Para kompasianer itu biasanya ketemu jika ada acara Nangkring saja. Sayangnya, jika acara Nangkring itu jumlah kompasianer yang hadir itu cukup banyak. Biasanya pesertanya paling sedikit 30 – 50 orang. Dengan jumlah yang banyak itu , satu sama lain tak begitu dekat karena selain jumlah ada faktor waktu yang sangat singkat untuk berdiskusi atau ngobrol. Katakan waktu datang , langsung registrasi , langsung ke acara. Selesai acara, semuanya sudah bubar pulang ke rumah masing-masing.
Tetapi ada kesempatan istimewa yang jarang ditemukan bagi kami berlima sebagai kompasianer. Terus terang kami tidak saling mengenal satu sama lain dan kami merasa belum ada informasi jumlah kompasianer yang ditugaskan untuk meliput acara konperensi persi “Jazz Gunung Bromo” . Kami hanya ditelpon oleh admin kompasiana pada hari Selasa sore untuk mengkonfirmasi apakah kami bersedia untuk meliput acara itu pada hari Kamis, tanggal 11 Agustu.
Setelah mengkonfirmasi secara verbal barulah konfirmasi dari Kompasiana secara email dikirimkan . Acara dan program apa saja yang harus kami liput dan tempatnya pun ditentukan.
Tanggal 11 Agustus sesuai jadwal l/2 jam sebelum registerasi 12.30 , kami sudah tiba di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia West Mall Lantai 8. Saya sendiri bingung kok kelihatannya sepi amat. Hanya ada 1 orang Mbak dan 2 orang pemuda yang sedang nongkrong di suatu tempat untuk duduk depan Galleri Indonesia Kaya
Dengan rasa percaya diri, saya dekati mereka dan bertanya apakah mereka itu dari Kompasiana. Dijawab “Ya”, rasanya “plong”, ada teman dech . Kami ngga boleh masuk ke Galeri karena belum waktunya masuk. Hanya registrasi saja .
Nach sambil nunggu di luar itu kami berbincang-bincang banyak. Pengalaman kami menjadi penulis dari Kompasiana, apa yang disukai dengan Kompasiana. Wah perbincangannya makin serus dan satu sama lain memberikan komentar yang kami ngga pernah sangka sama sekali.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 , kami diperbolehkan masuk ke dalam Galeri. Wow, galerinya itu memang serba mutakhir teknologinya. Foto-foto dari penyambut tamu yang mengenakan pakaian daerah itu menyambut kami dengan suara yang berasal dari rekaman, “Selamat Datang”. Jadi ketika kami menginjak karpet, maka suara itu terdengar, hebat banget yach...Saya pun terkagum-kagum.
Ruangan Galeri memang tidak begitu besar, mungkin hanya muat sekitar 100 orang. Dibuat seperti orang menonton bioskop dengan kursi panjang tanpa senderan. Tapi suasananya sangat “cosy” tiga layar lebar terbentang sangat besar dan tayangan dari “Jazz Gunung Bromo” yang fantastik melalui video.
Tiba-tiba, ketika sedang menunggu acara , muncul seorang pemuda mendekati kami. Pemuda ini ternyata seorang Kompasianer dari Kupang, bernama Arnold Adoe. Duduk dipisah jadi dua, saya dan Arum. The boys duduk bertiga. Mereka adalah Tauhid Patria,Arnold Adoe dan satu lagi (kenapa saya lupa bertanya namanya). Kami menunggu lama sekali acara dimulai. Entah apa yang ditunggu. Cukup lama mundurnya yang semula dijadwalkan dari jam 13 menjadi jam 14.30 baru dimulai. Ditengah kekesalan karena “molornya acara”, admin dari pendaftaran datang kepada kami, “Nanti jangan pulang dulu yach, kita makan bersama!”. Wah, rezeki nomplok, maklum di dalam galeri tidak boleh makan dan minum, dan jam makan siang sudah lewat .
Disuguhi dengan video dari kekayaan alam Indonesia dan kekayaan budaya Indonesia. Rasanya sangat bangga sekali . Video yang menampilkan keindahan itu membuat rasa nasionalisme pun bangkit. Lalu diikuti dengan nyanyi Indonesia Raya, sambil berdiri.
Nach selama mendengarkan Konperensi Pers, kami sibuk mendengarkan para nara sumber berbicara dan sesekali kamera pun tak luput menjepret ke sana kemari. Dari semua nara sumber, kami sangat senang sekali karena mereka sangat aktif sekali menjawab pertanyaan dari MC.