Tanggal 8 Oktober, Kompasianival tahun 2016 merupakan acara Kopdar yang sangat dinantikan oleh sebagian besar Kompasianer termasuk saya. Mendaftarkan diri sejak di buka pendaftaran di website Kompasiana. Rasa aman sudah terdaftar. Apalagi setelah dapat konfirmasi dengan QR Kode “”Selamat!” Anda telah tedafar dalam acara Kompasianival 2016.
Menunggu hari H yang sangat ditunggu adalah waktu yang cukup lama . Saya sudah melihat dan mengintip siapa saja yang akan hadir menjadi pembicara di acara talk show . 3 nama besar yang menggerakkan saya untuk segera datang, mereka itu adalah Wulan Guritno, Budi Suhardi, Tjiptadinata Effendi.
Mengagumkan segala informasi termasuk transportasi menuju Gedung Smesco , sangat lengkap tersedia . Ini sangat membantu saya yang pertama kali datang menuju Gedung Smesco. Tanpa kesulitan saya dapat tiba di Smesco dengan waktu yang sangat cepat.
Suasana berbagi sudah tampak sejak saya masuk ke counter pendaftaran kembali. Diminta untuk menyerahkan apa yang dibawa untuk berbagi. Saya membawa 3 buku. Saya mendapatkan 1 souvenir dari Kompasianival.
Budi Soehardi, menceritakan panggilan dari Tuhan saat nonton TV di SIngapore bagaimana kehidupan anak-anak korban perang Timor yang sangat menyedihkan saat dia sedang berada di hotel di Singapore merencanakan liburan yang indah. Hidupnya yang mapan sebagai pilot Singapore Airlines, dengan semua fasilitas yang menggiurkan, semua serba first class mulai dari penerbangan sampai kepada akomodasi. Budi mendapatkan remah dari Tuhan pada saat itu untuk mengubah kehidupan anak yatim piatu pengungsi NTT yang bertolak belakang dengan kehidupannya yang serba mapan. Keputusan yang sangat berat tapi penting bagi hidup Budi karena hidup adalah untuk mengisi kehidupan, memuliakan TUhan, bermakna dan berbagi bagi sesama manusia.
Tentu awalnya niat tulus untuk membantu anak-anak NTT itu tak semudah yang dibayangkan. Banyak kecurigaan dari para orangtua yang mencurigai Budi datang untuk menjual bayi,mengambil hak orangtua atas anaknya. Namun, waktulah yang membuktikan bahwa Budi berniat dengan sungguh-sungguh memberikan bantuan pangan dan pendidikan kepada anak-anak NTT yang miskin dan tak punya dana untuk bersekolah.
Rumah Yatim Piatu Roslin mengasuh 400 anak dari 1300 anak yatim piatu merupakan titik tolak Budi dan istrinya untuk mencurahkan hati, waktunya untuk anak-anak NTT dari mulai pagi sampai malam. Ternyata usaha ini membuahkan hasil yang manis , sebuah penghargaan dari CNN sebagai CNN Hero 2009. Penghargaan tertinggi sebagai dedikasinya untuk kehidupan sosial dari anak-anak NTT.
Kesulitan yang menghadang Budi saat ini adalah mengelola sebuah sebidang tanah sekitar 5 Ha. Tanah kering kerontang dan berbatuan itu seyogjanya akan dipakai untuk pertanian . Swasembada pertanianadalah mimpi Budi agar semua keperluan dana untuk makan dan sandang dan pendidikan berasal dari swasembada pertanian itu.
Tapi tak ada hal yang mustahil bagi seorang Budi. Kesulitan itu terus dicarikan solusinya. Dia mengolah tanah yang kering kerontang, itu digali, ketemu batu, digali lagi, disemai dengan tanah yang lebih empuk. Transformasi Tanah yang berbatuan diketahui sulit ditanami dirubah menjadi Desa Organic. Sesuai dengan rumusannya tanah yang keras itu sifatnya tak ada hama yang datang, namun, harus ada media untuk ditanami, dipakailah beberapa alat seperti pot, semaian, karung goni.
Harapan yang sangat besar dari seorang Budi agar desa organic ,”Tesabela Eco Village”, dapat terus menjadi effek multiplier untuk bantu anak membesarkan desanya sendiri dan mengembangkan desanya sehingga tak perlu urbanisasi ke kota besar. Ada rasa cinta nasionalisme kepada anak-anak untuk terus menjaga dan mengembangkan desanya.
Wulan Guritno, seorang selebriti dengan segudang kegiataan baik itu sebagai aktris, model, film produser, maupun keluarganya. Ditengah kesibukan pekerjaan itu, Wulan bersama sahabatnya Amanda Soekasah dan Janna Soekasah tertarik untuk membantu anak-anak yang kena sakit kanker. Ketertarikan itu membuat Wulan dengan sahabat bertemu dengan Ghea Panggabean untuk membangkitkan solidaritas, budaya menyumbangkan dan menyerbarkan harapan ke segala aspek kehidupan.
Ide yang brilian itu datang, mereka melihat sebuah gelang yang unik dan khas pasti akan menarik bagi para anak muda untuk membelinya. Selain gelang jadi simbol sosial bagi anak muda, gelang bisa jadi alat untuk gerakan sosial untuk menyumbangkan bagi anak-anak penderita kanker Harganya tak mahal, cukup Rp.100,000
Gelang hope jadi satu “Journey Hope” untuk anak-anak penderita kanker. Perjalanan kegiatan dari suatu kota k kota besar lainnya, dari satu kampus ke kampus yang lainnya. Dana dari semua penyumbang itu didonasikan uuntuk membuat suatu ruang Harapan di RS Cipto, juga memberikan dana transportasi bagi orangtua yang berada di Ruang Harapan itu karena mereka kebanyakan berasal dari luar Jakarta.
Gerakan yang ditunjang berbagai selebritis dan artis-artis film itu , seringkali mengadakan konser untuk menghibur anak-anak sakit kanker. BUkan hanya hiburan saja, tapi anak-anak ini juga diberikan hadiah sesuai dengan mimpinya. Ada anak yang telah bertahun-tahun bermimpi untuk memiliki sebuah sepeda, karena ketidak mampuan
Harapan uUlan ke depannya, Gelang of Hope ini akan memiliki sebuah rumah-rumah singgah dibeberapa tempat dimana pasien kanker anak makin banyak.
Tjiptadinata Effendi: Menceriterkan bagaimana kelamnya kehidupan pernikahan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan olehnya. Terpaan kesulitan ekonomi sampai tidak mampu untuk membelikan kue ketika putra pertama ulang tahunya. Bahkan ketika anak pertama pun sakit keras, harus pinjam uang ke pada saudara pun ditolak dengan keras.
Namun, Pak Tjiptaeffendi sungguh beruntung punya ibu Roseline yang menjadi teman sehidup semati, mampu menolong dalam kesulitan, menjual apa yang ada di tangannya yaitu sebuah cincin kawin. Badai kehidupan itu dihadapi dengan saling tolong menolong dengan istrinya. Akhirnya, badai dan perjuangan berbuah sangat manis , beliau mampu menyekolahkan anak pertamanya sehingga mencapai pendidikan tertinggi di Amerka dengan lulus menyandang predikat suma-cum laude.
Pak Tjip, bukan hanya bangkit dari keterpurukan rumah tangga, tapi juga dinobatkan sebagai Kompasiner terbaik di Kompasianival 2014. Tulisannya sangat menggugah, bermanfaat dan inspiratif. Kunci dari keberhasilan tulisan adalah selalu memberikan informasi, inovasi maupun bermanfaat atau memotivasi kepada orang lain.
Perjalanan hidupnya terus didedikasikan untuk para mudaer Kompasianer karena tulisan-tulisannya selalu masuk ke kategori Headline. Belum lagi jika membaca buku-bukunya yang telah diterbitkannya. Saya masuk bagian kontributor dari buku "Spirit Sepasang Merpati" untuk memberikan cuplikan tentang buku-buku sebelumnya.
Sukses selalu bagi para inspirator dan panitia Kompasianival 2016 yang telah bekerja sekuat tenana demi suksesnya acara Kompasianival 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H