Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesta Pendidikan 2016, Gerakan Semesta Pendidikan

23 Mei 2016   13:52 Diperbarui: 27 Mei 2016   16:28 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Mei adalah bulan yang dikenal dengan bulan Pendidikan.  Pada tanggal 2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional dan 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional.  Untuk memperingati kedua hari besar ini, rupanya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemdikbud) sudah mengubah konsepnya dari yang biasanya  selalu dirayakan dengan formalitas upacara kenaikan bendera dan Nyanyian Indonesia Raya yang dikumdangkan menjadi fasilitator dari gerakan Semesta pendidikan.

Rupanya konsep  upacara bendera sudah agak usang karena sekarang ini pendidikan nasional bukan hanya sebatas formalitas tetapi informal dan formal yang mengandung nilai-nilai luhur.

Oleh karena itu, konsep yang diusung oleh Kemdikbud yaitu memfasilitasi semua gerakan pendidikan dan kebudayaan mulai  dari para pendidik, masyarakat  untuk menyadarkan kembali pentingnya nilai-nilai dasar itu sebagai tujuan utama dari pendidikan nasional. Salah satunya adalah Pesta Pendidikan 2016 yang diadakan selama bulan Mei 2016.

Latar belakang pendidikan tidak boleh dilupakan yaitu mendidik anak dengan memfasilitasi kemampuan generasi yang ada ini supaya mendapatkan kemampuan yang maximal dan memfaatkan kemampuan ini.   Bukan hanya sekedar perampasan dari hak anak untuk terus belajar dan tidak mengetahui tujuannya, bahkan motivasi untuk mendapatkan nilai yang terbagus di sekolah supaya dapat ijazah terbaik dan masuk ke perguruan tinggi pilihan.


Mengapa Gerakan Semesta penting diadakan?

Disinyalir bahwa pendidikan formal di beberapa tempat di Indonesia telah menjauh dari nilai dasar dan tujuan dari pendidikan nasional.   Setiap kali orang berbicara tentang pendidikan selalu dikaitkan dengan nilai-nilai akademis yang ingin dikejarnya.   Mereka yang sedang ikut ujian SD, SMP maupun SMA, selalu ingin belajar maximal dan memperoleh hasil ujian dengan nilai tertinggi.  Tidak ada yang salah dengan pengejaran nilai. Tetapi mesti diingat jika pengejaran nilai itu dasarnya hanya selembar kertas yang tak ada manfaatnya dibandingkan nilai karakter yang ingin dibangun bahwa mereka itu dapat lulus karena sudah mencapai kematangan nilai seperti kejujuran, kemandirian, kreativitas tinggi .

Pendidikan karakter yang sedianya akan diberikan sesuai dengan kurikulum 2013 mendapatkan kendala karena harus dilakukan secara bertahap.  Belum siapnya buku pelatihan,pendampingan,pengadaan buku, dan pendistribusian secara merata ke seluruh pelosok. Juga gurunya tidak mudah mencerna kurikulum itu, apalagi materi pendidikan karakter disatukan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.  

Krisis moral dan karakter melanda anak-anak Indonesia

Terjadinya kekerasan sexual dan pembunuhan kepada anak-anak yang dilakukan oleh anak-anak membuktikan bahwa kemerosotan dan degradasi moral dalam nilai-nilai yang dianut oleh anak-anak Indonesia. Jika hal ini terus dibiarkan terus apa jadinya dengan masa depan generasi masa depan kita. Sebuah bangsa yang tak punya karakter dan nilai-nilai luhur akhirnya akan ambruk dan tak bermartabat.

Menyelamatkan krisis moral dengan konsep gerakan semesta

Kecemasan melihat adanya kenyataan buruk dari peristiwa yang merupakan degradasi moral ini menjadi perhatian besar dari Kemdikbud selaku pemegang pemerintahan dalam bidang pendidikan.   Kemdikbud merasakan kemerosotan ini harus cepat dipulihkan dengan banyak hal.

Kegiatan ujian nasional SD bukan lagi hasil akhir untuk menentukan pendidikan lanjut. Anak yang biasanya sampai cape luar biasa karena harus ikut latihan ujian baik yang diselenggarakan oleh sekolah,dinas pendidikan kecamatan, kota, tidak perlu lagi ikut mengejar posisi puncak demi prestasi selembar kertas dari nilai suatu ijazah. Nilai Ujian akhir ini bukanlah ajang kompetisi buat anak, buat guru, buat sekolah supaya harkat dirinya naik karena prestasi anak tinggi, prestasi sekolah tinggi, namun dibalik itu anak didiknya kosong dengan moral dan sakit jiwa karena ini hanya soal pragmatis saja. Anak terenggut kebebasan dan hakikatnya untuk jadi penantang dan pejuang yang tak sesuai dengan kapasitasnya.

Kembali kepada hari Pendidikan dan Kebangkitan Nasional,  pemetaan dari standarisasi program pembelajaran itu memang sebaiknya harus dievaluasi dengan cara pandang yang berbeda.  Bukan berapa score/angka anak yang lulus, dan persentasenya,  tapi kematangan anak dalam menyerap nilai-nilai keluhuran yang diajarkan sekolah . Tak perlu teori tentang karakter karena anak zaman sekarang tak menyukai semua yang bernuansa ajaran kosong, tetapi suatu  pengetahuan yang memang nyata.  Berikan contoh kasus tentang anak yang suka belajar tetapi terhadang oleh keluhan dan permintaan orangtua untuk membantu bekerja dan  yang tak mengizinkan anak untuk belajar.  Berikan kebebasan suara anak-anak dalam menimba pendidikan, suara dalam bentuk kreativitas, dalam bentuk seni dan budaya, dalam bentuk kemampuannya.  Bukan hanya kompetisi saja tetapi suatu kolaborasi .

Suara Anak telah memberikan kebebasan anak –anak bersuara.  Ken, yang mempelajari Aikido.  Menjelaskan alasannya menyukai Aikido, bukan untuk kekerasan dan menyakiti orang tetapi untuk membela diri bagi yang tersakiti.    Suara lain, Allen Artyaga Arviantoro, mampu mengolah imajinasi dan pendengarannya dan membentuk cerita yang dibalut dengan  imajinasi merdeka dan warna yang diingatnya.    Abror Ilham menekuni seni tari klasik setelah terinspirasi oleh tokoh Hanoman. Inspirasi itu membawanya menekuni gelar seni tari klasik. Abror belajar jika ingin menjadi penari yang gemilang maka ia harus tekun berlatih serta tidak surut mempelajari tari baru.

Tut wuri handayani, filosofi yang diangkat oleh Kemdikbud

Saya angkat topi untuk Kemdikbud yang memfasilitasi kegiatan Pesta Pendidikan 2016.   Berangkat dari suatu tema pesta pendidikan:  “Semua Murid Semua Guru”,  artinya semua orang atau publik adalah bagian  terpenting yang perlu berpartisipasi sampai tingkat berdaya, bukan hanya berkomunikasi atau bermitra dalam ekosistem pendidikan Indonesia.

Pesta pendidikan adalah suatu rangkaian kegiatan yang mengajak semua orang yang berpotensi dalam bidang pendidikan maupun non pendidikan berpartisipasi dan disatukan dalam Prinsip Barengan.

Dasarnya adalah Belajar dari Ki Hadjar dan Budi Dr. Seotomo, yang selalu menggerakan potensi mandiri , menginspirasi praktik baik ,dan memberikan karya nyata yang berkelanjutan.  Organisasi, komunitas, maupun individu ikut serta semuanya.

Saya tertarik untuk melihat satu kegiataan yang diadakan oleh Rumah Inspirasi dan Klub Oase.   Keseharian Klub Oase ini merupakan kegiatan keluar dari para praktisi pendidikan yang berbasis keluarga (Home Schooling).

www.kluboase.com
www.kluboase.com

Menyelenggarakan suatu diskusi yang disebut ““Bincang Seru Homeschooling” pada tanggal   21 Mei 2016 .  Tujuan dari  Diskusi yang berupa sharing dan edukasi pendidikan berbasis keluarga (homeschooling) kepada keluarga yang ingin atau tertarik dengan homeschooling.

                   

                    Ada 12 praktisi cerita dan pengalaman mengenai menimbang homeschooling,memulai homeshcooling, keseharian homeschooling.

                

Setelah mereka memberikan pengalamannya, lalu peserta dibagi dalam 10 kelompok yang didampingi dengan 20 fasilitator yang memandu proses diskusi .  Hasilnya  keluarang yang ingin/tertarik homeschooling dapat memperoleh informasi lengkap seputar homeschooling dan berinteraksi dengan keluarga lain yang sudah menjalankan homeschooling (praktisi).

                    

                   Dengan adanya mendengar pengalaman praktisi, diskusi tentang homeschooling,maka peserta yang kebanyakan calon dari praktisi                        homeschooling dapat memilikiwawasan yang lebih lengkap dan mantap untuk memberikan homeschooling kepadaputra/putrinya.


Melengkapi keluarga dengan nilai dan karakter yang luhur dari orangtuanya yang merupakan keluarga terdekat akan jauh lebih baik ketimbang menyerahkan kepada orang lain.

Acara "Bincang Seru"" ini menjadi bagian dari acara Pendidikan yang diadakan secara bersama oleh lebih dari 100 komunitas pendidikan di Indonesia. kegiatan ini didukung oleh Kemdikbud untuk menunjukkan dukungan dan apresiasi dan perhatian terhadap insiatif masyarakat.

Suksesnya  "Bincang Seru" dapat dilihat dari terjualnya 200 tiket dalam waktu 2,5 jam.  Juga ada 100 orang yang waiting list. Selama acara dari pukul 9 -16 semua peserta bertahan dan pulang dengan rasa bahagia yang terlihat dari pesan dan kesan yang disampaikan.


 Pesta Pendidikan 2016 akan segera usai kegiatannya sampai akhir Mei ini. Namun, satu hal yang penting adalah kesuksesan pesta ini bukan dilihat dari banyaknya kegiatan dan gerakan semesta yang diikuti, tetapi kepada gerakan semesta dengan nilai luhur yang ingin diaplikasikan dalam keluarga ,masyarakat sehingga pendidikan nasional yang berkarakter kuat akan tercapai.

Sumber referensi:

Pesta Pendidikan: http://pestapendidikan.com/tentang/

Klub Oase 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun