Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Mengembangkan Percaya Diri

9 Februari 2017   18:18 Diperbarui: 9 Februari 2017   18:39 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggali Kepercayaan Diri:

  • Self esteem adalah konsep diri untuk mendapatkan passpor Kesehatan mental dan kebahagiaan sosial sepanjang hidup anak. Percaya diri menjadi landasan untuk menghargai dirinya sendiri untuk mencapai suatu kesuksesan.
  • Kepecaryaan diri adalah bagian dari suatu proses dalam kehidupan manusia. Baik itu sejak kecil, SD, SMP, SMA, Peruguruan Tinggi sampai ke tingkat orang/anak yang bekerja.
  • Percaya diri bukanlah sesuatu yang didapatkan secara instan.
  • Selayaknya seperti mi instan, apakah jika kita kelaparan dan ingin makan, beli mi instan, bisa langsugn dimakan. Perlu proses untuk memasaknya walalupun dalam waktu yang cukup singkat, tetapi ada proses masak memasak sampai mi instan itu bisa dihidangkan dan disantap.Demikian juga dengan kepercayaan diri harus digali dan diproses dengan waktu yang cukup panjang sekali. 

Cara orangtua memberikan kepercayaan kepada anak:

Anak itu perlu pendampingan. Dalam bahasa psikologinya, jika seorang anak berusia 0-5 tahun, dunia anak adalah explorasi. Selain explorasi, ada ketakutan/adaptasi di usia sekitar 4-5 tahun.  Anak yang dulunya tinggal bersama orangtuanya, tidak pernah ke luar (atau sekali-kali) diajak oleh orangtua ke komunitas atau ke rumah nenek/saudara, berkenalan dengan dunia luar.

Tapi hal ini tidak berjalan lama. Saat anak harus masuk play group atau TK, anak ditinggal bersama dengan teman-temannya. Dimana dia belum mengenal dunia teman-temannya dan gurunya. Rasa takut, tidak aman keluar. Dituangkan dalam tangisan dan kemarahan. Anak menginginkan orangtua berada didekatnya.   Rasa aman itu membuat dia percaya diri bahwa orangtua akan melindunginya jika terjadi apa-apa.  

Perlu adaptasi dari seorang anak balita agar dia percaya diri bahwa dia tidak ditinggalkan oleh orang yang dicintainya dan dia bisa berkomunitas dengan orang lain. Ini perlu kerja-sama dan bantuan orangtua atau orang didekatnya agar dia tidak segera meninggalkan. Perlahan-lahan 1 jam, kemudian 2 jam dan selanjutnya sampai sekolah selesai baru dijemput.

Proses Pendampingan dari anak-sampai dewasa:

Proses percaya diri itu melekat terus dalam diri anak mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Percaya diri itu perlu dibentuk dan bukan sesuatu yang langsung jadi.

Ketika anak perlu pendampingan pada saat membuat PR atau sesuatu kreativitas atas tugas sekolah, anak tidak percaya diri jika pekerjaannya itu bagu. Dia selalu bertanya kepada orang dekatnya. Jika dia tidak menemukan orang dekatnya yang dapat memberikan dukungan untuk bisa percaya diri, dia merasa berjalan sendiri dan kepercayaan itu pudar dan dia membuat tugasnya tanpa percaya diri. Akhirnya, mungkin pekerjaan atau tugas itu selesai tapi tidak dengan hasil yang maksimal.

Sampai dewasa pun ketika anak juga di perguruan tinggi, menemukan kesulitan yang harus dihadapi. Dia tak yakin apakah dia mampu menangani atau mengatasi tugas atau pekerjaan yang dirasakan sangat sulit dan merasa tidak percaya kepada kemampuannya.

Ketika tidak ada seorang pun yang pun yang memberikan pendampingan atau penyuluhan atau advokasi bahwa dia pasti bisa melewati masa sulit itu, maka dia gentar untuk melawan apa yang dihadapinya.  

Hasilnya kegagalan yang diterimanya. Bahkan dia menyerah untuk bisa melawan ketidak-mampuannya.

Menumbuhkan rasa percaya diri  pada anak

  • Anak memiliki Self- image yang baik: Anak menilai dirinya sendiri positif bukan negatif. Pandangan tentang dirinya yang positif ini berasal dari apa yang dipersepsikan oleh oranglain kepada dirinya.  Jadi jika anak bercermin dan dia melihat dirinya itu sebagai oranglain yang menilai dirinya, itulah pandangan atau self-image tentang dirinya.      
  • Self image yang dibangun sejak kecil dengan positif, maka anak akan berkembang secara positif. Kebalikannya anak yang mengalami banyak perlakuan kasar, keras, bahakan caci-maki, maka anak itu tidak punya self image dari dirinya dengan baik.
  • Latihlah dengan Pendampingan Parenting : Saat seorang bayi itu didekap dengan balutan cinta oleh ibunya, respond yang diterima bayi adalah dia sangat merasa tenang dan bahkan menangis karena ingin dekapan yang lebih hangat lagi. Apa yang dirasakan oleh kehangatan cinta orangtua itu membuat bayi merasa berharga dicintai oleh orangtuanya. Hasilnya dia merasa makin dekat dengan orangtuanya. Attachment parental itu  menjadi landasan utama bagi mereka yang sering menerima resiko berat dari pelbagai pihak. Agar mereka merasa terus dihargai, maka cintailah dengan cara mendekatkan diri kepada anak-anak itu saat diperlukan.
  • Perbaiki  “Self-confidence” dari ibu: Seorang ibu tentunya punya masa lalu . Masa lalu yang mungkin ada yang kelam atau sesuatu yang melukai hatinya.  Agar hubungan erat Anda dengan anak dan tidak ternodai dengan masa lalu Anda, sebaiknya Anda juga berusaha memperbaiki dulu kepercayaan diri Anda sendiri.
  • Kepercayaan diri Anda diperbaiki dengan menghilangkan luka batin dengan cara berdoa dan meditasi. Ketika Anda merasa sudah memperbaiki Self-confidence, Anda perlu mengevaluasi dulu : apakah ada hal-hal yang buruk yang dilakukan oleh orangtua kita sebelumnya; adakah hal-hal yang membuat orangtua kita merendahkan self-esteem kita;  adakah kita meniru hal-hal yang tidak baik dari orangtua kita sebelumnya.
  • Menyediakan waktu bermain: Berikan cukup waktu untuk bermain dengan anak Anda.   Pilihan permainan sebaiknya dari inisiatif anak Anda.  Permainan bukan sesuatu yang membosankan, tetapi membuat Anak ANda merasa dilibatkan dalam segala kehidupannya.
  • Set tujuan hidup untuk Anak Anda:  Persiapkan kebutuhan skill, ketrampilan, dan kemampuan untuk Anak Anda di masa datang supaya dia berhasil dalam pilihan ketrampilan yang dimilikinya. Semuanya harus dilatih sejak kecil dan memberikan waktu, tenaga.
  • Jangan memberikan label kepada Anak:   Seringkali orangtua memanggil anaknya dengan label dari apa yang dilihatnya.  Misalnya orangtua melihat anaknya suka makan “donat”, dipanggilnya namanya seperti “donat”. Pada saat anak besar dan panggilan serta label it uterus diucapakan oleh orangtua, anak akan merasa malu terhadap teman-temannya. Malu ini membuat dia makin terpuruk dan kehilangan percaya dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun