Dunia kerja era kini  bukan hanya melihat keunggulan prestasi lulus cum laude dari suatu perguruan tinggi ternama.  Dunia kerja masa kini telah berubah orientasinya.  Individu-individu yang memiliki sifat kolaboratif , kreativitas tinggi, daya juang tinggi, merupakan aset untuk menembus dunia kerja. Saat ini "peranti lunak"" ketrampilan dan kecakapan hidup menjadi bekal penting.
Di Australia, anak saya yang belajar atau study di Swinburne of Technology, Â mulai dari awal semester hingga lulus selalu dan diharuskan untuk mengerjakan projek . Projek itu harus dikerjakan secara kolaboratif bersama dengan 3-4 orang . Awalnya saya dan anak saya selalu bertanya kenapa penilaian suatu projek harus merupakan tim. Kami berpikir bahwa dosen akan menemukan kesulitan untuk mengukur kinerja dari masing-masing individu .Â
Mengerjakan projek secara kolaboratif, merupakan tantangan berat bagi anak saya. Â Masing-masing individu punya sifat dan ketrampilan yang berbeda. Â Sulit menyatukan untuk pendapatnya. Â Anak saya pernah mengalami stres berkepanjangan karena dari 3 orang yang harus mengerjakan projek , ternyata ada 1 anak yang sulit diajak bekerja sama, apalagi diatur. Â Anak yang sulit itu tidak pernah mengerjakan porsi pekerjaannya. Â Jika diberikan tugas, selalu banyak alasan, dan pada akhirnya, karena deadline sudah diambang batas, terpaksa dua orang harus menyelesaikannya.
Bagi seorang mahasiswi, Â yang baru belajar di Australia pun mengalami pertanyaan yang sangat besar karena metode pelajaran yang diberikan kelihatannya sungguh aneh. Â Pada awal semester untuk bidang digital design, Â dia diharuskan membuat pekerjaan tangan yang menurutnya agak aneh. Â Pekerjaan tangan untuk membuat kucing dari bahan kayu. Â Bentuk dan cara menyusunnya tidak diberitahukan, hanya diberikan pengarahan bahwa ada bahan yang harus dibuat sebuah benda yang berguna .
Ketika selesai membuatnya, dia harus mempresentasikan hasilnya di depan dosennya. Â Pemaparannya adalah apa benda itu , mengapa dia membuat benda itu, fungsinya dan manfaatnya apa.
Sekarang saya dan anak saya baru menyadari hal ini ketika ada 10 Konselor Pendidikan dari Indonesia diundang oleh tujuh perguruan tinggi di Australia, Â University of Technology Sydney, University of New South Wales, Macquarie of Univeristy, Le Cordon Bleu,Swinburne Univerversity of TEchnology, Monash University, Deakin University.
Dijelaskan oleh salah satu pengajar atau dosen , Bridgette bahwa mahasiswa/i tidak hanya sekedar memiliki kemampuan akademik (hardskills) tinggi dengan nilai tinggi yang cemerlang karena ini dianggap tidak cukup. Â Kalangan industri atau perusahaan kini lebih mengutamakan penilaian atau pertimbangan soft skills terlebih dahulu ketimbang hard skills.
Agar mahasiswa dapat bertahan hidup di era sekarang, harus mempunyai bekal ketrampilan berkomunkasi, bekerja sama dalam kelompok maupun menyelesaikan keonflik , mengambil keputusan ,santun, rendah hati,percaya diri, disiplin, mempunyai komitmen dan integritas.
Zaman sekarang interaksi dan kolaborasi antar manusia semakin penting. Cara belajar kolaboratif perguruan tinggi akan menghasilkan lulusan yang mampu meimpin dan mengambil keputsan secara kreatif, menyelesaikan konflik, bekerja sama dan sekaligus rendah hati.
Kriteria sumber daya manusia seperti itu dibutuhkan industri atau perusahaan.
Aplikasi atau metode yang digunakan tentunya ada seperti yang dialami oleh anak saya. Para konselor edukasi yang berasal dari Indonesia itu dipersilahkan untuk menyusun keping-kepingan mainan dalam waktu 10 menit. Â Diperlukan daya kreasi, imajinasi seseorang dalam membentuk dan membangun kepingan itu menjadi suatu bentuk baru.
Kepingan itu berada di antara ke 10 konselor, jadi jika ingin mengambil atau mencari kepingan yang berada jauh dari tempatnya duduk, harus minta tolong diambilkan. Â Tidak selalu kepingan itu cocok dengan apa yang diinginkan. Â Tetapi proses kreatif, bercerita apa yang dihasilkan dan bagaimana dia mendapatkan proses itu yang menjadikan cara atau metode pendidikan yang diaplikasikan oleh semua perguruan tinggi di Australia.
Belajar sambil bermain, dalam keterbatasan, daya imajinasi ,kreativitas  serta kolaborasi dengan teman untuk mendapatkan semua yang diinginkan, itulah metode belajar yang diterapkan untuk mahasiswa sejak awal memasuki dunia perkuliahan dan kehidupan selanjutnya.
Maril belajar softskill sehingga anda tidak ketinggalan dalam era masa kini.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H