Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wujudkan Revolusi Mental di Keluarga, Sejahteralah Keluarga, Sejahteralah Bangsaku

10 Juli 2015   15:43 Diperbarui: 10 Juli 2015   15:43 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Masih sering dengar ngga slogan “Makin Banyak Anak Makin Banyak Rejeki”. Pertanyaannya apakah slogan itu masih berlaku di zaman sekarang ini. Perspektif ini sering ada bukan hanya di kalangan ekonomi lemah tetapi juga di kalangan ekonomi mapan. Untuk masyarakat kalangan ekonomi yang secara ekonomi sudah mapan menganggap masih mampu memberi makan 9 anak. Tetapi perspektif semacam itu sangat bertentangan dengan kesejahteraan nasional bangsa kita. Artinya apabila kita semua makan kangkung. Bagi keluarga dengan 9 anak itu sebenarnya dapat memberikan porsi kelebihan konsumsinya kepada orang lain . Apabila keluarga itu tak egois, hanya 2 anak saja, maka keluarga itu cukup mengambil makanannya untuk 2 anak, dan 7 yang lainnya untuk orang lain. Kelebihan porsi ini jika digandakan dari satu ke luarga ditambah ke luarga lain yang mempunyai lebih dari 2 anak , akan menjadi masalah sosial .

Ayo, kita menengok ke tanah air kita yang tercinta ini. Tidak usah jauh-jauh, di Tangerang Selatan, dimana Ibu Airin Rachmi Dianny, Walikotanya, Tangerang Selatan luasnya hanya 147,19 km atau 14,719 ha memiliki kepadatan penduduk 8,766.orang/km2. Alangkah mengagetkan, tetapi menurut Ibu Bupati Tangerang Selatan, pertambahan penduduk sebesar 1,4 juta itu disebabkan oleh migrasi penduduk dari kota Jakarta sekitarnya bergeser ke Tangerang Selatan, ada juga yang baru pindah dari daerah lain, memilih untuk tinggal di Tangerang Selatan.

Bagaimana kondisi suatu kota dan negara jika penduduknya begitu padat?

[caption caption="google.com"]

[/caption]

Proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 2015: 255,5 juta Jiwa (meningkat 7.5 % dari tahun 2010)
Proyeksi jumlah balita pada tahun 2015 : 47,4 juta jiwa
Proyeksi jumlah remaja pada tahun 2015 : 66 juta jiwa
Proyeksi jumlah lansia pada tahun 2015 : 21,7 juta jiwa

Kenaikan dan Kepadatan penduduk secara nasional memberikan dampak besar baik itu dari segi kesehatan, pendidikan serta kesejahteraan. Dari Segi kesehatan dampaknya yang pasti adalah semakin bertambahnya  angka kematian anak dan ibu yang meningkat dan resiko kesehatan bagi ibu karena angka kelahiran yang terlalu dekat, terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu tua. Setiap proses kelahiran di usia yang tidak ideal seperti terlalu muda ada resikonya. Resiko Rahim yang belum kuat untuk hamil, keguguran, kanker leher rahim, kematian ibu dan janin, terhambat ibu meneruskan pendidikan lanjut, ibu belum siap secara mental merawat anaknya.

Dari segi pendidikan meningkatnya jumlah penduduk, berarti sulitnya meningkatkan kualitas pendidikan bagi keluarga. Keluarga yang memiliki anak lebih dari dua dari ekonomi lemah, hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai anak kedua, otomatis anak yang lain akan terlantar. Anak yang terlantar pendidikannya , sulit mendapat pekerjaan yang layak. Akibatnya mereka hanya mendapat gaji sesuai dengan gaji minimum hidup layak. Tidak ada kesejahteraan yang menjamin keluarganya.

Dari segi ekonomi, Dr. Abidinsjah Siregar, Deputi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bidang Advokasi memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak sepadan dengan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya 5.1% pada tahun 2015 (paling kecil di antara negara Asia Tenggara) . Pertumbuhan penduduk Indonesia melesat maju hingga 7.5 % . Untuk mencapai keluarga sejahtera, Idealnya, angka pertumbuhan ekonomi harus tinggi dari angka pertumbuhan penduduk, kata Dr. Abidinsjah sambil mengangkat tangannya keatas menunjukkan pertumbuhan ekonomi, dan menurunkan tangannya mendatar menunjukkan pertumbuhan penduduk yang melandai.

Jika pertumbuhan penduduk Indonesia ini tidak dikendalikan dengan kuat , nasib negara kita kemungkinan akan menjadi seperti negara Afrika. Kelaparan, dan kemiskinan akan terjadi.

[caption caption="google.com"]

[/caption]


Penduduk meningkat, tetapi daya tampung dan daya dukung dunia sudah tidak memadai lagi. Carrying capacity dari sebuah dunia itu terdiri dari daya tampung dan daya dukung. Sementara Daya dukung adalah kemampuan pemanfaat kebutuhan, atau akses untuk mendapatkan akses air bersih, listrik, kepasar. Nach, bagaimana kita akan mendapatkan akses air bersih jika pendduknya yang makin banyak, kualitasnya pasti akan menurun karena kebutuhan banyak tidak didukung kualitas (kebersihan,higenis serta lingkungan sehat).

Keluarga Sejahtera:
Berbagai persoalan dan masalah dari meningkatnya pertambahan penduduk ini harus diatasi mulai dari sebuah keluarga. Keluarga adalah instisi terkecil yang sangat penting perannya. Peran keluarga yang sejahtera yang dibicarakan dalam Nankring bersama BKBN dalam Rangka Ulang Tahun Harganas XXII Tahun 2015.

Peran Keluarga yang sejahtera:
Pengertian keluarga adalah ayah,ibu beserta anak, atau suami istri, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. Dalam setiap keluarga memiliki perannya masing-masing. Ada peran ayah, peran ibu, peran anak. Juga masing-masing mengalami siklus kehidupan mulai dari bayi dan anak, muda /remaja, calon ayah/ibu/usia reproduktif , lansia. Dalam menjalankan perannya , masing-masing memiliki masa pertumbuhan dan perkembangan yang perlu diperhatikan.

Pertumbuhan bayi dan anak.
Keluarga sejahtera perlu memperhatikan bayi dan anaknya dalam hal kesehatan ibu dan anak (KIA) , menyusui dini (MD), Asi Ekslufi, Pertumbuhan & perkembangan fisik. Gizi, imunisasi dasar dan pengenalan jenis kelamin. Jika ingin mengetahui lebih lanjut pengetahuan KIA, IMD dan perkembangan Fisik gizi, imunisasi dasar dapat menghubungi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana atau Bidan yang terdekat.

Pertumbuhan Remaja:

Pada akhir-akhir ini seringkali orangtua dikagetkan dengan banyaknya kasus kekerasan, narkoba, sex bebas dan perkawinan dini.

Orangtua yang hebat untuk keluarga sejahtera, memberikan pembekalan dan pengetahuan kepada remajanya yang sedang pubertas, tentang infeksi menular Seksual (IMS), HIV, dan AIDS. Perkembangan alat reproduksi dan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).
Lahirnya remaja yang berkualitas karena adanya dukungan orangtua yang hebat. Karakter yang diciptakan oleh remaja berkualitas terbentuk dari karakter mental terbaik. Tidakdiperlukan lagi revolusi mental karena sudah dari awalnya dipersiapkan dengan baik. Tetapi yang belum mempersiapkan diri diperlukan revolusi mental untuk membangun karakter baik dengan pengetahuan diatas dan didukung orangtua hebat.

Pertumbuhan Usia Reproduktif:
Para calon orangtua yang akan menyiapkan dirinya untuk menjadi orangtua, harus menyiapkan diri untuk jadi orangtua yang hebat. Orangtua yang hebat mengerti apa perannya, bagaimana melakukan perannya dengan baik dan benar , menghindari 4 Terlalu (terlalu dini, terlalu tua, terlalu banyak anak, terlalu dekat), kehamilan, pencegana penularan HIV dan AIDS dari Ibu ke Anak (PPIA), IMS, HIV dan AIDS< Vaksin HPV, Pencegahan kanker alat reproduksi dan penganggulangan infertilitas sekunder.
Ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana jadi orangtua hebat, tidaklah mudah. Tidak ada sekolah untuk jadi orangtua hebat. Pengetahuan dasar untuk jadi orangtua hebat adalah dengan menyiapkan diri untuk membangun keluarga. Perencanaan itu dengan memperhatikan faktor usia menikah (20-30 tahun), membina hubungan antar pasangan dengan keluarga dan kelompok soial, merencanakan kelahiran anak pertama, mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi, berhenti melahirkan di usia 35 tahun, merawat dan mengasuh anak usia balita.

Memahami peran orangtua dalam pengasuhan, gaya parenting harus disesuaikan dengan kondisi anak ,kemampuan gaya bicara dan komunikasi yang penuh dengan kasih sayang, pengasuhan berkualitas (kesehatan dan stimulasi). Melakukan pola pengasuhan yang efektif . Bersifat dinamis , sesuai dengan kebuthan dan kemapuan anak, konsisten, memberikan teladan positif, komunkasi baik, pujian kepada anak tepat waktu, melibatkan anak , sabar, memberikan penjelasan, realistis, dan menjaga kebersamaan.

Mendorong tumbuh kembang anak secara bertahap , tidak memaksakan untuk meningkatkan kemampuan jika umurnya belum mampu menguasai . Tumbuh kembang anak jadi landasan yang kokoh untuk perkembangan selanjutnya.
Untuk teknik membantu tumbuh kembang anak, silahkan klik disini.

Pertumbuhan Lansia:
Para calon lansia merupakan usia harapan yang hidupnya dibekali dengan pengetahuan dengan power syndrom, menopouse, andropause, tidak berproduksi, penyakit degenaratif. Dengan adanya pengetahuan ini diharapkan calon lansia masih dapat produktif (tidak sakit) dan menjadi tanggungan para pemuda yang masih produktif.

Kesimpulannya untuk mencapai keluarga sejahtara itu harus sejahtera secara kualitas. Kualitas yang dipengaruhi oleh faktor-faktor penting dalam setiap tahap atau siklus yang dialami oleh individu dari masing keluarga. Perencanaan sejak awal dari tiap individu itu harus diketahuinya untuk menjalankan perannya dengan baik dan benar.
Pencapaian setiap anggota keluarga jadi keluarga sejahtera secara kualitas pada akhirnya akan mewujudkan karakter dari masing anggota keluarga yang sangat hebat.

Untuk itu, BKKBN telah menunjuk Kota Tangsel sebagai tuan Rumah Harganas XXII Tahun 2015 pada tanggal 1 Agustus 2015 di Lapangan Sunbursh –BSD City. Sebagai tuan rumah, Ibu Airin Rachmi Diany, selaku Walikota Tangerang Selatan telah membuat jadwal dan kegiatan untuk Harganas XXII Tahun 2015. Inilah seluruh acara yang telah disiapkan, silahkan klik di sini

Mari berpartisipasi untuk sukseskan "Sejahtera Bangsaku dengan Sejahtera Keluarga sebagai wujud dari revolusi mental" yang berkelanjutan dan bagian dari karater bangsa kita.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun