Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beradu Kreativitas di Platform

25 Oktober 2016   13:31 Diperbarui: 25 Oktober 2016   14:17 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini demikian banyaknya platform e-commerze membuat  mereka harus kreatif dalam menciptakan kontennya jika tidak mau kalah bersaing

Menghadapi beragamannya pasar , salah satu industry yang persaingannya makin hebat adalah industry asuransi.    Mereka juga harus ciptakan cara-cara kreatif untuk meraih pasar yang sangat kompetitif.   ANak muda yang menjadi pasar potensial membutuhkan pendekatan dengan cara yang unik, tak cukup hanya berjualan langsung.

Pendekatan awal adalah dengan melihat secara dekat gaya hidup kaum muda yang belum kenal dunia asuransi.  Melalui budaya mereka yang sering ngopi di kafe bahkan bukan hanya sekedar minum, tapi demi gaya hidup.   Biaya segelas atau secangkir kopi yang begitu mahal tapi mereka tak peduli dengan uang untuk ngopi .  Nach gaya hidup inilah yang ingin diangkat oleh iklan asuransi yang mengatakan bahwa uang dihabiskan untuk ngopi itu lebih baik dihabiskan untuk asuransi. 

Bukan hanya media iklan yang diangkat untuk kreativitas pendekatan, tapi juga  konten dari media sosial.  Konten media sosial yang sangat dekat dengan anak muda.   Contoh konten dari sebuah iklan yang tak kalah menariknya: “Lembur lagi?  No worries”.     Refleksi dari gambaran para pekerja atau wirausaha yang harus lembur.  Berbagai penyakit bisa timbul akibat bekerja keras.  Biaya berobat pun sekarang mahal sekali. Keluhan dari pekerja sulit menyisihkan uang untuk asuransi.  Maka dibuatlah suatu pemahaman literasi tentang asuransi yang sangat singkat.

Persepsi semua orang tentang industri asuransi masih buruk karena sulitnya tentang pencairan klaim dan sangat rumit dengan prosedur yang berbelit-belit. Nach, persepsi ini ditepis dengan konten pemasaran bersifat soft selling.

Sekarang ini konten soft selling jadi acuan yang penting sekali untuk bisa merubah paradigm dari calon nasabah.

Pentingnya konten soft selling dengan pendekatan gaya hidup seperti telah dijelaskan di atas menjadi  cara yang jitu untuk keberhasilan dalam merubah paradigm dan akhirnya calon pembeli tertarik untuk membelinya.

Trik untuk soft selling:

Cara promosi yang dilakukan secara halus atau tak menyampaikan promosi secara langsung. Tujuan soft selling, Tujuan  menekankan tumbuhnya kepercayaan dan terjalinnya hubungan yang nyaman dengan konsumen. Syukur-syukur jika kemudian bisa dialirkan menjadi sebuah penjualan.

Keuntungan Soft Selling

Lebih mudah diterima.   Pemasaran yang bersifat halus, terselubung dan  tidak bersifat memaksa. Misalnya mengajak orang berlibur , jika orang tertarik berlibur tentunya akan mencari tiket. Tiket itu bisa dibeli di suatu tempat penjualan tiket.

Efek pemasarannya lama,  karena tidak bersifat agresif maka perlu follow up . Tapi juga mudah diingat dan menimbulkan kesan yang membaca konten soft selling untuk tertarik untuk mencobanya.

Bisnis yang ada dalam tahap awal cocok dengan cara soft selling karena calon pembeli perlu kepercayaan dulu untuk bisa membelinya.  Waktu yang lama ini memang suatu proses dari pemasaran soft selling.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun