Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rayakan Natal, Pluralisme yang Terjalin, Teror

23 Desember 2015   12:30 Diperbarui: 23 Desember 2015   13:34 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar lagi, bagi umat Kristiani, akan menyambut Natal. Natal yang identik dengan menyambut Kelahiran Tuhan Yesus.  Sebagai umat Kristiani memaknai bahwa Natal bukan untuk berpesta-ria karena kebahagiaan dalam penyambutan kelahiran Yesus.  Sesungguhnya bayi kecil Yesus itu sudah lahir 2015 yang lalu, dan telah mati, dan bangkit untuk dosa manusia.  Makna yang lebih dalam lagi adalah pesan Natal itu sendiri agar manusia lebih menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

[caption caption="Selamat Natal Sumber foto: simomot.com"][/caption]Damai sejahtera dalam penyambutan Natal itu bukan hanya tradisi saja.  Di berbagai belahan dunia yang lain yaitu pada tahun 1945, Auschwitz, sebuah kota kecil di Polandia, terdapat kamp konsentrasi besar, tempat terjadinya pemusnahan 1,5 juta orang Yahudi dan musuh ideologi Nazisme.

Kota Auschwitz menjadi simbol dari teror superlatif, kematian itu menciptakan pengalaman negatif yang tak pernah kunjung padam. Meskipun itu terjadi pada tahun 1970 an, tetapi orang masih bertanya terus tentang Tuhan yang Maharahim, dan kodrat metafisik.  Diantara kumandanng sebuah terompet dari sebuah ibadah, masih terjadi bayang-bayang matu dan teror.

Orang selalu berharap akan lebih baik dan orang harus bersiap-siap untuk tidak lupa menyerukan doa kepada Tuhan.  Kebaikan Tuhan tidak perlu diputar balikkan dengan kenyataan hidup yang pahit karena penolakan manusia dan kerasnya manusia . Eksistensi Tuhan dan kebaikanNya harus selalu dikumdangankan.

Diharapkan agar tidak ada kepercayaan yang runtuh hanya karena teror dan penderitaan yang terjadi dimana-mana . Apalagi sekarang ribuan pengungsi dari Syria telah menyerbu ke negera-negera Eropa. Mereka yang menginkan suatu kehidupan yang damai, hendaklah tidka mengusik suasana Natal dengan hal-hal yang tidak diinginkan.   Apalagi jika terjadi teror.  Manusia harus peduli ditengah pelgabagai macam penderitaan manusia lainnya. Semua umat Kristen yang akan menghadiri misa, ibadah gereja harus datang dengan tenang dan damai.  Kedamaian itu juga perlu dijaga dengan adanya pemeriksaan yang cukup dari Kepolisian atau petugas keamanan.  Diharapkan tak ada teror ditengah ibadah.

Pluralisme yang sangat hebat hadir di Indonesia, yaitu ketika umat Kristen merayakan Natal pada tanggal 25 Desember 2015, umat muslim pun ikut merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 Hijriah. Momentum yang sangat pas untuk meneguhkan kembali pluralisme, semangat persaudaraan. Merayakankan keberagaman bergama dan menjadikan pengikat sosial kebangsaan Indonesia.

[caption caption="Selamat Hari Maulid Nabi Muhammad SAW 1437H Sumber foto: news.hargatop.com"]

[/caption]

Selamat Rayakan Natal dan Maulid!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun