Berkaitan dengan motif batik, sampai saat ini belum ada peraturan baku dari Pemerintah Tangsel, oleh karena itu Ibu Nelty menciptakan sendiri motif sesuai dengan kekayaan dan kearifan lokal semaximal mungkin dengan mengembangkan batik sesuai dengan motif kontemporer yang sedang tren sesuai perkembangan zaman. Pemasaran pun sudah dilakukannya dengan mengadakan pameran domestik dan luar negeri, mengadakan fashion show di beberapa hotel yang mendukung promosi “Batik Tangerang”.
Untuk memperkenalkan batik kepada generasi muda dan mewariskan batik kepada mereka yang belum mengenal “batik”, Ibu Nelty telah sering mengadakan dan memberikan pelatihan bagi anak SD, SMP, SMA, bahkan orang asing yang ingin belajar membatik baik itu secara rutin maupun secara on the spot.
Dukungan pemerintah Tangsel sangat diharapkan dengan adanya Perda yang jelas tentang motif Batik Tangsel. Melengkapi dukungan itu Pemrintah Tangsel yang diwakili kehadirannya oleh Bapak H. Firdaus menyatakan bahwa soal izin dan tempat untuk promosi UKM seperti Pengusaha Batik saat ini sedang dibangun di sebuah gedung bertingkat empat di Tangsel yang dapat dipakai untuk pameran atau pelatihan dan aktivitas pembatikan.
Pengalaman Membatik secara pribadi
Kesempatan emas pun diberikan oleh Ibu Nelty kepada penulis dan para peserta workshop untuk mempraktekan cara membatik secara langsung. Setiap peserta mendapatkan satu lembar kain berwarna putih dengan sedikit gambar yang telah diberikan malam. Gambar yang telah ditutup malam itu sebagai perintang warna . Kami diminta untuk menggambar apa saja sesuai dengan imajinasi dengan menggunakan canting. Dengan tangan yang kaku, kami mencelupkan canting ke dalam cairan malam diletakkan di atas kwali/wajan . Mengangkat canting yang berisi cairan dan menghembuskan dari mulut agarcanting panas itu bisa keluar airnya dari ujungnya yang mengecil Lalu mendesign di atas kain putih. Ternyata menggambar dengan canting itu sangat sulit luar biasa.
Inilah pengalaman pertama membatik, merasakan betapa sulitnya membatik dalam menuangkan imajinasi gambar yang akan dituangkan dalam selembar kain. Bukan hanya kakunya tangan menuangkan gambar-gambar , tetapi juga ketrampilan memainkan canting agar design gambar itu bagus. Ternyata melihat membatik kelihatannya gampang tapi melakukan sendiri benar-benar terasa sulitnya. Penulis merasa “berlepotan” dalam menggambar dengan canting. Hasil gambar pun tidak serasi atau tidak sempurna sesuai dengan apa yang dimajinasikan.
Selesai dengan mencanting, kami dapat melakukan pewarnaan. Pewarnaan dengan zat pewarna khusus batik dengan proses dingin atau zat warna reaktif atau zat warna alam. Komposisi warna tergantung dari warna primer , sekunder atau tersier yang diinginkan. Untuk warna primer terdiri dari merah, kuning, biru. Warna sekunder teridir dari campuran dari warna primer (contoh untuk menghasilkan warna hijau, dicampuran kuning dan biru. Sedangkan warna tersier adalah campuran warna primer dan warna sekunder. Melakukan pewarnaan di tempat dimana design gambar yang kita buat.
Selesai dengan pewarnaan, maka dilakukan pencelupan. Warna-warna yang telah disiapkan dalam sebuah ember besar dengan warna dasar dari kain batik.
Selanjutnya batik yang telah dicelupkan, dijemur tanpa matahari. Hasilnya setelah kering , kita dapat melihat kain putih itu sudah berubah warnanya menjadi hijau sesuai dengan warna yang dicelupkan. Gambar dan design pun terlihat seperti apa yang kita gambarkan.
Manfaat Pembelajaran Membatik