Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stay Safe: "How to Use Your Social Writing Skill & Social Media"

29 November 2015   16:42 Diperbarui: 29 November 2015   17:18 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="dokumen pribadi"][/caption]

Untuk pertama kalinya , saya mengikuti workshop yang diadakan oleh nulisbuku.com yang bekerja sama dengan IAASS serta Yayasan Astra Honda. Begitu diumumkan pendaftaran, saya segera mendaftar melalui email yang ditentukan. Namun, menunggu konfirmasi adalah hal yang tidak enak sama sekali. Belum juga ada jawaban setelah tiga hari. Bagi saya, menunggu tanpa kepastian adalah hal yang sangat membuat “bete”. Berkali-kali follow-up melalui email. Beruntung, hari ketiga , dengan bantuan dari pembicara @Ainun Chomsun, Founder Akademi Berbagi , saya akhirnya mendapat jawaban dan konfirmasi bahwa saya dinyatakan sebagai peserta.


Kesempatan tentunya tidak disia-siakan. Berangkat lebih awal dari rumah Jam 14.00 memastikan untuk tidak terlambat sampai di tempat. Ternyata betul apa yang diprekdsi terjadi. Lalu lintas sangat macet dimana-mana. Tepat pukul 15.30 saya baru sampai di Conclave, Kebayon Baru.

Setelah mendaftar, saya menunggu acara yang akan dimulai pada pukul 16.00. Agaknya sedikit mundur pukul 16.10 baru dimulai dengan perkenalan dari salah seorang founder dari nulisbuku.com. Menjelaskan alasan dari pendirian nulisbuku.com, apa sich sebenarnya self-publishing itu? Bagaimana caranya penulis dapat membuat buku sendiri tanpa harus melalui penerbitan mayor yang perlu pengeditan, persyaratan yang rumit . Diceriterakan beberapa penulis yang mengalami kesulitan untuk mencetak bukunya yang ditolak oleh penerbitan besar karena alasan bukunya dalam bahasa inggris, genre yang tak sesuai dengan pasar.
Itulah terobosan baru. yang dibuat oleh nulisbuku.com untuk membuat para penulis pemula dapat mengedit sendiri, menguploadnya di template nulisbuku.com, akhirnya mencetak dengan layout yang sesuai dengan keinginan penulis. Alhasil, banyak loh penulis yang sudah memberanikan diri untuk mencetak bukunya sendiri. Alangkah bahagianya punya buku sendiri. Memasarkan sendiri dan tentunya saja harus konsisten dan punya strategi yang jitu agar bukunya laris manis karena buku itu berupa e-book, tanpa ada di toko buku.


Pembicara kedua dari IATSS (International Association of Traffic & Safety Sciences) . IATSS memberikan beasiswa kepada mereka yang tergerak dalam Leadership Training in Japan . Peserta terdiri  dari 9 negara Asean. Ada 4 pillar yang harus dipelajari oleh calon penerima beasiswa yaitu 1. Seminar; 2. Field Study ; 3. Group Study; 4. Cultural Exchange. Nach, bagi mereka yang berminat dan usianya belum mencapai 35 tahun, dapat segera mendaftar ke http://www.iatssforum.jp/english/contact/form.cgi

Sambuatan dari Pak Harry, dari Yayasan Astra Honda yang sangat singkat tentang betap pentingnya mengendari sepeda motor dengan menggunakan rambu-rambu lalu lintas yang benar. Ini alasan utamanya , Yayasan Astra Honda bekerja sama dengan nulisbuku.com mengadakan Lomba Penulisan yang bertemakan “Safety First".

Acara puncak yang dinantikan tiba, pembicara Mba Ainun Chomsun, Founder Akademi Berbagi. Mbak Ainun menjelaskan latar belakang pendidikan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan social media. Beliau lulusan Accounting. Setelah menikah dan punya anak, mengundurkan diri dari pekerjaan. Tapi setelah anaknya besar, ada kesempatan untuk bekerja di dua tempat.
Penjelasan bahwa social media itu adalah sebuah terobosan yang sangat baik bagi generasi saat ini. Alat untuk mempermudah dan menjembatani komunikasi. Demikian banyak sosial media. Tetapi kita semua sebagai pengguna sosial media harus membangun dengan cara yang smart dan bermanfaat bagi kita semua .

Bahasa sosial yang digunakan oleh pengguna sosial media harus sederhana dan ada keterikatan dengan pembacanya. Apa yang dikatakan oleh Mbak Ainun itu sangat benar bahwa sosial media yang dibangunnya itu berhasil membangun sebuah gerakan sosial yang akhirnya punya kekuatan besar untuk bekerja, berkarya , tindakan nyata. Contohnya Mbak Ainun berhasil sebuah gerakan Akademi Berbagi yang relawannya cukup besar kurang lebih 1000 dan cakupan luas dari daerah yang dilayani 35 kota, 1000 kelas, 150 guru + 5000 murid. Ingin mengetahui lebih jauh, silahkan klik di sini (http://akademiberbagi.org/).
Cerita adalah bagian dari sebuah produk yang mengisi media sosial. Oleh karena itu cerita harus disajikan dengan cara yang sangat smart (siapa audience, apa yang diinginkan oleh audience, kapan disajikan).

Social Media : Connecting Opportunity
Sekarang ini beda sekali dengan 5 atau 10 tahun yang lalu, semuanya terhubung dengan sangat cepat dan mudah hanya dengan satu klik dari aplikasi social Media. Kesempatan untuk terhubung ini menjadi alat untuk kita semua menggunakannya sebagai kesempatan untuk berkarya dengan baik. Bukan hanya sekedar curhat atau sebuah chatting biasa. Mbak Ainun menjelaskan bagaimana pendiri Facebook, twitter menjadi jutawan karena ratusan USD yang mengalir ke rekening FB atau pun twitter dengan adanya program pelayanan iklan dan program istimewa twitter.

[caption caption="dokumen pribadi"]

[/caption]

Collaraboration is MUST:
Dunia digital ternyata tidak dapat dilakukan oleh seorang pencipta saja. Dia ahli dari suatu program, tetapi dia bukan ahli dalam isi atau content. Oleh karena itu dalam dunia digital kerja-sama antar exepertise / para ahli/designer jadi acuan utamanya. Diharapkan setiap orang dapat saling memberikan kontribusinya agar penciptaan suatu social media itu tepat sasaran dan maksimal digunakan oleh target marketnya.

 

Last but not least, sebuah acara yang dinantikan oleh semua peserta (termasuk saya), yang ikut dalam ajang kontes “Safety First” yaitu pengumuman pemenangnya. Hiks, saya tidak masuk dalam finalis , apalagi juaranya. Padahal 2 tulisan sudah ditulis dengan penuh perjuangan dengan hati yang mendalami dan menjiwai tulisannya. “Hiksnya”, jumlah kompetitornya luar biasa banyaknya 400 orang......

Social Media :  is a tool not for a play

Salah logika atau misintepretasi bahwa social media itu adalah tempat untuk bermain, berchating atau berkomunikasi semau kita. Kita sering tidak menggunakan bahasa yang tepat untuk satu media membuat kita akan dibully atau kita dianggap sebagai "disingkirkan"" .  Mbak Ainun menganologikan social media itu seperti sebuah "mall" (bahkan ini dikatakan kepada anaknya). Jika kita tidak ingin berteriak-teriak di dalam mall, maka jangan berteriak.  Jika kita tidak ingin orang lain berteriak, maka orang lain pun berlaku sopan.   Sosial media itu penuh dengan berbagai macam orang , orang yang baik maupun yang jahat. Jadi perlakukanlah sosial media sebagai "tool" bukan alat "Play".

Semoga aku dapat kesempatan menang lain kali. Terima kasih kepada semua sponsor maupun nulisbuku.com atas kesempatan workshop yang sangat berguna bagi saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun