Saya membaca legenda Bakcang yang sangat menarik untuk disimak. Di tahun 340-278 sebelum Masehi hiduplah seorang penyair dan menteri yang sangat rerkenal bernama Qu Yuan di negera bernama Chu, Tiongkok.  Qu Yuan bukan saja  menjadi menteri yang bijak , tetapi juga terkenal sebagai sastrawan yang mengarang buku puisi Chu ci yang dikenal sebagai syair dari Selatan atau Songs of Chu.  1 dari 2 buku sastra kuno Tiongkok yang terkenal sepanjang masa dan abad hingga saat ini.
Sebagai seorang Menteri  sayap kiri yang sangat tinggi pangkatnya Qu Yuan memerintah dengan arif, jujur dan sangat setia pada raja. Hal ini menimbulkan iri hati para menteri lainya yang korup. Sehingga menteri-menteri itu bersekongkol mempengaruhi raja  Huai untuk  mengusir Qu Yuan keluar negara Chi.
Terdesak oleh para menterinya , namun beliau  masih ingin menolong Qu Yuan,  Raja pun memintanya  untuk pergi kenegeri Qi dalam misi memperbaiki hubungan antar negara Chi dan Qi yang dirusak oleh Raja Hi dari Qin. Misinya berhasil sehingga ada alasan bagi raja untuk mempertahankan Qu Yan.
Setelah itu pada zaman era raja Qingxiang (anak raja Huai), atas pengaruh Perdara Menterinya, Zilan yang korup,  mampu memberikan pengaruh yang sangat tinggi kepada rakyat, dia ingin membuang  Qu Yuan ke tempat pengasingan di sungai Yangtze.
Ketika terjadi perebutan kekuatasaan raja Qin  terbunuh.  Qu Yuan merasa sedih dan ia bunuh diri dengan mengikat  tubuhnya  dengan  batu dan menenggelamkan dirinya di Miluo River. Â
Mengetahui hal ini penduduk desa berlomba-lomba  naik perahu untuk mencoba menyelamatkan dirinya. Namun sia-sia, konon sejak itu perahu naga diadakan.
Selain itu penduduk desa yang tidak ingin ikan memakan daging Qu Yuan, mereka membuat ketan yang berisi daging  yang dibungkus dengan daun bambu. Lalu mereka melemparkannya  ke sungai sebagai ritual setiap tahun.
Perayaan pehcun di Sungai Cisadane, Tangerang, merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Sudah ada sejak tahun 1910, perayaan yang digelar rutin oleh perkumpulan Boen Tek Bio ini selalu diisi oleh berbagai ritual dan tradisi unik. Sebelum diadakan di Sungai Cisadane, perayaan ini diadakan di kawasan Kota, Jakarta. Tapi karena sungai di sana mengalami pendangkalan, perayaan pehcun dipindahkan ke Sungai Cisadane.
Dalam perayaan ini, diadakan berbagai tradisi yang tidak lepas dari kebudayaan sungai, seperti lomba perahu naga, lomba menangkap bebek, lempar bacang, hingga mendirikan telur di waktu Twan Ngo.
Seiring perjalanan waktu, perayaan pehcun yang semakin mengakar di masyarakat Tangerang membuat perayaan ini menjadi festival yang menarik. Penyelenggaraannya pun menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke kota ini. Tapi yang terpenting, perayaan pehcun merupakan sikap menghayati kembali nilai-nilai patriotisme Qu Yuan sambil terus melestarikan Sungai Cisadane agar tetap asri dan bersih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H