Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sehatkah Penggunaan Air Tanah Untuk Air Minum?

16 Desember 2014   20:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:11 3259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu hunting“beli rumah”,aku masih single dan masih bekerja di sebuah perusahaan.Kriteria utama yang kucari adalah rumah yang memiliki air pam, air tanah yang cukup bagus, bening, tidak bau dan berkualitas.Sayangnya, waktu itu hanya sempat check secara kasat mata saja .Wah airnya bening, dan tak berbau, dan tidak keruh.

Namun, sayang sekali setelah membeli dan menempati rumah itu bersama keluarga, aku melihat beberapa kejanggalan bahwa tidak tersedia air pam di tempat tinggalku.Air pam yang tersedia di luar area dari tempat tinggalku.Terpaksa aku harus menggunakan air tanah.

Merasa begitu yakin bahwa air tanah itu sudah terjamin keamanannya , digalilah sumur lebih dalam lagi dari yang normal, yaitu sekitar 40 meter . Tujuan dari pembuatan air sumur itu lebih dalam agar tidak mudah tercemar dengan septik tank.Jarak antara septik tank dan sumur memang agak dekat yaitu sekitar 2 meter .Saat musim panas tiba, kami pernah mencari dan menggali sumber air sumur yang cukup bagus.Namun, pembor tak menemukannya.Jalan satu-satunya adalah sumur lama yang berada di depan rumah kami terpaksa di perdalam lagi.

Selesai penggalian, aku gembira karena dapat menemukan air sumur yang lebih jernih dari semula, bahkan tidak berpasir sama sekali.Akhirnya selama beberapa tahun, kami sekeluarga mengkonsumsi air sumur itu sebagai air minum.

Selama hampir 5 tahun, kami sekeluarga termasuk perawat tidak menyadari efek dari minum air tanah yang sebenarnya cukup berbahaya.Suatu hari,perawat anak saya , tiba-tiba sakit kuning, muntah-muntah .Dibawalah perawat ini ke dokter.Diagnosa awal adalah sakit kuning saja.Tetapi menjelang 2 minggu tidak sembuh, dibawalah perawat saya ini ke dokter penyakit dalam.Hasil diagnosa dari laboratorium menunjukkan bahwaginjalnya ada pembengkakan.

Hampir kami semua tak percaya apa yang terjadi. Bagaimana hal ini bisa terjadi?Perawat ini tak pernah kecapaian atau makan makanan yang mengandung lemak.Apa yang dikonsumsi oleh perawat ini adalah makanan sehat, serta istirahat yang cukup.Akhirnya, dokter bertanya kepada kami:“Apakah yang diminum oleh ibu?”Saya menjawab:“air tanah!”Dokter melanjutkan pertanyaannya:“Apakahair tanah itu sudah pernah diperiksa di badan pemeriksa tanah (Sucofindo)?”.“Belum pernah”, jawabku.

Saking penasarannya,aku membawa sample dua gelas air dari air tanah yang kami konsumsi.Kami bawa ke Sucofindo, sebuah badan yang berwenang memeriksa kandungan air.

Beberapa minggu kemudian hasil dari pemeriksaan airpuntelah keluar.Aku mendapatkan sebuah kertas dan tertulis di sana rincian kandungan air tanah itu.Kaget luar biasa karena disitu tercantum bahwa air tanah itu mengandung FE atau besi yang cukup besar yaitu.3.45 . Normalnya untuk standar air besi FE :1,00. Cukup mencengangkan bukan!



[caption id="attachment_383336" align="aligncenter" width="300" caption="Document pribadi"][/caption]

1418712555183165004
1418712555183165004
Dokumen pribadi

Langsung, pada hari itu kami berhenti mengkonsumi air minum dari air tanah. Terpikir untuk segeramembeli galon dari sebuahair minum mineral.Namun, kami juga harus berhati-hati dalam memilih air galon mineral .Banyak pilihan air isi ulang mineral,tetapi kali ini aku tak mau terjebak lagi dengan kekurang hati-hatian.Di sekitar tempat tinggalku, penjual air galon isi ulang begitu maraknya. Namun, aku belajar dari isi ulang galon belum meyakinkan apakah pemprosesan air mineral itu sudah sesuai dengan standar atau belum.

Secara singkat air yang dikonsumi biasanya di”purified” secara mekanis dengan menfilter sehingga layak konsumsi.Menfilter dapat dilakukan dengan “Distilasi”. Air distilasi dihasilkan oleh proses distilasi dan memiliki konduktivitas listrik tidak lebih dari 11 mikrodetik / cm dan total padatan terlarut kurang dari 10 mg / liter. Cara distilasi dengan mendidihkan air menjadi kondensasi uap sehingga bersih kontainer, meninggalkan kontaminan padat belakang. Distilasi menghasilkan air yang sangat murni. Distilasi saja tidak menjamin tidak adanya bakteri dalam air minum kecuali kontainer juga disterilkan. Bagi banyak prosedur, alternatif yang lebih ekonomis yang tersedia, seperti air deionisasi, dan digunakan di tempat air suling.

Akhirnya, air galon pilihan kami sekeluarga adalah yang memang telah terbukti di”purified”. Aku lega karena selama mengkonsumi minuman ini belum timbul hal yang mengkhawatirkan kesehatan kami sekeluarga.

Penggunaan air galon untuk minum dan memasak menyehatkan. Tetapi untuk mencuci alat dapur, serta bahan makanan yang akan diolah untuk dimasak, tentu juga membutuhkan air. Jika aku menggunakan air galon untuk mencucinya, tentu akan bangkrut.

Apabila masih menggunakan air tanah untuk mencuci bahan makanan, beras, ketakutanku   bahwa hasil akhir makanan yang akan disantap itu tetap terkontaminasi.

Berbekal pembelajaran bagaimana cara untuk agar air tanah itu juga dapat difilter, maka kami menggunakan alat filter yang dipasang berdampingan dengan tempat penampungan air.Sebelum menggunakan filter, kami merasa yakin bahwa air itu tak mengandung bahan yang akan mengkontaminasi bahan makanan, beras yang akan dimasak.Tapi keyakinan itu ternyata memperlihatkan bagaimana air hasil pemeriksaan dari Sucofindo akan tetap ikut mengendap.

Usahapemasangan filter itu dengan cara memasang Micron W250 MKII, MPV 40 mm.Dimasukkan bahan Waterco Activated Carbon dan waterco zeoplus dalam filter Micron.Hasilnya air yang mengalir dari penampungan masuk ke filter, lalu masuk ke pipa dan kran untuk cuci piring, bahan makanan, beras sangat menyehatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun