Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendengar Pesan Presiden Jokowi

13 Desember 2015   21:48 Diperbarui: 13 Desember 2015   21:52 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kompasianival 2015"][/caption]

Undangan seorang presiden Jokowi bagi seorang warga biasa adalah sangat mengagetkan.  Jumat 11 Desember 2015, saya ditelpon oleh seorang dari Kompasiana.   "Ibu bisa datang untuk ikut Jamuan Makan Siang bersama Presiden Jowoki", katanya.   Sungguh tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Serasa mimpi di siang hari bolong.  Pertanyaan diulang sampai beberapa kali.   Setelah konfirmasi bahwa saya akan datang, saya diberitahukan tentang syarat untuk ikut dalam Undangan Makan siang itu antara lain harus memiliki QR Code Kompasianival 2015, berbaju batik dan tidak memakai celana jeans.

Menyiapkan diri sebaik-baiknya seperti pakaian, sepatu dan alat-alat yang perlu dibawa.  Persiapan yang matang telah dibuat. Sayangnya malam itu saya dibuat tidak tenang bukan karena syndrome ingin bertemu dengan presiden tetapi karena gejala sakit flu menyerang, ditambah dengan sakit perut.   Saya terpaksa minum obat. Tetap saja mata sulit dipicingkan untuk istirahat.

Sabtu pagi, dengan kondisi badan yang masih sakit, terpaksa minum obat kembali.  Rasanya tak mungkin jika membatalkan karena saya sudah berjanji akan datang.   Selayaknya saya harus berusaha.   Pukul 8.30 saya sudah tiba di Gandaria City . Bertemu dengan banyak teman Kompasiana.  Senang sekali rasanya yang saya pernah lihat di dunia maya sekarang bertemu di dunia nyata.  Apalagi saya bertemu dengan Pak Tjiptadinata yang jauh-jauh datang dari Australia.  Luar biasa semangatnya.   Foto-foto bersama dengan para Kompasianer pun dibuat.   Wah, saya melihat persiapan dari Kompasianal 2015 yang sangat hebat sudah terlihat, tampak booth yang ikut serta memeriahkan acara.

Nach, kami semua harus registrasi. Semuanya ada 100 orang. Selesai registrasi, kami tetap beribincang-bincang dengan teman-teman. Sampailah saatnya untuk registrasi untuk mendapatkan undangan dari Istana Negara.  Satu persatu kami dipanggil.  Selesai registrasi, kami diminta untuk menuju ke bus.  Kami berangkat pada pukul sekitar 10.15 dan tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 11.00  

[caption caption="Surat Undangan"]

[/caption]

Kami perlu berjalan kaki dari tempat parkir menuju tempat Santap Siang. Namun, sebelumnya masih ada waktu untuk berfoto sekali lagi di pelataran depan Istana Sebelah timur.   Saatnya screening, kami dipanggil satu persatu sambil membawa undangan dari Menteri Skretaris Negara Republik Indonesia. Semua peralatan baik itu dompet, tas, handphone harus ditinggal di tempat yang disediakan.

[caption caption="Di depan Istana Negara"]

[/caption]

Memasuki tempat Santap siang, kami melihat tempat yang luas dengan meja bundar yang diisi dengan 8-10 orang.  Tempat pada pukul 11.30 Presiden Jokowo memasuki ruangan. Kami diminta berdiri dan beliau memberikan salam kepada kami satu persatu. Setelah itu kami dipersilahkan duduk kembali.

Tampaknya Presiden Jokowo melihat wajah-wajah kelaparan, sehingga Beliau mempersilahkan kami untuk santap siang terleibh dulu.  Selesai santap siang sekitar jam 11.00,  Pak Iskandarjet , Assisten Manajer Kompasianer memperkenalkan diri.  Juga memberikan visi,misi dari Kompasianal 2015, kegiataan yang dilakukan oleh para kompasianer. 

Tibalah kesempatan yang diberikan untuk beberapa wakil dari Kompasianer tampil ke depan memberikan "uneg2"", rekomendasi maupun pertanyaan kepada Bapak Presiden. Pertanyaan harus diajukan dalam waktu 2 menit.   Beberapa kompasianer mengajukan pertanyaan mengenai mengapa pelayanan di KBRI di Hongkong masih belum optimal,  ada di daerah terpencil yang masih belum juga memiliki infrastruktur listrik sehingga menyulitkan guru untuk mengajar dengan baik, adanya isu sara di Bali. Beberapa rekomendasi dari seorang Kompasinaer untuk diikut sertakan dalam kunjungan presiden dan juga ada rekomendasi dari seorang kompasiner agar Presiden juga memberikan wawasan kepada Kompasiner apa yang perlu ditulis dalam Kompasiana.

Tanggapan dari Presiden pun sangat dinantikan. Presiden menjawab bahwa revolusi mental itu adalah sulit dilakukan. Beliau sudah mengalami masa sulit untuk mengadakan revolusi mental selama 3 tahun ketika masih menjabat sebagai walikota Solo.

Untuk isu sara maupun pendidikan, beliau harus menghubungi Menteri yang terkait dengan isu tersebut. 

Namun, ada jawaban yang positif dan menggembirakan bagi para Kompasianer bahwa beliau menyetujui akan ada 2 orang kompasianer untuk ikut serta dalam kunjungan presiden.  Kami semua yang hadir ikut bergembira , bertepuk tangan.

Nach, sebagai penutupnya Beliau memberikan penegasan kepada kami semua sebagai kompasiner agar menulis dengan OPTIMISME dan POSTIF tentang apa pun, misalnya sekarang ini dalam era kompetisi mendekati MEA.   Tidak perlu takut atau khawatir kita akan kalah, kita harus berani menghadapinya.

Menurut Pak Jokowi, negara lain justru khawatir dengan produk dan sumber daya manusia Indonesia yang akan menyerbu saat MEA berlaku.  "Jadi jangan ikut-ikutan takut. Kalau perlu kita takuti-takuti, natni produk dan keahlian yang kita punya akan masuk ke A,B, dan C.   Beliau juga mengatakan ketika mengundang para pelaku industri kreatif, dikatakan bahwa mereka ditantang apakah berani menghadapi pesaing asing yang akan masuk dalam waktu singkat.  Jawabannya berani. Ini dikatakan sebanyak tiga kali bahwa mereka berani.'"

Kami sangat puas,senang karena kami mendapat kesempatan bertemu dengan Beliau. Beliau sangat terbuka, low profile dan menerima apa pun yang disampaikan, dan menanggap "NO HATER ANYMORE", masa lalu sudah berlalu maka sambut masa ini dan masa depan untuk bersatu melawan pesaing kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun