Ketika melihat acara tv yang berjudul "Little VIP ", saya sangat terpesona dengan berbagai bakat yang sangat menonjol dari anak-anak yang ditampilkan. Â Ada yang pandai jadi designer, ada yang ahli matematika, ada yang ahli membaca alquran, ada yang ahli dalam origami. Â Pertanyaan besar yang ada di kepala saya apakah semua anak dapat menemukan bakatnya sedini mungkin.
Hampir semua orangtua menginginkan bakat anaknya menonjol pada saat anak.  Tujuannya adalah untuk mempermudah mengembangkan dan memupuk bakat anak itu  sehingga saat besar anak itu sudah dapat memilih  sekolah sesuai dengan bakatnya atau passionnya.
Tapi bagaimana dengan anak-anak yang sampai dewasa bahkan selesaih kuliah dan lulus jadi sarjana tetap tidak mengetahui apa yang disukainya atau apa yang jadi bidang pekerjaan yang sesuai dengan passionnya.
Banyak orangtua yang tidak mengetahui bagaimana cara  mengexplore bakat anaknya.  Mereka berpendapat apabila teman-teman anaknya bisa mengetahui secara dini apa bakatnya, maka tidak mau kalah untuk memberikan les sebanyak mungkin mulai dari piano, gitar, menyanyi, menari, matematika dan lainnya.  Dengan banyak les itu , orangtua menganggap bahwa mereka dapat secara cepat mengindetifikasi apa bakat anaknya.
Alih-alih mendapatkan bakat anak, anak yang diharuskan les bermacam-macam itu makin bertambah stres. Mereka tidak berkonsentrasi dengan bahan atau materi dalam kursus. Â Apalagi jika setelah les, orangtua bertanya kepada anaknya, dimana bakat kamu. Seolah-olah anak harus mempunyai jurus yang ampuh untuk identifikasi dengan apa yang dipelajarinya.
Bakat tidak dapat diketahui kapan awalnya. Â Yang dapat diketahui adalah potensi dari bakat itu. Â Â Bakat menurut Howard Gardner adalah aktivitas teratur yang dihargai masyarakat dan dapat dinilai berdasakan tingkat keahliannya. Contoh, menggambar adalah aktivitas yang bisa disebut bakat ketika aktivitas menggambar tersebut dihargai oleh masyarakat, seperti kesempatan mengikuti pameran atau hasil menggambarnya dibeli. Jadi kita baru mengenali bakat anak yang sebenarnya ketika suatu aktivitas anak dihargai oleh masyarakat.
Untuk mengetahui potensi bakat anak, dapat dilakukan dengan cara explorasi. Â Berikut ini adalah 4 cara explorasi yang dapat dilakukan oleh orangtua:
A. Stimulasi anak untuk melakukan eksplorasi
Memancing ketertarikan anak untuk melakukan suatu aktivitas, dan jangan langsung memberi perintah. Cukup berikan penjelasan secara singkat.  Jika ada pertanyaan jelaskan secukupnya. Tugas perkembangan bakat pertama, anak perlu mencoba berbagai aktivitas dari  seluruh ragam Kecerdasan kemajemukan.
B. Beri kesempatan anak beraktivitas
Setelah memberikan kesempatan anak untuk melakukan aktivitas, orangtua dapat mendampinginya. Â Namun, tetapi diusahakan agar anak tetap mandiri dalam aktivitasnya. Â JIka orangtua selalu mendikte anak, maka perilaku anak tidak mengacu kepada kecerdasan anak.
 C. Kenali perilaku seru anak
Pengamatan terhadap perlikau anak sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas. Â Bagaimana sikapnya dan apa perilakunya. Â Ada 4 perilaku yang perlu jadi catatan orangtua, yaitu cepat belajar, asyik, puas dan ingin mengulang lagi.
Apabila ditemukan ke empat perilaku itu, identifikas secara cermat apakah benar anak cepat belajar dan asyik dalam ariti dia merasakan kesenangan antara kemampuan dan tantangan, lalu apakah dia puas dengan apa yang dicapainya dan expresi wajahnya sangat ceria ketika mencapai hal itu . Lalu anak ingin mengulang kembali  apa yang telah dilakukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H