Wisata kuliner, pemandangan, budaya, religi, sudah sangat familiar di telinga kita . Tetapi tahukah Anda, ada satu wisata yang terbaru yaitu wisata sport. Wisata sport ini disebut dengan "Tour de Flores" atau disingkat "TdF". Wisata berskala internasional , mengangkat Flores ke dunia internasional.
Menarik sekali bagi mereka yang senang dengan cycling atau bersepeda, TdF akan membawa Anda ke Acara Lomba Sport yang didukung oleh atlet sepeda International , anggota dari "Union Cycliste International" terdiri dari 20 tim dengan total 200 orang, atlet sepeda nasional 2 tim, terdiri dari 20 orang dan atlet sepeda NTT 10 orang dari 1 tim, total keseluruhan ada 230 orang.
Tour de Flores dengan full tim ini akan melintasi start awal dari Larantuka dan finish di Labuhan Bajo. Sambil bersepeda, mereka akan menikmati keindahan alam kota-kota yang dikunjungi dan dilintasi mulai dari Larantuka , ujung timur Flores sampai Labuhan Bajo, ujung barat Flores. Sepanjang 743 km dengan 5 etape yaitu etape I: II.Larantuka-Maumere, III.Maumere-Ende, IV.Ende-Bajawa, Bajawa-Ruteng, V. Ruteng-Labuhan Bajo.
www.inatanaya.com
Setiap etape peserta maupun wisatawan disambut dengan penuh dengan keindahan alam yang menakjubkan , objek wisata unggulan dari Flores (Taman Komodo, Danau Kelimutu,Kampung Bena), bahkan di tiap kota yang mereka lewati, akan ada wisata budaya, bazaar, pesta rakyat.
Penangkapan Ikan Paus di Lemara, Lembata
Tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pemburuan ikan paus terjadi bulan Mei – Oktober. Nelayan pemburu paus naik perahu tradisional yang disebut peledang. Sosok orang pemburunya disebut dengan lamata. Lamata akan menggunakan sebilah tempuling/tombak. Dengan teriakan “bakeo” dari seluruh penduduk desa, maka Lamata akan beraksi memburu paus sperma atau koteklema. Hujaman tombak akan menembus kulit kepala paus. Jika paus spema itu sudah tertikam, perahu akan terseret. Saat itulah Lamata dalam bahaya menaruhkan nyawanya. Bila paus mati, maka hasilnya akan dibagikan kepada masing-masing nelayan yang ikut membantu.
Gunung Kelimutu:
Terletak di desa Pemo, Kec.Kelimutu, Kab.Ende. Indahnya gunung berapi ini dengan adanya 3 buah danau kawah di puncaknya. Danau yang dikenal dengan nama Tiga Warna karena memiliki 3 warna yang berbeda, merah, biru, putih. Warna akan berubah sesuai perjalanan waktu. Pendduk mempercayai pada saat warna berubah, mereka harus memberikan sesajen kepada arwah nenek moyangnya.
Desa Wae Rebo,Ruteng:
Pada lantai kedua digunakan untuk menyimpan makanan, untuk lantai ketiga digunakan menyimpan biji-bijian, dan lantai keempat sebagai penyimpanan makanan. Sedangkan pada lantai teratas atau lantai kelima sebagai tempat berdoa atau persembahan rohani. Untuk eksteriornya, menggunakan material yang berasal dari alam sekitar.
Kita diperbolehkan untuk tinggal disini dengan membayar biaya penginapan dan biaya konsumsi.
Jarak tempuh ke desa ini dari akses jalan desa terakhir sekitar 9 km, dengan waktu tempuh 4-5 jam. Tergantung masing2 orang. Jalanannya cukup mendaki.
Taman Nasional Komodo :
Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km².
Taman nasional ini didirikan untuk melindungi komodo dan habitatnya. Kelangkaan spesies hewan ini dilindungi, karena jumlahnya yang makin terbatas. Pada tanggal 11 Nopember 2001, Taman nasional Komodo masuk sebagai pemenang kategori "New 7 Wonders". Bukan hanya dikenal dengan Komodo saja, tetapi bagi pencinta wisata bahari, temukan terumbu karang yang sangat indah . Terdapat 253 spesies karang dan 1.000 spesies ikan. Menyelam dan berenang menikmati kecantikan terumbu karang menjadi daya pikat dan daya tarik yang tak ada tandingannya.
Bena Village, Lembata:
Bena, sebuah desa terletak sekitar 16 km dari Bajawa di kaki Gunung Inerie. Keunikan bentuk rumah, budayanya yang sangat kaya membuat kita kagum. Sebagai tempat budaya, Ngada dapat diidentifikasi dengan adanya formasi batu dan kuil-kuil leluhur, rumah traadional. Desa yang disusun dengan dua baris paralel dari rumah yang beratap jerami yang tinggi berdekorasi tengkorak dan tanduk kerbau. kuil untuk mengadakan ritual kepada nenek moyang. Di desa Ngadu dan Bhaga masing mempunyai leluhur yang berbeda, mereka melambangkan leluhurnya dalam bentuk ukiran yang berada dalam kuil.
Pemandangan mengagumkan dengan formasi megalitik. Megalitik adalah sarana untuk menghubungkan diri dengan dunia supranatural, berkomunikasi dengan nenek moyang . Korban hewan adalah salah bentuk yang diberikan bagi nenek moyang. Tak kalah menariknya, kita dapat membeli kain ikat, atau dasi, sarung di Bena. Sarung dan tenun yang sering dipakai oleh para wanita dan lelaki di Benua. Motif ikat tenun berkisar dari pola hewan seperti kuda, ayam, gajah, dan suci Ngadhu dan Bagha simbol.
Ngga kalah indahnya, ketika kita naik bukit kecil, terlihatlah pemandangan indah dan membentang kota Bena, Gunung Inerie ,Laut Sawu.
Kurang sah, jika Anda belum mewujudkan pesona Tour de Flores dengan ikut serta dalam ajang internasional ini, dari tanggal 18 Mei sampai 23 Mei. Buruan, jangan sampai ketinggalan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H