Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persepsi Seorang Anak tentang Kebaikan Ibu

3 Desember 2016   10:52 Diperbarui: 3 Desember 2016   10:58 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat dia libur sekolah di musim dingin tiba, dia pulang. Setibanya di rumah, ia mencari ayah dan ibunya. Tak ditemukannya. Ia hanya mendapatkan secarik kertas menyatakan bahwa ayahnya berada di rumah sakit mendampingi ibunya. Bergegaslah ia pergi menuju ke rumah sakit. Dia mendapatkan ibunya dalam kondisi yang sangat buruk. Tubuhnya kurus kering, mukanya pucat dan semua makanan hanya diberikan melalui slang-slang infus.

Tercengang dan terkejut melihat kondisi ibunya. Ayahnya menceritakan semua apa yang terjadi dengan ibunya. Sakit kanker saat Marry berangkat ke college. Ibunya tak memperbolehkan ayahnya untuk menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya . Ibunya ingin agar sekolah Marry tidak terhambat dan segera lulus . Dia bisa menangani hidupnya sendiri bersama ayah Marry.

Marry terpekur dan tercenung dalam-dalam. Apa yang dipikirnya selama ini ternyata salah. Dia tak pernah menyangka bahwa ibunya justru sangat mencintainya dengan tidak mau mengganggu sekolahnya.

Kesadarannya itu membuat dirinya untuk minta maaf kepada ibunya yang selama ini dianggapnya mengganggunya. Dengan kelemah lembutan Ibu Marry menerima permintaan maaf itu dan dia tetap minta Marry tetap melanjutkan sekolahnya meskipun ibu masih dalam kondisi lemah.

Akhir liburan selesai, Marry harus kembali ke kampus. Dia meninggalkan ibunya dengan sedih sekali. Tetapi keputusan yang sangat mengubahkan hatinya adalah dia tak lagi mau menyia-siakan waktu untuk tidak berkomunikasi dengan ibunya setiap hari. Walaupun hanya cukup 5-10 menit, waktu bersama ibunya lebih berharga dari semuanya. Itulah perubahan hati dan sikapnya kepada ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun