Dalam dua pekan ini kasus perundungan atau yang lebih sering disebut dengan bullying dalam dunia pendidikan kita kembali marak kembali.
Menjadi viral dan pembicaraan di masyarakat. Â Sedihnya pelaku aksi bullying bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa atau remaja tetapi dilakukan oleh anak-anak. Â Bahkan dilakukan di lingkungan pendidikan atau tepatnya di sekolah.
Bentuk bully itu ada bermacam-macam:
- Verbal
- Fisik
- Relation
- Cyber
Mengapa anak/orang dewasa suka untuk bullying kepada orang lain?
Dari wawancara yang dilakukan dengan Christa Qonaah, relawan dari sudahdong.com  dan Poppy Amalia, Psikolog di acara Selamat Pagi Metro TV dikatakan bahwa anak-anak tidak paham melakukan bullying . Mereka hanya mendengar dari teman-temannya tetapi ibunya atau orangtua tidak pernah melakukan sosialisasi apa akibatnya korban bullying .
Mereka juga tidak mempunyai sifat empati atau tidak peduli dengan orang lain. Â Pendidikan di rumah tidak pernah diajak atau diberikan pelajaran bagaimana seseorang itu perlu peduli kepada orang lain yang sedang dalam kesulitan.
Mereka yang berusia ABG (Anak Besar Gede), merasa sangat bangga terhadap teman-temannya jika mereka sanggup melakukan bullying kepada orang lain. Dianggapnya sebagai suatu yang "keren". Jati diri dari anak ABG itu terletak kepada kemampuan untuk melakukan bullying
Mereka yang bergaul dengan teman-teman yang selalu melakukan bullying. Â Ketika kesadaran belum ada, mereka diajak oleh teman-teman, akhirnya mereka mengikut jadi pelaku bullying.
Apa dampak bullying bagi korbannya?
- Jika tidak ditangani dengan cepat, masa depannya akan hancur .
- Anak akan cepat berpikir untuk bunuh diri daripada hidup dibully.
- Kurang semangat atau kurang bergairah untuk melanjutkan kehidupan
- Depresi
Sebagai orangtua, kita harus waspada melihat tanda-tanda atau gejala-gejalan anak yang kena bullying. Tanda-tanda itu dapat dilihat dari sebgari berikut:
- Sakit kepala
- Murung
- Depresi
- Tidak suka makan atau pola makan yang berubah
- Sulit berinteraksi, merasa kesepian dan dikecilkan oleh teman-temannya
- Menurunnya nilai pelajaran secara drastis.
Seorang anak yang jadi korban "bulliying" seharusnya berani untuk melaporkan kasusnya. Melaporkan memang tidak mudah karena ada rasa takut, khawatir nanti namanya disebarkan secara luas, atau mendapat ancaman dari pihak yang membully, sekolah atau dia sendiri harus repot pulang balik ke kantor polisi untuk  urusan laporan bullying untuk tindak lanjutan.