharapkan oleh Presiden Putin agar Dr. Gamal meneruskan inovasi sosial engineering ini kepada pemuda di seluruh dunia.  Pesan yang disampaikan kepada Dr. Gamal agar masyarakat yang menerima akses kesehatan itu dengan harga yang murah, perlu adanya kesadaran dari mereka tentang arti pentingnya kesehatan artinya masyarakat bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri.

Inovasi baru dari Dr. Gamal

Tidak berhenti hanya dengan Klinik Asuransi Sampah, Dr. Gamal sedang mengembangkan dua inovasi lainnya, Siapa peduli , penggalangan dana untuk masyarakat tidak mampu  dan Home Medika, aplikasi untuk mengirimkan dokter di daerah-daerah Indonesia.

Adanya Sumpah Pemuda, memang bukan hanya sekedar janji dari pemuda/pemudi Indonesia untuk menjaga kebhinekaan, tetapi mereka juga menghasilkan karya untuk masalah sosial yang begitu banyak di negara ini.  Di tangan merekalah bangsa ini berada.  Apabila mereka peduli, maka pemuda yang akan jadi pemimpin bangsa,  akan memperlihatkan kepeduliannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun