Bahkan, sejak tahun ajaran 2005-2006, setiap hari Senin sampai Rabu, Tati dipercaya mengajar di Pasuruan. Sebuah Desa yang jaraknya lima kilometer dari rumahnya. Tati tak pernah mengeluh meskipun jalan menuju desa Pasuruan tak mudah untuk dilalui. Jalan itu harus melalui dan menyusuri tanggul saluran air yang merupakan satu-satunya jalan. Apabila musim kemarau, dapat dilalui dengan motor, tetapi apabila musim penghujan, Tati harus berangkat lebih pagi dengan berjalan kaki dengan sepatu boot dan jas hujan.
Tantangan demi tantangan telah dilalui oleh Tati baik itu medan atau lapangan sekolah. Baginya yang terberat adalah belajar terus untuk mengajar sesuai dengan metode pendidikan masa kini. Latar belakang pendidikan bukan guru, tetapi tekad hatinya untuk belajar terus demi pendidikan yang makin maju.
Mimpi yang ingin diwujudkan oleh Tati adalah kesadaran utama dari orangtua di desa Kampung Laut untuk mendesak dan mendorong anak-anaknya tentang arti pentingnya pendidikan.
Mimpi dan tantangan adalah bagian hidup ibu Tati yang terus bergelut dalam dunia pendidikan dengan penuh tantangan. Pahlawan pendidikan yang tak pernah berhenti untuk terus berjuang demi masa depan anak-anak desa Kampung Laut yang lebih baik.
Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba “Sosok Muda Inspiratif di Bidang Pendidikan dan Kemanusiaan” dalam rangka Frans Seda Award 2015 dan Unika Atma Jaya
Sumber referensi:
Cerita Inspiratif-Perjuangan Yustina Wartati Dirikan Sekolah di Desa Kampung laut
https://www.youtube.com/watch?v=Kqb4KZMCfNs
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H