Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pegiat Lingkungan dan Gaya Hidup Harmoni

25 April 2017   16:27 Diperbarui: 26 April 2017   01:00 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang perempuan paruh baya, berdomisili di Bukit  Pamulang Indah, memiliki passion yang sangat tinggi dalam bidang budidaya hidroponik, aktivis lingkungan independen .  Nama lengkapnya, Ibu Ngesti Setyo Murni.   Ibu dari 2 orang putra putri dan nenek dari 2 orang cucu ini sebenarnya tak memiliki latar belakang tentang pertanian sama sekali. Belajar dari Google, hadir pada  pencerhan tentang Hidroponik sederhana dan bertanya kepada para ahli hidroponik dan pengalaman serta praktek yang menentukan kesuksesannya. Kecintaannya kepada dunia tanaman sejak kecil membuat Ibu Niniek, panggilan kecil dari IBu Ngesti Setyo Murni atau lebih dikenal dengan Ibu Ngesti , mencintai alam , tanaman itu tak terpisahkan dari kehidupan manusia.  

Setiap kali berinteraksi dengan siapa pun baik itu tetangga, teman atau masyarakat yang baru dikenalnya, Beliau selalu ingin membagikan sesuatu yang berhubungan dengan keprihatinan tentang lingkungan hidup. 

“Bumi ini sedang sakit parah “, katanya dengan lirih.

Setiap kali berjumpa dengan teman, orang baru,  Ibu Ngesti bercerita tentang keprihatinannya itu. Lalu, Ibu Ngesti menanyakan apakah mereka sudah mengetahui tentang tanaman dan pengelolahan sampah . Sayangnya mereka selalu menjawab  bahwa mereka  buta dan tidak peduli bagaimana cara mengelola sampah domestik agar tidak merusak bumi.

Itulah sebabnya  Ibu  Ngesti langsung memberikan pencerahan dengan berbuat nyata kepada mereka dengan sosialisasi dan praktek secara nyata.

Latar Belakang tentang  keprihatinan:

Ibu Ngesti  sebagai pencita lingkungan sangat prihatin melihat kondisi alam yang tidak terjaga mengakibatkan adanya global warming .   Bahkan tingkah manusia yang tidak peduli dengan kondisi lingkungan yang tidak dijaga bahkan merusaknya tanpa berusaha merawatnya.

“Alam itu bagian dari kehidupan manusia. Apabila alam rusak maka kehidupan manusia pun akan menjadi rusak.    Mencintai alam dengan berdialog  dengan alam . Dialog dengan cara yang sangat sehat bukan sesuatu yang absurb,   mengetahui secara jelas tentang ekosistem tumbuhan dan alam dengan baik.   Bagaimana agar alam tetap lestari dan tidak semena-mena merusak dengan cara merebut lahan dan mengganti peruntukannya”, kata Ibu Ngesti.

Pecinta sejati dimulai dari dirinya sendiri:

Hal ini dibuktikannya suasana di  rumah Bu Ngesti, begitu memasuki gerbang  rumahnya, kita akan disambut dengan kesejukan pepohanan hijau. Beragam tanaman terlihat sangat asri , hidup berdampingan, mulai dari pohon melinjo, matoa, sawo, jambu sampai kepada tanaman kecil seperti cabe rawit, daun kenikir,daun mangkokan dan sejumlah tanaman kecil lainnya

Awalnya  , Ibu Ngesti membentuk  “Komunitas peduli lingkungan Bukit Pamulang Indah. Komunitas  ini beranggotakan 40 orang dan kegiatan secara rutin diadakan dengan swadaya dan bergotong royong.    Tetapi sangat disayangkan setelah berjalan sekian lama, beberapa anggota meninggalkan komunitas ini karena merasa tidak adanya keuntungan pribadi dengan adanya kegiatan ini.   Kegiatan itu  memang bersifat non profit.  

Secara resmi kegiatan Ibu Ngesti  dimulai sejak tahun 2008  bersama dengan Komunitas Peduli Lingkungan BPI.    Tujuan dari kegiatan ini adalah  bergiat pada penghijauan dengan gebrakan awal dengan menanam dan membagi pohon sebanyak 600 pohon keras dan buah didukung oleh  Dinas Kehutanan Propinsi Banten. Kepiawaiannya tentang lingkungan  bukan hanya pengetahuan bagaimana menanam hidroponik, aquaponik saja, tetapi juga pengetahuan tentang pengeloaan sampah domestik

Setelah Ibu Ngesti  merasa bahwa pengalaman dan pengetahuan tentang sampah domestik, hidroponik cukup maka mulailah Ibu Ngesti membagikan ilmunya  untuk mengedukasi masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, antar Rukun Tetangga, antar Kecamatan.   Akhirnya, Walikota Tangerang Selatan pun menyadari ada seorang penggiat lingkungan yang diperlukan untuk dijadikan anggota PKK Kota Tangerang untuk Bidang Lingkungan.

Mendapatkan jabatan baru sebagai anggota PKK Kota Tangerang, memang merupakan amanah bagi Ibu Ngest untuk berkonsentrasi di sana. Namun, ternyata  Ibu Ngesti lebih menyukai apabila dirinya  punya waktu yang fleksible dan  dapat memberikan edukasi kepada setiap lingkungan yang belum terjangkau, di Kecamatan,Kelurahan, RT, RW, Sekolah-sekolah (termasuk sekolah di Jakarta), Kader PKK

Selain itu pengalaman  IBu Ngesti sebagai penggiat lingkungan, juga mendapat dukungan dari  Kowani  yang dipimpin oleh Dewi Motik Pramono untuk penanaman pohon di Gunung Halimun.    Juga Gerakan Penanaman Pohon yang dihadiri oleh  Wakil Gubenur Banten, Rano Karno. Menjadi Nara sumber dan Juri Kebersihan Lingkunga. Pernah menjadi Tenaga Penyuluh PKK Kota Tangsel Sebagai anggota Pokja IV

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi
                                                                                              

Sosialisasi lewat workshop dimana saya hadir .   Saat menerima undangan via WA dari Ibu Ngesti untuk workshop tentang Hidroponik  Sederhana diselenggakaran  oleh  Smart Group dengan nara sumber, Ibu Ngesti ,penggiat dan pecinta hidroponik, akuaponik,

Dalam workshop itu Ibu Ngesti tanpa teori, langsung memberikan langkah-langkah bagaimana menanam hidroponik sederhana kepada Ibu-Ibu yang tinggal sekitar BSD.  Lahan sempit bukan jadi halangan, menyediakan semaian dari  media sekam bakar, kokopit (padi) dan kompos dengna perbandingan 1:1:1 . 

 

hidroponik3-58ff0a151fafbd2a76be8e0d.jpg
hidroponik3-58ff0a151fafbd2a76be8e0d.jpg
Sumber : pribadi

Menyiapkan tempat persemaian dan 1 botol aqua yang dibagi dua.  Bagian potongan pertama dari botol itu diberi sumbu, sumbu itu harus dibasahi air dan makanan dan masukkan media dan bibit yang telah disemai  Bagian potongan kedua  dari Aqua diisi dengan air dan nutrisi.  Sebegitu mudah prosesnya, hanya tinggal kemauan keras untuk melaksanakannya.  Saya pun ikut merasakan manfaat dari workshop ini dengan mencoba hidroponik sederhana yang sedang saya lakukan.

Harapannya

Tidak ada langkah surut bagi Ibu Ngesti untuk terus melaksanakan amanah dengan membagikan  ilmu dan sosialisasi  tentang bertanam dan membagi pohon buah 2200 pohon  di sekitar Pamulang , berbagi pencerahan pengelolaan sampah dengan metode Keranjang Takakura . Dengan metode Komposter dan berbagi cara bertanam hidroponik sederhana.

 “Saya mewakafkan sisa usia saya untuk berjuang demi lingkungan yang sehat dan terjaga. Saya juga berpesan kepada anda semua, mulailah menjaga lingkungan dari rumah sendiri, bumi sudah semakin panas, kasihan anak cucu kita kelak. Jangan menjadikan alasan tidak punya halaman. Menanam di pot bisa, di botol bisa bahkan di talang air pun bisa, ungkap Ibu Ngesti mengakhiri percakapan sore ini dengan nada yang masih menghawatirkan kondisi bumi tercinta kita .

Sumber : pribadi
Sumber : pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun