Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memasuki Musim Kemarau

4 Oktober 2014   19:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan iklim dari musim dingin ke musim panas seharusnya diantisipasi oleh seluruh masyarakat Indonesia.  Namun, di antara yang merasakan panasnya iklim, ada yang merasa tenang saja, tak usah berbuat apa-apa.  Paling hanya kepanasan dan hanya bisa mengeluh saja.   Tanpa disadari bahwa sebenarnya perubahan iklim ini perlu melihatkan semua pihak.

Bahkan pengolalaan dana perubahan iklim Indonesia tak lagi melibatkan pihak asing.  LEmbaga Wali Amanat Indonesia Climat Change Trust Fund dan bank Mandiri , bank nasional menjadi pemenang lelang  . Menjadi pengelola dan penyalur dana hibah internasional bagi mitigasi perubahan iklim.

Seremonial pastinya akan diadakan sebagai bentuk penerimaan dana dari donor asing yang hendak membantu mengurangi dampak perubahan iklim di Indonesia.

Tapi cukupkah kita selalu bergantung kepada donor dan setiap kali mengharapkan hibah internasional.  Sebaiknya tidak. Pola mental untuk mengurangi dampak musim kemarau yang makin panas pun harus diberlakukan.

Berikut adalah tips agar pola panas ini dapat mengurangi musim panas:


  • Penjual atau produsen tidak lagi menggunakan plastik sebagai media pembungkus.
  • Pembuatan dam atau waduk untuk menyimpan air pada waktu musim hujan
  • Tidak menghamburkan air bersih untuk mencuci mobil,  tanaman (dapat gunakan air bekas cuci beras)
  • Jaga dan rawat sumber air bersih yang makin langka.  Telaga, dan sebagainya menjadi andalan air bersih. Jangan buang limbah dan sampah di telaga.
  • Pembuangan Limbah oleh pabrik (baik itu home industry maupun industri besar). Ini akan sangat merugikan rakyat yang sering menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-harinya.  Air limbah beracun akan mengakibatkan buruknya kesehatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun