Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Kekerasan di Lingkungan Sekolah

5 Mei 2014   23:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita Kompas hari ini, “Runtuhnya Rasa Aman di Lingkungan Sekolah”, sangat mengejutkan. Bagaimana seorang anak , Renggo Khadafi (11) siswa Kelas V SD Negeri 09 Makasar, Jakarta tewas di tangan teman-temannya.Gara-gara soal sepele, tidak sengaja menumpahkan minuman es seharga Rp.1.000

Budaya kekerasan:

Banyak kasus kekerasan yang berada di lingkungan sekolah sangat memprihatinkan. Utamanya bagi orangtua yang sekarang ini harus bersikap extra keras untuk melihat kondisi keamanan anaknya sebelum dan sesudah pulang sekolah. Apakah ada perubahan?Jika ada perubahan, apa yang terjadi harus ditanyakan. Agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.

Budaya kekerasan ini sebagai pemicu atau sebagai suatu hal yang begitumudah ditumpahkan hanya karenaadanya rasa senioritas, rasa marah, rasa tak puas dengan orang lain. Padahalbudaya orang Indonesia dikenal sangat ramah, menolong , membantu dan saling mengasihi.

Asal mula budaya kekerasan:


  1. Media:


Media menjaditiruan anak untuk melakukan kekerasan. Ketika menonton TV , ada kekerasan di dalamnya,   mereka terinspirasi dalam otaknya untuk melakukan hal yang sama.


  1. 2.Yang kuat melawan yang lemah


Merasa dirinya lebih senior, lebih kuat, lebihberkuasa dari mereka yang lemah.


  1. 3. Seragam sebagai simbol kekuatan

Seringkali seorang mahasiswamenganggap setelah memakai seragam sebuah perguruantinggi,dia merasa dirinya memiliki atribut baru“seorang mahasiswa yang hebat”


  1. 4.Salah kaprah soal hukuman


Budaya hukuman dalam suatu pendidikan dengan kekerasan adalah salah kaprah. Jika bersalah hukumannya adalah yang mendidik bukan dengan kekerasan phisik.

Peran orangtua:

Kontribusi orangtua untuk memotongakar budaya kekerasan harus segera diberlakukan, jika tidak disadari akan terjadi pergeseran moral dan budaya kekerasan akan menjadi suatu akar budaya bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun