Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berdaya di Tengah Keterbatasan

25 Oktober 2017   21:09 Diperbarui: 25 Oktober 2017   21:19 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnal Evi Indrawanto.com

Menjadi seorang difabel itu sungguh tidak pernah diinginkan oleh siapa pun.  Namun, takdir menjadi difabel tidak dapat ditolak . Sesungguhnya setiap orang itu baik itu normal maupun difabel dilahirkan dengan hak dan kewajiban yang sama. 

Sayangnya, seringkali hak dan kewajiban ini belum dapat dinikmati oleh para difabel karena mereka masih dibedakan baik itu dalam bentuk fasilitas untuk hidup seperti bekerja, transportasi , kesehatan dan lainnya. Contohnya  bagi mereka yang cacat kakinya , harus memakai kursi roda, sulit untuk dapat mengarungi jalan-jalan raya karena tidak ada tempat khusus untuk para difabel bisa berjalan dengan aman.   Apalagi kendaraan khusus untuk difabel, sama sekali tidak disediakan untuk naik atau turun halte bus atau peron kereta api (kecuali beberapa tempat disediakan lift tapi tidak semua tempat ada lift),  bagaimana mereka bisa masuk dalam kendaraan karena tidak semua kendaraan bisa dimasuki oleh mereka yang menggunakan kursi roda.

Bukan hanya fasilitas saja yang dibedakan, tetapi juga bekerja.  Banyak kantor atau pengusaha kecil, menengah , besar enggan untuk menerima pekerja difabel karena mereka dianggap tak memiliki kemampuan atau ketrampilan untuk mengerjakan suatu proses produksi atau pekerjaan yang sifatnya klerikal.

Namun, di tempat pembuatan batik yang dikenal dengan nama "Sogan Batik",  terlihat beberapa difabel tengah sibuk menjahit , membatik dengan cantiknya bahkan ada yang sedang mendesign.   Letak atau lokasi "Sogan Batik"  sangat strategis  yaitu di Jl. Palagan Tentara Pelajar KM 10, Dusun Rejodani RT01 / RW01, Sariharjo, Sleman, Sariharjo, Ngaglik, Sleman Regency.

Percakapan terjadi dengan salah seorang pembatik seorang ibu , ditanyakan kepadanya :  "Sudah berapa lama ibu bekerja di sini?   Dijawabnya :  "Dua tahun".    

"Apakah ibu menyukai jadi pembatik di sini?"

"Yach!" jawabnya singkat.

"Bagaimana proses pembuatan batik ini?" tanya kami.

Ibu Yuri, Pembatik itu menjelaskan secara rinci bahwa kain itu harus didesign dulu gambarnya , setelah itu ditutup dengan lilin malam dimana pembatik menggunakan cantingnya.   Dengan lincah tangannya sudah memainkan canting itu untuk memenuhi gambar-gambar .

BisaMandiri.com
BisaMandiri.com

Pembicaraan dengan pemilik dari Sogan Batik Bapak Taufik Abdurrahman.  Pertanyaan awal yang diajukan bagaimana perusahaan ini dapat menerima para penyandang difabel?

"Awalnya ketika JobFair  diselenggarakan oleh Diklat Dharmais Pengasih, Kulonprogo,  ada dua wakil dari Sogan Batik bersama YAKKUM  yang membuka booth di sana" , jelas Bapak Taufik.

"Ada dua orang difabel yang melamar, mereka langsung diterima saat itu . Padahal kondisi perusahaan saat itu belum begitu berkembang karena jumlah karyawannya  masih 20 orang!  Namun, kami meyakini bahwa dua orang difabel ini mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang sama seperti orang yang normal.  Satu orang ditempakan di bagian pembatik dan satu orang lain ditempatkan bagian manajerial karena ternyata sudah memiliki pengalaman sebagai pembatik dan pandai dalam mengatur produksi".

Sekarang jumlah karyawan di Sogan Batik, 50 orang, 18 diantaranya penyandang difabel.  Tidak ada perbedaan hak dan kewajiban antara karyawan difabel dan normal.  Juga tidak ada perlakuan khusus bagi para difabel yang bekerja di Sogan Batik.    Mereka yang difabel hanya diperlakukan khusus dalam  pemberian alat khusus  mesin jahit atau alat yang dapat digunakan oleh para difabel.  

Untuk gaji, jam kerja atau fasilitas lainnya sama sekali tidak ada perbedaan antara penyandang difabel dengan mereka yang normal.

Pak Taufik sangat menekankan kepada para difabel bhawa mereka sama sekali harus bekerja tekun , ulet maupun menambah pengetahuan/ketrampilan sehingga mereka tak kalah bersaing dengan mereka yang normal.

Ketika berbincang tentang perlakuan khusus,  Pak Taufik segan untuk memberikan perlakukan khusus kepada para difabel karena hal ini justru akan membuka kecemburuan bagi karyawan yang lainnya, juga akan membuat moral juang dari difabel akan turun artinya  daya juang dari difabel itu tidak ada lagi karena merasa dikasihani,  sebaliknya jika mereka diperlakukan sama dengan mereka yang juga normal, mereka akan punya kepercayaan diri bahwa mereka tidak patut dikasihani karena mereka juga punya harga diri dan ketrampilan yang sama dengan mereka yang normal.

Harapan yang disampaikan oleh Pak Taufik kepada para pengusaha agar tidak lagi ragu-ragu untuk menerima para difabel sebagai pekerja .  Dalam prakteknya, Pak Taufik melihat dan menemukan bahwa 25 orang difabel yang diperkejakan itu hampir semuanya memiliki ketrampilan yang tak kalah dengan mereka yang normal.  Apalagi daya juang dan moral mereka sangat kuat dalam bekerja. Tak mudah patah semangat hanya karena ada kesulitan.  

Inilah yang patut dicontoh dari seorang Taufik Abdulrahman bahwa para penyandang difabelitu perlu dimanusiakan sebagai mana mereka itu adalah manusia yang pantas untuk menerima haknya .  Tak perlu lagi ragu atas kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki karena mereka punya kelebihan ditengah keterbatasan fisik mereka.

Daya juang dan kepercayaan diri menjadi andalan dari produksi "Sogo Batik" yang memiliki kapasitas 1000 batik dalam sebulan.   

Sempoga kedepannya, harapan Pak Taufik agar masa depan penyandang difabel makin cerah karena mereka dapat diterima lebih banyak di perusahaan-perusahaan dan mereka dapat menduduki posisi yang penting dalam perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun